Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tamat di Masa PSBB, Ini Derita Angkatan Corona

6 Juni 2020   06:00 Diperbarui: 6 Juni 2020   06:42 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa SMA Beffoto bersama guru (sumber: Dokpri)

Tahun pelajaran ini boleh jadi menjadi tahun pelajaran yang kurang mengenakkan bagi para pelajar terkhusus yang akan menyelesaikan jenjang pendidikannya. Bagaimana tidak, Pandemi Corona telah mengubah proses pelaksanaan kegiatan belajar.

Pandemi Covid-19 yang menjadi ancaman kesehatan karena penularannya yang mudah dan belum ditemukannya vaksin yang ampuh melumpuhkan virus ini menjadi penyebab ketakutan menghantui siapa pun. Pemerintah menetapkan pembatasan sosial berskala besar dan protokol pencegahan penularan Covid-19 sebagai upaya menekan penyebaran virus ini di masyarakat. Jumlah orang yang terinveksi terus meningkat, semua orang diminta di rumah saja.

Imbas dari penerapan PSBB pada dunia pendidikan adalah sekolah-sekolah ditutup sementara dan kegiatan belajar dilangsungkan jarak jauh. Pola penyelenggaraan pendidikan terpaksa harus menyesuaikan diri dengan situasi yang tidak memungkinkan untuk belajar tatap muka.

Tak hanya siswa, guru pun merasakan kejenuhan dengan cara belajar yang banyak dinilai kurang efisien untuk saat ini. Masyarakat kita belum terbiasa menerima perubahan yang secara mendadak, walau sebenarnya ini malah membuka pola berpikir masyarakat, bahwa pendidikan dilaksanakan tidak hanya dengan kegiatan tatap muka.

Siswa SMA kelas XII mungkin adalah yang paling banyak merasakan dampak pandemi ini terhadap pendidikan mereka. Dalam sekejap, kebijakan pendidikan berubah dan segala rencana pun berantakan. Ada yang diuntungkan, walau lebih banyak merasa dirugikan. Kekecewaan itu tampak dari bagaimana mereka menyebut diri mereka Angkatan Corona.

Ujian Nasional Dibatalkan

Ujian Nasional(UN) tahun ini yang digadang-gadang menjadi UN terakhir, seharusnya dilaksanakan pada akhir Maret hingga awal April. Namun kebijakan ini dibatalkan mengingat PSBB masih diberlakukan dan demi keselamatan siswa beserta keluarganya. Tak hanya UN, Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) pun dihentikan di tengah jalan.

Keputusan pembatalan UN diambil dari hasil rapat terbatas kementrian pendidikan dan komisi X DPR yang memutuskan mempercepat penghapusan UN yang seharusnya dimulai tahun depan. Penghapusan UN ini diambil dengan tidak merugikan hak siswa dalam hal memperoleh kelulusan tanpa menjadikan UN menjadi syarat kelulusan dan ketiadaan nilai UN tidak akan menjadi permasalahan di kemudian hari.

Boleh jadi ini menyenangkan bagi siswa, sebab kelulusan mereka tak lagi membawa-bawa nama UN dalam proses penentuan kelulusan. Memang UN bukan penentu keleulusan, namun untuk lulus disyaratkan harus mengikuti UN. 

Namun mengingat persiapan yang telah dibuat jauh-jauh hari, belajar tambahan yang bahkan sudah dilaksanakan sejak pertengahan semester ganjil rasanya sia-sia tanpa UN yang mengukur hasil belajar mereka mereka. Belum lagi besarnya biaya persiapan yang sudah mereka keluarkan. Rasanya pembatalan UN ini tak seenak yang dibayangkan.

Dengan dibatalkannya UN, maka tentu saja mereka akan tamat tanpa nilai UN, dan sebagai gantinya nilai rata-rata rapor selama sekolah akan menjadi acuan gambaran pencapaian pendidikan. Tanpa ukuran skala nasional. Bagi siswa yang penasaran dengan pencapaiannya secara nasional, tentu ketiadaan nilai UN ini menjadi kurang menantang. Namun bagi mereka yang tak mementingnya nilai UN, ini sebuah kemenangan.

Tanpa Acara Perpisahan

Angkatan ini akan menjadi angkatan di mana mereka masuk dengan acara penyambutan tetapi tamat tanpa acara pelepasan. Acara pelepasan memang bukan sebuah keharusan, namun bagi siswa yang akan menamatkan pendidikan, acara pelepasan menjadi momen mengharukan dan biasanya dipersiapkan dengan persiapan yang panjang.

Tiga tahun menjalani masa sekolah, tentu banyak cerita yang dilalui. Mengakhiri petualangan masa SMA dengan acara perpisahan yang berkesan menjadi sebuah puncak perjuangan lelah semasa sekolah. Tangis haru kesedihan biasanya pecah, walau sesudahnya tawa riang gembira lebih terasa karena tak lagi dibebani tugas sekolah.

Angkatan ini pantas bersedih, tak ada acara istimewa buat mereka. Tak ada kesempatan untuk bersalaman, peluk dan tangis perpisahan karena dilarang untuk membuat keramaian. Hilang sudah rencana mengenakan pakaian spesial yang sudah dipersiapkan jauh har untuk acara perpisahan. Hilang sudah acara jalan-jalan bersama yang sudah dirancanakan dari hari pertama menyandang status pelajar kelas XII. Tak bisa lagi buat acara makan bersama dengan wali kelas dan teman-teman satu kelas. Tamat dengan Corona untuk diingat.

Lapangan Kerja Sulit

Angkatan Corona ini menghadapi tantangan lain yang tak kalah hebat, persaingan kerja yang semakin sulit. Pandemi Corona membuat perekonomian melambat, karyawan banyak yang di rumahkan menghindari kerugian yang sudah ada di depan mata. Perusahaan ramai-ramai merumahkan pekerja, sementara angkatan kerja yang baru datang dengan rencana ikut meramaikan dunia pekerjaan.

Yang sudah ada saja dirumahkan, yang baru akan di kemanakan? Angkatan Corona harus menghadapi persaingan berat saat dunia usaha kembali bergerak. Mereka akan bersaing dengan tenaga kerja yang sudah berpengalaman yang dirumahkan akibat industri yang istirahat sejenak.

Angkatan Corona harus memperlengkapi diri agar dapat bersaing di dunia kerja. Jika tak ingin jadi sekedar meramaikan persaingan tanpa memenangkan, maka angkatan ini harus melatif kreatifitas menciptakan peluang bagi mereka sendiri.

Lapangan kerja semakin sedikit dan persaingan semakin ketat. Corona membawa tingkat persaingan tenaga kerja ke level yang lebih tinggi. Semua dituntut memperkaya diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang benar-benar dibutuhkan dunia industri. Sangat rasional jika industri akan mengutamakan yang siap produktif, bukan lagi untuk berlatih sebab industri harus segera berlari membayar masa istirahat yang menghabiskan banyak materi.

Bukan saatnya lagi bagi Angkatan Corona untuk menyalahkan keadaan, sebab tak ada yang bisa disalahkan. Namun saatnya bagi angkatan ini untuk memulai babak baru dalam realita kehidupan, bahwa tak selamanya hidup itu berjalan sesuai harapan. Tapi saatnya mulai menciptakan harapan. Semangat bagi Angkatan Corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun