Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berdiri Antara Sejahtera dan Bencana

5 Agustus 2022   11:40 Diperbarui: 5 Agustus 2022   11:54 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sayangnya, hanya sedikit orang yang memberi perhatian dan bencana yang selama ini terjadi malah sudah menjadi fenomena biasa. Padahal efeknya lebih buruk, lebih menakutkan dan lebih mematikan dibanding ancaman terorisme. 

Ditambahkan Mir dalam kolomnya, penggundulan hutan menjadi kontributor yang signifikan bagi pemanasan ekstrim. Ketika merdeka di tahun 1947, pakistan memiliki hutan seluas 33% dari luas daratannya, dan sekarang, setelah 75 tahun, tersisa hanya lima persen. 

Meskipun sekilas, dua ilustrasi di atas (Jepang dan Pakistan) bisa memberi perspektif lain tentang bagaimana sebuah negara memperlakukan sumberdayanya. Tentu saja banyak contoh lain yang bisa dijadikan pelajaran berharga. Negeri Qatar yang kaya raya misalnya, bisa juga menjadi bahan kajian. Negeri padang pasir kaya minyak ini menurut wikipedia sama sekali tidak memiliki hutan. 

Kesan kuat yang sering terasa adalah ketika bencana bertubi datang, hutan menjadi obyek paling empuk untuk dikambing-hitamkan. Tetapi pada saat normal,  dengan seenak hati mengobok-obok fungsi hutan untuk berbagai keperluan, seakan-akan tidak ada alternatif lain yang lebih baik dan lebih aman. 

Sekarang ini apa yang Anda pikirkan saat ribuan bahkan jutaan wajah ceria, tanpa dosa, penuh harapan dan tawa canda anak-anak lewat di depan mata setiap pagi dan sore? Anak-anak yang juga adalah generasi penerus dan pengelola negara tercinta di masa datang? 

Bukankah mereka semua perlu makan, minum, buku, sandang, papan dan hiburan? Suatu hari nanti ketika dewasa harus mencari nafkah. Kemudian, ketika beranjak matang, mereka berkeluarga, beranak pinak dan membutuhkan tempat tinggal. 

Pertanyaannya, seberapa besarkah ketersediaan kebutuhan yang azazi itu akan tersisa nanti? Seberapa lega nanti mereka dalam bernafas? Bagi yang tua tentu tidak mau mewariskan kepada generasi mendatang hidup sengsara dan penuh derita. 

Beruntung, kontrol sosial berupa kepedulian masyarakat terhadap kelestarian sumberdaya di negeri kita ini cukup besar. Seperti bisa dilihat dari reaksi masyarakat terhadap ketetapan kementrian KLHK dengan SK Menteri LHK Nomor 287, 5 April 2022. SK itu menyatakan 1,1 juta hektar hutan yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten beralih status menjadi Kawasan Hutan Dengan Pengelolaan Khusus (KHDPK). 

Ketetapan ini mengundang keresahan sebagian masyarakat sebagaimana banyak diberitakan oleh media massa. Keputusan itu mereka yakini bakal mengakibatkan deforestasi dan memicu konflik sosial Apabila keyakinan ini benar, inilah awal bencana. Hutan seluas 1,1 juta hektar bukan luas yang sedikit, lebih luas dari negeri Singapura. 

Apapun sumberdaya unggulan dan seberapapun besarnya kekayaan yang dimiliki sebuah negara, bila salah kelola, salah kebijakan dan salah mengambil keputusan bisa mengundang bencana berkepanjangan. 

Salah satu cara menghindari bencana dengan menyingkirkan sifat angkara murka, yaitu serakah, mau menang sendiri, tidak mau mendengar dan tidak peduli. Karena kita tidak hidup sendirian di bumi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun