Mohon tunggu...
Sari Yulianti
Sari Yulianti Mohon Tunggu... Guru - Aku dan dia yang ku sayang

saya adalah saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Sekolah Belum pada Umurnya Bolehkah?

13 Mei 2019   11:56 Diperbarui: 13 Mei 2019   11:59 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tulisan ini berdasarkan dari pengalaman pribadi penulis.

Saya memiliki dua anak perempuan. Mereka memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan yang lain. Sebenarnya kecepatan daya tangkap seorang anak itu sudah bisa dilihat sejak lahir. Saya sangat memperhatikan sekali perkembangan kedua anak saya (walau saya bekerja). Saya melihat perbedaan yang sangat terhadap keduanya. Salah satu yang paling terlihat adalah perkembangannya.

Anak saya yang pertama bicara perkembangan motorik itu lambat sekali, umur 3 bulan masih seperti bayi yang baru lahir. Mungkin hal ini juga dipengaruhi oleh pola asuh yang saya lakukan. 

Karena ini adalah anak pertama kami, dan saya sangat sayang sekali, maka bila saya menggendong dia masih seperti bayi yang baru lahir. Akhirnya dia belum bisa mengangkat kepala, tengkurep, dsb. 

Lalu yang membuat saya sadar adalah ketika saya sedang menggendong anak saya dan saya ajak anak saya keluar lalu ada tetangga yang nyinyir tentang anak saya, kalau anak saya "cacat". Saya sakit hati sekali. Namun hal itu membuat saya sadar bahwa saya salah selama ini. Saking saya sayang dan tidak ingin anak saya kenapa-kenapa akhirnya dia tidak melakukan apa-apa.

Kemudian pengaruh orangtua / mertua juga sangat besar. Ketika umur 5 bulan saya berdirikan anak saya, mereka marah, katanya "nanti juga bisa sendiri." Akibatnya anak ini pun tidak kuat kakinya untuk berdiri. 

Begitu juga tengkurep, ketika saya paksa anak ini tengkurep mereka bilang jangan dipaksa nanti juga bisa sendiri. Hal ini membuat saya sebagai orang tua baru semakin takut. Namun yang terjadi adalah anak saya terlambat dalam gerakan motoriknya.

Dia baru bisa tengkurep umur 8 bulan, belum bisa angkat kepala, sekitar umur 10 bulan baru bisa angkat kepala sendiri. dan yang lebih miris, anak ini baru bisa berjalan umur 2,5 tahun. Saya pikir anak saya benar-benar cacat. saya sudah bawa urut, ke dokter tumbuh kembang, terapi, dsb. Namun tidak ada hasil. 

Dan anak ini tidak merangkak, dia ngesot dan merayap. Bila saya bawa kemana-mana anak ini ingin turun tapi dia ngesot atau merayap. Saya sedih banget. Salah saya sebagai orang tua terlalu takut umtuk memaksa anak saya itu berkembang. 

Berbeda dengan adiknya. Mungkin saya sudah mulai tidak mendengarkan nasehat orang tua hahahaha... khususnya mengenai ini tidak boleh itu tidak boleh. Pakai ini tidak boleh pakai itu tidak boleh. 

Untuk anak saya yang kedua saya lebih seperti "koboi" mengurusnya. Saya biarkan anaks aya bergerak ke sana ke mari. Bila jatuh saya tidak langsung marah atau menolong saya minta untuk dia usaha sendiri (akhirnya saya memperlakukan si kaka juga begitu). 

Saya hanya beritahu tidak selamanya mamah atau papah berada di dekat kalian. Jadi bila kalian jatuh harus secepatnya berdiri jangan menikmati kejatuhan kalian. Sadis sih ...tapi bagaimana lagi.

Akhirnya setelah belajar dari pengalaman tersebut saya pun mulai memahami bahwa tiap anak itu berbeda penangannya.

Hal ini juga yang memutuskan untuk saya memasukkan anak saya yang sulung lebih cepat sekolah, sekitar umur 2,5 tahun saya sudah memasukkan dia sekolah. kebetulan sekolah yang dekat saya TK nya dimulai dari TK A tidak apa-apalah yang penting sosialisasi. 

Namun si kaka hanya bertahana sampai november dia bila diajak sekolah alasannya tutup, kami tidak memaksa suka-suka dia sekolahnya. Namun saya berpikir bila saya tetap menyekolahkan anak ini di tempat yang sama. Maka kejadiannya akan sama. 

Lalu saya memutuskan untuk meyekolahkan anak ini di sekolah di mana saya mengajar, sangat jauh, kami harus berangkat pukul 05.00 WIB dan saya harus memaksa dia bangun pagi.

 Dia bersekolah dari jam 7 sampai jam 12.00 dan kadang dia harus pulang bareng saya pukul 15.30. Namun ternyaya hal ini membuat dia lebih kuat lagi. Dia mengerti sekolah itu harus bagaimana. Dan akhirnya saya pindahkan kembali ke sekolah dekat rumah kami yang tidak menyiksa dia.

Mungkin sepertinya sadis, namun hal ini saya lakukan karena saya tahu anak sulung saya ini butuh stimulus yang lebih banding adiknya.

Jadi untuk memasukkan anak anda belum usianya, andalah yang paling mengerti perlu atau tidak. Bukan karena tidak ada yang jagain udah seklahi saja, tapi karena memang anak ini butuh lebih cepat stimulus. 

Dan sekarang anak sulung saya sudah seperti anak lainnya, tidak cacat, dan bersemangat sekolah.

Saran sebagai orang tua baru : kitalah yang paling tahu kebutuhan anak kita, mungkin banyak teori psikologi, namun teori-teori itu tidak bisa kita paksakan ke anak kita. Karena bila saya mengikuti teori umur anak sekolah sekian entah apa yang terjadi dengan dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun