Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemudik, Dirindukan dan Dimanjakan

2 Mei 2022   15:33 Diperbarui: 2 Mei 2022   15:38 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhirnya sampai juga para pemudik di kampungnya masing-masing. Dari kampung halaman disampaikan selamat datang dan selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1443 H. Anda adalah salah satu dari 85 juta orang pemudik di Indonesia tahun ini, 14 juta diantaranya berasal dari Jabodetabek (Kompas.com, 06/04/2022). Jumlah yang sangat besar, membludak karena dua tahun terakhir terhalang oleh pandemi covid 19. Apalagi hari liburnya juga cukup panjang. 

Meskipun fenomena mudik seperti ini juga terjadi di beberapa negara lain, tetapi jumlah pemudik yang sangat besar ini mungkin sekali hanya terjadi di sini. Bahkan besarnya melebihi jumlah penduduk dari beberapa negara jiran berikut ini. Malaysia, sekitar 32 juta, Singapura 5,8 juta, atau Timor Leste, 1,3 juta orang. 

Peristiwa satu tahun sekali ini kuga menyita banyak ruang berita tingkat daerah maupun nasional, menenggelamkan berita-berita lain yang sebenarnya tidak kalah penting. Bertita besar tentang kelangkaan minyak goreng, larangan ekspor kelapa sawit, OTT seorang bupati, pemilu, pilkada atau berita lainnya. 

Para pemudik ini sungguh sangat "dimanjakan". Buktinya, jauh sebelum mudik, jalan-jalan diperhalus, jembatan yang sempit diperlebar, rekayasa lalu lintas dilakukan dan arus mudik dinomorsatukan. "Contraflow" di jalan toll  misalnya, bisa dijadikan contoh. Kendala dan bencana kemacetan saat peristiwa mudik tahun-tahun sebelumnya dijadikan pelajaran penting, semata-mata demi kenyamanan para pemudik menunaikan hajatnya. 

Pemudik ini sungguh luar biasa. Luar biasa semangatnya dan luar biasa juga gairahnya. Begitu bersemangatnya sehingga berbagai macam tip, saran dan nasehat dalam rangka mudik, mungkin saja didengarkan dan dibaca, tetapi bisa jadi tidak akan dipedulikan benar. Bagi pemudik, apapun kondisinya, mudik harus jalan terus. Banyak diantaranya yang menganut prinsip: bagaimana nanti, bukan nanti bagaimana. 

Apalagi, selain pemerintah menetapkan hari libur yang cukup panjang, juga memberi beberapa "bekal" bagi para pemudik untuk merayakan hari raya di kampungnya masing-masing. Bekal berupa THR dan sejenisnya menambah isi kantong untuk mudik dan cukup memberi banyak arti dan menambah kegembiraan bagi rakyat banyak. Meskipun di lain sisi, harga-harga kebutuhan pokok dan sekunder juga sedikit merambat naik. 

Kegembiraan orang dalam liburan lebaran ini bukan tanpa arti. Liburan dengan segala aktifitasnya seringkali bermakna seperti mengisi energi baru lahir maupun batin. Layaknya telepon gengggam yang di-charge ulang. Energinya terisi penuh lagi, gairah hidupnya beranjak naik tinggi, motivasi berkarya kembali pulih dan jejaring sosialnya erat tersambung kembali bahkan bertambah luas. 

Bagaimana tidak, banyak para pemudik dan relasinya sekampung halaman memanfaatkan momen ini untuk berkumpul sekedar mengenang kegembiraan dan kebersamaan di masa lalu, menyelenggarakan reuni sekolah, atau sekedar "kopi darat" dan kangen-kangenan. Banyak istilah lain yang menggambarkan upaya untuk menjalin tali persahabatan yang sudah lama tidak nyambung. 

Tidak akan sia-sia, paling tidak akan terjadi tukar cerita, berbagi pengalaman, memberi dan menerima peluang usaha hingga peluang untuk "besanan". Wajar saja kalau terjadi jalinan lanjutan dalam bentuk yang kuat membantu yang lemah, yang sudah kuat bekerjasama dengan yang sama-sama kuat. Semua diawali dari sentimen pertemanan. 

Jutaan manusia mudik ke kampung selain membawa membawa dampak sosial juga dampak ekonomi yang lumayan besar. Selain membawa badan sendiri dan keluarga, pemudik berbekal uang yang tidak sedikit. Uang untuk dibelanjakan di kampung. dari sekecil makan-makan di warung angkringan, kembang api, baju baru, kambing, sapi hingga kapling. Belum lagi produk-produk khas dari kerajinan tangan hingga makanan tradisional daerah untuk dijadikan kenang-kenangan dan oleh-oleh. 

Terjadi semacam gelontoran dana dari pemudik untuk kampungnya masing-masing. Tanpa banyak cing-cong,  para pemudik ikut serta secara nyata membangkitkan denyut nadi ekonomi daerahnya masing-masing. Meskipun mungkin tidak terlalu besar, pemudik ikut merangsang orang-orang setempat untuk lebih produktif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun