Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pengalamanku Membimbing Siswa dengan Gangguan Disgrafia

13 Oktober 2020   23:43 Diperbarui: 18 Oktober 2020   23:17 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi disgrafia (Sumber: id.theasianparent.com)

Namanya Lee. Kini ia tinggal bersama nenek dan omnya. Ibunya pergi ke Surabaya tepat sehari setelah aku berkenalan dengan keluarga itu.

Sejak hari perkenalan itu hingga kini, sudah kurang lebih 2 bulan aku membersamai Lee belajar.

Ibunya menitipkan Lee kepadaku karena ia harus memeriksakan adiknya Lee yang usianya baru beberapa bulan. Adiknya tidak bisa menangis sejak lahir, dan minum harus menggunakan silang. Ibunya Lee dan adiknya kini di Surabaya karena ayahnya bekerja di sana.

Sebenarnya Lee bukanlah anak kandung mereka. Lee merupakan anak adopsi. Ibunya Lee berharap Lee bisa berkembang seperti teman-teman yang lain.

Pertama kalinya saya bertemu dengan Ibu Lee, ia menceritakan tentang kondisi Lee. Sejak dalam kandungan ia diobati oleh ibu kandungnya karena mohon maaf hasil hubungan gelap. Tapi Lee tetap bisa bertahan di dalam kandungan hingga ia lahir. Setelah lahir, Lee dijual. Ibunya Lee yang sekarang dan suaminya lalu membeli Lee.

Awalnya mereka berpikir Lee sama dengan anak-anak lainnya, mampu belajar dengan baik. Tetapi setelah 2 tahun bersekolah di taman kanak-kanak Lee tetap tidak bisa menulis. 

Kini Lee telah berusia 6 tahun lebih, dan tahun depan ibunya berharap Lee bisa masuk sekolah dasar seperti teman-teman yang lain. Kini sudah 2,5 tahun Lee duduk di taman kanak-kanak.

"Bunda", begitu dia memanggilku. Secara sosial, Lee sebenarnya anak yang prososial, dia mudah bergaul dan suka berbagi. Dia juga bisa bersikap sopan dengan orang yang baru ia kenal. Tapi guru-guru dan orang di sekitarnya mengatakan bahwa Lee sangat hiperaktif. Mungkin ini benar, tapi sejauh saya membersamai Lee belajar, menurut saya kenakalan Lee masih sesuai dengan tingkat kenakalan anak seusianya.

Jujur sebelum bertemu Lee, ketika mendengar pembicaraan orang-orang tentang Lee saya takut bertemu dia. Karena saya sendiri memahami diri saya sebagai orang yang introvert, sulit bergaul dengan orang baru, dan tidak banyak bicara. Terlebih, saya juga sebenarnya belum berpengalaman menghadapi anak kecil apalagi TK.

Tapi setelah bertemu Lee, saya sendiri terkejut, karena Lee memperlakukan saya dengan baik, bahkan berulang kali memanggil saya dengan panggilan bunda, seperti dia memanggil guru-gurunya yang lain. Meskipun hingga saat ini dia masih sering lupa dengan nama saya, tapi sejak hari pertama itu kita sudah akrab. Bagiku dia tidak semenakutkan seperti yang digambarkan orang-orang.

Lee, menurut saya dia mengalami gangguan disgrafia. Disgrafia berasal dari kata Yunani dysgraphia. Dys artinya cacat, dan graphia artinya menulis dengan tangan. Dysgraphia berarti gangguan menulis dengan tangan. 

Setelah hari pertama pertemuan saya dengan Lee, kepala saya pun pusing, karena saya harus menangani anak yang benar-benar tidak bisa menulis. Saya pun kemudian mulai mencari tahu tentang disgrafia di internet. Pada intinya menurut saya kesimpulan yang dapat saya ambil adalah terus berlatih agar terbiasa.

Tulisan Lee yang saya bantu dengan cara menggerakkan tangan Lee membentuk angka (Dokumentasi pribadi)
Tulisan Lee yang saya bantu dengan cara menggerakkan tangan Lee membentuk angka (Dokumentasi pribadi)
Gambar ini saya ambil ketika pertama kali saya bertemu Lee. Ini adalah tulisan Lee yang saya bantu dengan cara menggerakkan tangannya. 

Jika Lee diminta menulis tanpa bantuan saya menggerakkan tangannya, maka dia hanya akan menulis bulatan-bulatan kecil seperti tulisan yang paling atas itu. 

Menurut saya di dalam memorinya saat itu tidak ada satupun bentuk huruf atau angka yang terlintas di benaknya.

Lee juga mengalami kesulitan dalam hal mengingat warna. Di dalam memorinya ia hanya mampu menyebutkan dua warna yaitu biru dan kuning, tetapi ia tidak tahu mana warna biru, dan mana warna kuning. Di benaknya jika ditanya tentang warna, tidak akan terlintas warna hijau, cokelat, merah, putih, atau lainnya. 

Ia juga kesulitan membentuk benda, seperti menggunting gambar kursi. Ketika menggunting, ia sering mengalami gambar yang diguntingnya terpotong. 

