Masa pandemi Corona Virus Disease (Covid) 19 seharusnya menyadarkan guru bahwa mereka harus siap mendidik siswa-siswa mereka dalam kondisi apapun. Masa pandemi menuntut guru untuk mulai membangun komunikasi yang intens dengan orang tua demi dapat berlangsungnya kembali proses belajar mengajar siswa, bagaimanapun caranya.Â
Maka, jika sebelum masa pandemi, proses kegiatan belajar mengajar hanya berlangsung antara guru dengan siswa, sekarang, guru dituntut untuk melibatkan orangtua pula. Sehingga terciptalah pola hubungan antara guru-orangtua-siswa.
Meskipun saat ini banyak orangtua dan siswa yang telah memiliki handphone android, tapi bukan berarti pembelajaran jarak jauh ini dapat dianggap mudah. Kenyataannya tetap sulit. Pembelajaran jarak jauh ini dirasa tetap berjalan kurang maksimal. Faktor yang menyebabkan pembelajaran jarak jauh kurang maksimal yaitu kondisi lingkungan siswa belajar, guru yang kurang kreatif, dan siswa yang tidak fokus.
Kondisi Lingkungan Siswa Belajar
Seorang guru harus memahami bahwa lingkungan belajar setiap siswa itu berbeda-beda. Ada kondisi lingkungan siswa yang memadai, seperti orangtua bisa mendampingi, akses jaringan internet juga bagus, dan fasilitas belajar terpenuhi.
Namun disisi lain, ada kondisi lingkungan siswa yang tidak memadai. Seperti tidak ada handphone, orangtua tidak bisa mendampingi, akses jaringan internet yang tidak stabil, dan fasilitas belajar yang tidak terpenuhi.
Siswa yang memiliki kondisi lingkungan yang memadai dan yang tidak memadai, maka hasil belajar yang didapat keduanya pun berbeda. Teorinya, siswa yang kondisi lingkungannya memadai, hasil belajarnya jauh lebih baik dibanding siswa yang lingkungannya tidak memadai.
Guru yang Kurang Kreatif
Meskipun di masa pandemi ini guru dimudahkan dengan menggunakan berbagai aplikasi, dari yang sederhana seperti whatsapp, youtube, video call, hingga sarana meeting online, tetapi tidak menutup kemungkinan ada pula guru yang kurang kreatif dalam menggunakan strategi belajar di masa PJJ ini.Â
Contoh guru yang kurang kreatif misalnya ia hanya memberikan materi dan tugas kepada siswa tanpa ada penjelasan terkait tujuan mempelajari materi tersebut, manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, dan penjelasan lebih mendalam tentang kandungan isi/materi.Â
Guru yang kurang kreatif menyebabkan kegiatan PJJ tidak maksimal karena siswa hanya merasa bertanggungjawab atas tugasnya yakni mengerjakan tugas dari guru tetapi ia tidak memahami lebih dalam kegunaan dari materi tersebut. Sehingga apa yang diberikan oleh guru saat itu kurang mengena pada siswa itu sendiri.

Akibat dari guru yang tidak kreatif tersebut menyebabkan siswa tidak fokus dalam belajar. Ketidakfokusan siswa dalam belajar ditunjukkan melalui perilaku siswa yang mulai bosan dengan kegiatan pjj, malas mengerjakan tugas, menyuruh orangtua yang mengerjakan tugasnya, dan siswa tidak mengumpulkan tugas atau bersikap masa bodoh.
Berdasarkan konflik-konflik yang dihadapi tersebut, guru dituntut bisa menyelesaikan masalah tersebut. Maka sebelum terjun kelapangan untuk mengadakan PJJ, sebaiknya guru menyusun terlebih dahulu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama masa pandemi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud yakni guru harus tahu terlebih dahulu bagaimana kondisi lingkungan siswa. Apakah siswa memiliki fasilitas yang memadai seperti handphone atau laptop, apakah terjangkau akses jaringannya, apakah orangtua mampu membimbing siswa atau membiarkan siswa belajar sendiri.
Maka ketika guru sudah memahami kondisi lingkungan masing-masing siswa, tentu guru tidak bisa menyamakan satu siswa dengan siswa yang lainnya, jika kondisi lingkungannya berbeda.
Pembelajaran jarak jauh (pjj) mungkin cocok untuk siswa yang memiliki sarana memadai seperti memiliki handphone, tapi bagi siswa yang tidak memiliki fasilitas memadai, perlu diadakan home visit agar siswa dan orangtua tahu bahwa guru mereka peduli kepada mereka. Dengan demikian, tidak akan menyebabkan rasa minder antara siswa yang memiliki fasilitas memadai, dengan yang tidak memiliki.
Guru juga perlu tahu bagaimana orang tua siswa di rumah, apakah mereka bekerja atau bisa membimbing anak di rumah. Jika orangtua siswa bekerja sehingga tidak bisa membimbing anak, maka perlu ada pendekatan yang intens antara guru dan siswa.Â
Pendekatan tersebut misalnya guru menanyakan kepada siswa apakah ada materi atau tugas yang tidak dipahami. Jika siswa membutuhkan bimbingan guru maka sebaiknya guru juga harus siap untuk menelpon siswa atau melakukan home visit. Tentu jika melakukan home visit harus ada kesepakatan dengan orangtua.
Lalu, apabila orangtua bisa membimbing anak, maka harus ada komunikasi yang intens juga antara guru dengan orangtua. Karena selama belajar di rumah, posisi guru digantikan oleh orangtua. Sehingga pola komunikasi guru-orangtua-siswa harus berjalan dengan baik. Harus ada keterbukaan antara ketiganya.
Ketika guru telah memahami perbedaan kondisi lingkungan siswanya maka guru mulai menyusun tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan strategi yang tepat, yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan siswa, disinilah guru dituntut untuk lebih kreatif. Dituntut untuk belajar tidak menyamakan strategi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, diharapkan tujuan pembelajaran yang dirancang guru selama masa pandemi dapat terwujud.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI