Mohon tunggu...
sariyatul ilyana
sariyatul ilyana Mohon Tunggu... Researcher, Volunteer, Financial Planner wanna be, Lecture wanna be. -

Sariyatul Ilyana Accounting Education/Yogyakarta State University ~~Penikmat perjalanan hidup~~

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Senyuman Lusuh

2 Januari 2016   21:30 Diperbarui: 2 Januari 2016   21:30 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Senyum lusuh, takkan selamanya lusuh. Tuhan selalu memutar hidup kita selayaknya roda yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Tugas kita hanya menikmati dan bersyukur atas apa yang kita hadapi saat ini"

 

Hiruk pikuk kehidupan dunia membawa orang-orang pada kehidupannya sendiri-sendiri. Mereka berjuang mengais rupiah, dengan harapan mereka bisa makan, menghidupi anak-anak mereka, memenuhi kebutuhan keluarga, atau bahkan untuk memperoleh kemewahan.

Kau pasti juga mengerti, bahwa hidup kita terbagi dalam kelas-kelas ekonomi dimana ada yang termasuk dalam ekonomi menengah atas, ekonomi menengah, ataupun ekonomi menengah ke bawah. Mereka punya cara sendiri dalam mengais rupiah. Orang menengah atas mengais rupiah dengan cara elegan, orang menengah mengais rupiah dengan menggawaikan dirinya, dan orang menengah bawah mengais rupiah dengan cara seadanya.

Setiap pagi, orang-orang berjas dan bermobil mengantar anak-anak mereka ke sekolah. Mereka bekerja di dalam ruangan dingin ber-AC yang tentunya nyaman bukan? Bekerja dengan banyak mengandalkan otak mereka untuk memecahkan sesuatu. Mereka berlalu lalang di hiruk pikuk dunia dengan banyak kenyamanan yang mereka miliki, ya wajar karena mereka punya. Di sisi lain, orang dengan baju seadanya dan tingkat rapi yang bisa dikatakan tidak rapi berdesakan di dalam bus kota, berlarian berebut rejeki dari pelanggan, menawarkan barang seadanya, mereka melakukan hal-hal seadanya yang bisa mereka lakukan untuk mengais rupiah.

Memang beda senyum mereka yang berjas dan mereka yang hanya seadanya. Senyum mereka yang berjas sangatlah anggun dan penuh percaya diri. Tapi senyum mereka yang hanya seadanya, ah... menarik pun sepertinya tidak semenarik mereka yang berjas. Mereka tersenyumpun seadanya, dan mereka tersenyum tidak percaya diri. Selalu merendahkan diri sendiri, dan mungkin hal yang wajar karena mereka tidak memiliki hal yang perlu dibanggakan.

Tetapi, mereka yang seadanya memiliki senyum yang seadanya, senyum ikhlas, senyum yang justru bisa menyentil hati kecil kita. ku bilang itu senyum lusuh dengan penampilan mereka yang tidak semenarik orang-orang yang berjas. Keringat peluh yang selalu saja mengalir di tubuh mereka sungguh menggambarkan kerasnya hidup yang mereka hadapi. Tapi aku percaya, ada saatnya Tuhan membalikkan takdir mereka.

Tingkat ekonomi memang bisa kita lihat nyata bahwa orang ekonomi atas sebagian besar akan terlihat kekayaannya, dan orang ekonomi bawah sebagian besar akan terlihat kemiskinannya. Tetapi hidup hanyalah hidup, dunia fana hanyalah fana, kehidupan tak akan berlangsung selamanya. Jika mengukur keberhasilan hidup hanya dari tingkat ekonomi, berarti kalian sudah lupa jika hidup ini hanyalah ujian, hidup ini akan berakhir, dan kehidupan senyatanya itu adalah kehidupan setelah kematian. Lalu, untuk apa membanggakan tingkat ekonomi dimana si kaya akan berlagak kaya di depan si miskin, dan si miskin akan merasa bodoh dan dirinya rendah di depan si kaya?

Hargailah semua apa terjadi di hidup ini. Jika kau berada di tingkat ekonomi atas dan derajat duniawi yang lebih tinggi, bersyukurlah! karena Tuhan masih memberi kesempatan menggunakan hal tersebut untuk melakukan yang terbaik di dalam hidupmu. Kau bisa beramal lebih, kau bisa memberi lebih, kau bisa mengabdi lebih, dan kau bisa menabung lebih untuk akhiratmu nanti. Tetapi, jika kau berada di tingkat ekonomi bawah dan derajat duniawi yang lebih rendah bersyukurlah, karena Tuhan masih memberikan kesempatan untuk berjuang lebih keras, menikmati anugerah Tuhan setelah perjuangan, dan sesungguhnya kau masih memiliki nikmat yang sepatutnya harus kau syukuri. Nikmat ketika kau masih bisa bersama orang-orang tersayang, nikmat ketika kau masih bisa merasakan hangatnya perdamaian, dan lainnya.

Senyum lusuh, takkan selamanya lusuh. Tuhan selalu memutar hidup kita selayaknya roda yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Tugas kita hanya menikmati dan bersyukur atas apa yang kita hadapi saat ini. Allah sayang kita semua. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun