Nyatanya, pembuatan jalan tol baru, penambahan panjang dan lebar jalan tol yang lama, memperbaiki dan melicinkan jalan lama seperti tidak "ngaruh" saat mudik sekarang ini. Ke"rungkad"an yang pernah terjadi tahun-tahun lalu pun terulang.Â
Maka kesibukan dan kereporatan yang di udik adalah kegelisahan menunggu para pemudik yang tidak kalah menyesakkan dada. Para bapak, para ibu dan para sepuh di kampung pun memantau detik demi detik, kilometer demi kilometer perjalanan para terkasih. Kegelisahan datang silih berganti dengan ketegangan. Tidak kalah menegangkan dengan menonton jagoannya bertanding merebut medali emas.Â
Keriangan akan terasa luar biasa bila kegelisahan pada akhirnya terbayar dan medali emas terkalungkan saat bisa memeluk mesra anak, sanak saudara dan cucu yang lucu-lucu. Wajah suntuk berganti ceria saat semua berkumpul dan sholat I'ed bersama di lapangan. Semua disatukan dalam ritual mudik.Â
Mudik, peristiwa setahun sekali mampu menyatukan semua pihak dari beragam kepentingan dan berbagai macam perbedaan dalam sebuah perayaan Lebaran. Mudik menjadi perekat masyarakat yang hampir terkoyak karena berbeda pilihan calon Presiden dan tercerai berai karena berbeda Partai beberapa hari yang lalu.Â
Lewat manapun, Pansela, Pantura maupun Udara, semoga kembali rekatnya masyarakat karena peristiwa mudik bisa terus dirawat hingga kembali ke tanah rantau melalui arus balik.Â
Hidup guyub dan rukun itu impian insan beriman. Bagi yang sedang bersiap kembali ke rantau dalam aruz balik, semoga selamat di jalan dan sejahtera sampai tujuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H