Di awal-awal dulu, saya mengatakan tidak apa-apa, lalu dia pun akan mengingat bahwa jika mengguntingnya terpotong maka tidak apa-apa. Di hari-hari selanjutnya, saya membantunya untuk menggunting dengan pelan-pelan. Meski dia masih agak kesulitan, tapi dia mulai paham bahwa jika menggunting, dia harus perlahan-lahan agar gambarnya tidak terpotong.

Kelemahannya dalam menulis terkadang dijadikan bahan candaan oleh orang sekitarnya seperti otaknya belum dicharger, atau macet, dan lain-lain. Tetapi gadis kecil itu tidak marah, dia malah tertawa, seakan-akan sudah biasa dia diperlakukan seperti itu oleh sekitarnya.

Lee menggambar dengan bantuan tangan saya menggerakkan tangannyanya Lee, dan mewarnainya sendiri (Dokumentasi pribadi)
Lee menggambar dengan bantuan tangan saya menggerakkan tangannyanya Lee, dan mewarnainya sendiri (Dokumentasi pribadi)
Sebenarnya Lee tidak sepenuhnya tidak bisa, ia suka menyanyi, berhitung, mengikuti irama lagu, mengikuti irama gerakan, dan mampu menghafal ABC hingga Z meski tidak tahu seperti apa bentuk hurufnya. 

Ia akan bersemangat jika di ajak melakukan hal-hal yang ia sukai, dan akan mengatakan "tidak bisa" atau menunjukkan sikap tidak bersemangat jika di ajak menulis.

Ia juga suka menirukan gaya youtuber. Ketika sudah lelah belajar biasanya dia akan mengajak saya bermain pura-puranya kita menjadi youtuber. Dia akan menyediakan bukunya sebagai handphone. Lalu kita  bermain pura-pura memblender jus, membuat kue, dan lain-lain. 

Ia pun akan mengulang hal baru yang menurut dia menyenangkan untuk di lakukan. Seperti saat saya mengenalkannya dengan pemainan pura-pura sedang merayakan ulang tahun. Esoknya, dia akan mengajak saya untuk pura-pura merayakan ulang tahun.

Untuk membantunya belajar, saya menyediakan tiga jenis buku yaitu buku berlatih membuat garis, berlatih membuat angka, dan berlatih membuat huruf. 

Selain itu, saya juga menyediakan penggaris berbentuk  yang dapat membantunya membentuk lingkaran, segitiga, persegi, bulan, dan lain-lain, serta saya juga menyediakan untuknya penggaris angka dan huruf.

Contoh peralatan belajar anak kesulitan menulis (Dokumentasi pribadi)
Contoh peralatan belajar anak kesulitan menulis (Dokumentasi pribadi)
Perlahan-lahan, meski tidak banyak, saya yakin bahwa ada perkembangan yang lebih baik pada dirinya dibanding sebelum bertemu dengan saya. Tidak masalah meski penulisannya belum sempurna, bahkan jauh dari yang diharapkan, tapi yang paling penting bagi saya adalah Lee tidak bosan untuk belajar meski hanya 30 menit rutin setiap hari. 

Saya juga minta bantuan omnya untuk membantu Lee mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan belajar pada malam hari, atau ketika saya tidak bisa kesana.

Terakhir, untuk dua hari ini saya mendapatkan kejutan yang membahagiakan bagi saya, yaitu Lee mampu tiba-tiba membentuk angka 8 saat mengerjakan tugas membuat kolam pada gambar bebek di bawah ini.

Angka 8 di kotak atas yang dibuat Lee secara tidak sengaja (Dokumentasi pribadi)
Angka 8 di kotak atas yang dibuat Lee secara tidak sengaja (Dokumentasi pribadi)
Meski Lee membuatnya tidak sengaja, dan jika disuruh untuk membuatnya lagi agak kesulitan, tapi saya yakin bahwa memorinya mulai bekerja, mulai ada bayangan tentang angka dan huruf.

Seperti hari ini, ketika saya memintanya untuk menulis huruf a kecil, dia mampu membuat garis horizontal dan vertikalnya, lalu agak kesulitan di garis yang melengkungnya. Selain itu, ketika tadi saya memintanya untuk menghitung gambar buah, lalu melingkari jumlah yang sesuai, dari enam soal, dia mampu menjawab 3 soal benar. Saya selalu memujinya bagus, hebat, luar biasa, pintar, ketika dia mampu menunjukkan kemampuannya.

Saya berharap di hari-hari selanjutnya Lee mampu terus menunjukkan kemampuannya. Saya pun berharap pada diri saya sendiri untuk tidak bosan, untuk tidak berhenti, untuk terus berjuang membantu Lee agar bisa menulis dengan baik seperti teman-temannya yang lain.

Tulisan terkait:

Memahami Sosioemosi Anak Sekolah Dasar Terhadap Kawan Sebayanya

Sebelum Membimbing Belajar, Pahami Perkembangan Kognitif dan Sosio Emosional pada Anak

Penderita Disleksia, Sulit Mengeja Bukan Berarti Bodoh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun