Mohon tunggu...
Lipur_Sarie
Lipur_Sarie Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Indonesia adalah potongan surga yang dikirimkan Sang Pencipta untuk rakyatnya

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Ngidam Kok Benci dengan Suami?

11 November 2013   15:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:18 8783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah menjadi harapan hampir pada setiap pasangan suami istri bahwa setelah menikah istri hamil. Ada yang langsung atau menunggu beberapa bulan bahkan tahunan. Yang pasti kehamilan merupakan sebuah fase yang ditunggu-tunggu dengan suka cita. Terlebih bagi perempuan. Ada kebanggaan tersendiri, berasa benar-benar menjadi perempuan.

Pun dengan diri saya. Hampir setahun usia pernikahan, saya baru hamil. Dahulu, setahu saya orang hamil muda atau yang biasa disebut dengan ngidam itu inginnya serba asem. Seperti rujak, lotis dan muntah-muntah. Namun, ternyata setelah mengalami sendiri justru saya tidak mengalami itu. Saya tidak pernah ingin makan rujak atau lotis. Awal tahu hamil saya cek dengan baby test. Tapi tidak langsung ke dokter. Baru kira-kira 1,2 bulan kehamilan saya dan suami cek dokter. Begitu di tensi hasilnya 70/50. Pantas saja lemessss sekali. Tapi kata dokter tidak apa-apa. Biasa orang hamil muda. Masalah hormonal saja. Yang penting resep dari dokter rutin diminum dan diimbangi makanan bergizi, vitamin serta olahraga.

Akan tetapi, prakteknya tidak se-simple itu. Bagaimana mau olahraga ? Sedangkan badan lemas sekali. Tiba-tiba saya menjadi tidak suka mandi (kalaupun mandi sehari hanya sekali. Itupun terpaksa), mencium berbagai aroma wewangian, malas bersih-bersih rumah. Pegang kemucing saja rasanya berat sekali, apalagi sapu. Dan yang paling heboh adalah saya sangat benci dengan suami. Kalau orangnya tidak ada, saya cari. Saya tunggu mengapa tidak pulang-pulang. Tapi begitu orangnya kelihatan, dalam jarak 2 meter saja aroma keringatnya sudah tercium oleh saya dan itu membuat saya mual tapi tidak bisa keluar. Misalnya sedang nonton TV, suami saya minta jauh-jauh dari saya. Saya benar-benar merasa bukan menjadi diri saya. Hal itu saya alami hampir 4 bulan lamanya. Untungnya suami orangnya sabar dan sangat memaklumi kondisi saya.

Namun, seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan berkembangnya janin kondisi saya berangsur-angsur normal. Saya pun mulai melakukan aktifitas olahraga ringan. Makan juga sudah mulai normal. Giliran Ibu saya yang katanya saya tidak boleh duduk di tengah pintu, nanti anaknya mulutnya lebar. Kalau selesai makan, jangan duduk berlama-lama, nanti anaknya jadi sulit berjalan. Piring segera dibawa ke tempat cucian. Kalau makan pisang, jangan yang sisirnya gandeng, nanti anaknya tidak sempurna. Entah jari tangan atau kakinya. Hal itu saya maklumi sebagai wujud perhatian dan kasih sayang dari seorang calon nenek. Walaupun jelas-jelas tidak masuk akal. Tapi saya tidak duduk di tengah pintu karena memang tidak sopan, kalau selesai makan sayapun segera membawa piring ke tempat cucian karena tidak enak melihat piring kotor di depan kita dan saya pun juga makan pisang yang gandeng sisirnya karena kelihatan rakus.

Tanpa terasa janin yang berada di perut sudah menginjak 9 bulan. Perut sudah mulai kenceng-kenceng. Di awal bulan Desember 2004 sesuatu yang bergerak di perut dan selalu menemani saya di setiap waktu lahir ke dunia dengan selamat, walau harus melalui seksio. Bahagianya menjadi ibu...

Salam cinta untuk keluarga...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun