Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Suami Bisa Memasak Itu (Masih) Langka

30 Mei 2020   08:00 Diperbarui: 30 Mei 2020   10:56 2608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto: Dokpri

Memasak memang pekerjaan rumah yang dulunya identik dengan wanita, bahkan saat ini meski sudah banyak kaum pria yang berprofesi di bidang masak-memasak, urusan memasak masih dominan dikerjakan oleh kaum wanita.

Apakah hanya wanita yang bisa memasak masakan enak? Tentu tidak, sebab masakan enak tidak mengenal jenis kelamin, berarti kaum pria juga bisa. Kaum pria mungkin mulai gelisah membaca ini.

Wanita yang jago masak memang dambaan banyak pria, tapi lelaki yang jago masak pasti lebih didambakan kaum wanita. Gantian, kaum wanita mulai senyum-senyum.

Jika kaum pria memberi syarat "pinter masak" untuk menjadi kriteria istri idaman, boleh juga berarti kaum wanita memberikan kriteria yang sama untuk menjadi suami idaman, "bisa masak". Sudah, nanti malah perang gender.

Bagi wanita yang fokus mengurus rumah tangga, mungkin pekerjaan memasak tidaklah menjadi sesuatu yang merepotkan, mengingat itu menjadi pekerjaan utamanya setelah menikah, dan mungkin memilih resign dari tempat bekerja untuk fokus mengurus rumah tangga, dan memasak.

Namun lain halnya bagi wanita karir yang sehari-hari harus bekerja, bayangkan betapa lelahnya mereka. Pagi-pagi benar harus bangun, memasak menyiapkan sarapan dan bahkan untuk makan siang anggota keluarga yang akan ditinggal bekerja. Sore hari sepulang bekerja mereka masih harus memasak kembali untuk makan malam. Sangat melelahkan.

Sebelum masa Work From Home (WFH), istri saya selalu bangun pagi-pagi untuk memasak, menyiapkan sarapan dan bekal untuk makan siang saya dan istri, karena kami sama-sama bekerja. Itu dilakukannya setiap hari kecuali di akhir pekan.

Setelah WFH berlaku pun ternyata sama, yang membedakan hanya waktunya lebih fleksibel, tapi intinya istri saya tetap memasak.

Biasanya saya hanya kebagian peran mengiris-iris bawang, cabai, memotong sayuran dan mencuci semua peralatan setelah selesai memasak. Sedikit meringankan pekerjaan istri, yang sebenarnya belum seberapa dibandingkan lelahnya dia memasak.

Tugas saya setelahnya adalah menghabiskan apa yang dimasak istri saya, biasanya dia hanya memakan tidak banyak, ternyata kalau kita sendiri yang memasak katanya jadi kurang selera dengan apa yang dimasak.

Saat istri saya lelah, tidak enak badan atau mungkin jenuh dengan rutinitas bangun pagi untuk memasak, dia lebih memilih membeli makanan siap saji lewat layanan delivery, sesuatu yang saya kurang suka.

Saya memang lebih menyukai makanan yang dimasak di rumah. Akhirnya saya pun terjun untuk menggantikan istri memasak. Hasilnya, ya tentu tidak karuan tapi masih layak untuk dimakan.

Memasak memang pekerjaan istri, tapi tidak dilarang bagi suami. Suami pun harus bisa memasak. Saya menyebut "bisa" bukan "pintar", yang paling penting bisa dulu, pintarnya boleh belakangan. Suami bisa memasak memiliki banyak keuntungan bagi keluarga.

#1 Menguntungkan Suami

Tadinya saya ingin menempatkan poin ini di belakang, tapi saya berubah pikiran. Suami yang bisa memasak sebenarnya yang lebih banyak diuntungkan adalah suami sendiri, karena suami tidak bergantung kepada istri untuk urusan makanan. Suami tak perlu khawatir makan apa jika istri sedang sakit, lelah atau tidak punya cukup waktu untuk memasak karena kesibukan lainnya. Suami bisa memasaknya, seisi rumah harus tetap makan bukan?

Pria memang butuh makan dengan porsi yang lebih dari pada wanita. Suami yang bisa memasak tidak perlu harus menunggu istri pulang dari kantor untuk bisa menikmati makanan, suami bisa memasak sendiri masakan sederhana untuk mengatasi rasa lapar sebelum istri pulang jika harus menunggu istri yang memasak.

Anak-anak yang ayahnya bisa memasak tentu tak perlu kelaparan menunggu ibunya pulang kantor supaya bisa makan, atau saat ibu mereka tidak bisa memasak, ayah mereka bisa memasak telur dadar, menggoreng ikan, menumis sayur untuk sekedar makan sekeluarga. Itu lebih sehat dari pada makanan cepat saji.

Suami mana yang tidak disayangi istrinya jika dia bisa memasak. Seorang istri akan sangat menghargai suami yang bisa memasak, karena istri tahu betapa sulitnya bagi kamu pria untuk melakukan itu, terjun ke dapur, ke suasana yang banyak kaum pria yakin itu feminim. Hanya pria tangguh yang berani terjun ke dapur, apalagi sampai ketahuan oleh rekannya.

Di mata istri, suami yang bisa memasak punya romantisme kasih sayang yang besar. Suami bisa menunjukkan rasa cinta lewat masakan.

Memberi istri sedikit waktu untuk beristirahat dan mengambil peran memasak sekedar menyiapkan sarapan adalah hal romantis yang diidamkan para wanita. Harga diri pria tidak akan jatuh dengan memasak, malah semakin naik.

#2 Mencegah Pengeluaran Bertambah

Apa korelasi suami bisa memasak dengan menghemat pengeluaran? Bayangkan suatu ketika istri tidak memasak, mungkin sakit atau sibuk bekerja. Keluarga harus tetap makan bukan, tentu pilihan paling gampang adalah makanan cepat saji.

Bisa perkirakan berapa biayanya untuk suami, istri dan dua orang anak? Bayangkan jika terjadi hingga beberapa hari, stok makanan di lemari es bisa kedaluarsa atau sudah tidak segar lagi untuk dikonsumsi.

Belum lagi biaya ekstra seperti ongkos delivery atau bensin karena menggunakan mobil atau sepeda motor.

Seandainya suami bisa memasak, saat istri tidak sempat memasak maka suami dapat memasak, tidak perlu keluar membeli makanan cepat saji, tidak perlu biaya ekstra delivery, bahan makanan di lemasi es tidak perlu membusuk.

Selain itu anak-anak akan terhindar dari mengkonsumsi makanan cepat saji. Jika sesekali mungkin masih wajar, namun jika istri punya tugas keluar kota atau harus beristirahat untuk beberapa hari tentu junk food  akan mengisi perut anak-anak. Efeknya ke depan akan kembali menambah pengeluaran.

#3 Romantisme Dapur

Pernah membayangkan romantisme dapur? Suami memasak, istri menjadi kepala kokinya. Suami yang memakai celemek dan istri tinggal perintah masukkan bumbu ini itu, masak hingga warnanya kecoklatan lalu cicipi rasanya. Itu momen langka bukan. Kenapa tidak berpikir untuk melakukannya?

Suasana dapur dengan ayah dan anak-anak memasak bersama tanpa istri untuk sekedar membuat masakan kejutan bagi istri di hari special istri lebih berkesan dari pada akan malam di luar dengan kemewahan. Suami yang wajahnya terkena noda tepung atau sambal terlihat lebih seksi. Percayalah.

Istri akan lebih bahagia dan sehat dengan suami yang bisa membantunya memasak. Beban istri akan terasa berkurang dan dengan itu istri akan lebih percaya diri saat bekerja di kantor.

Pikiran akan memasak apa sepulang kerja biasanya sudah memenuhi pikiran para istri sebelum pulang jam kerja berakhir. Istri anda akan lebih produktif dalam pekerjaannya.

Istri akan punya lebih banyak waktu bersama suami. Pijatan di malam hari akan menjadi bonus yang didapat suami dari istri.

Hubungan suami istri yang kuat akan memperkuat ikatan dalam rumah tangga. Anak-anak yang dibesarkan dengan suasana romantis akan memiliki kedekatan yang kuat dengan kedua orang tuanya.

Ya, semua bermula dari suami yang bisa memasak.

#4 Lebih Menghargai Pengorbanan Istri

Memasak membutuhkan kesabaran, ketahanan menghadapi panas tungku api hingga wajah yang menghitam. Seorang istri telah merelakan kecantikannya hilang demi memasak bagi suami dan keluarga. Suami mungkin memilihnya menjadi istri karena ia cantik, namun setelah menikah istri merelakan kecantikannya terbakar demi memasak buat suami.

Suami yang memasak tentu akan menyadari betapa panasnya dapur, keringat dan wajah menghitam. Suami yang peka akan kondisi ini akan memahami betapa besar perjuangan istri dapat menghadirkan makanan yang lezat di meja makan. Butuh proses yang agak panjang hingga makanan itu bisa dinikmati.

Hanya suami yang mengalami terjun ke dapur yang akan memahami bahwa sesudah memasak pekerjaan justru bertambah, mencuci semua peralatan masak, membereskan dapur, membersihkan kompor hingga mengepel lantai dapur dan seterusnya. Padahal judulnya memasak, tapi yang dikerjakan lebih dari sekedar memasak.

Hanya suami yang memasak yang akan memahami kalau suasana hati bisa mempengaruhi masakan. Jadi jika istri memasak namun rasanya sedikit tidak karuan, mungkin suasana hati istri kurang baik. Suami yang bisa memasak bisa lebih peka akan suasana hati istri. Bisa memahami situasi hati istri? Anda adalah suami hebat.

#5 Semakin Disayangi Istri

Suami yang bisa memasak adalah pria unik yang jarang ada. Istri dari suami yang bisa memasak adalah wanita beruntung memiliki pria yang bisa diandalkan untuk memasak terlebih saat situasi kurang memungkinkan bagi istri untuk bisa memasak.

Barang langka mahal harganya. Suami langka tak ternilai harganya. Suami yang langka akan disayangi istrinya. Suami yang disayangi istrinya akan mendapat perhatian lebih dari istrinya.

Bayangkan jika dalam sebuah perbincangan para istri mereka membahas suami yang bisa memasak, itu hal paling seru yang bisa mereka ceritakan. Dan istri yang suaminya bisa memasak akan paling bahagia dalam perbincangan itu.

Dikutip dari situs womantalk.com, berdasarkan hasil riset Hill ASEAN Studies tahun 2018, hanya 3 dari 10 suami di Indonesia yang berbagi pekerjaan rumah termasuk memasak dengan istri yang turut bertanggung jawab atas finansial keluarga.

Artinya 7 dari 10 istri tetap mengambil tugas rumah tangga seorang diri walaupun istri ikut bekerja untuk membantu finansial keluarga.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, suami yang bisa memasak itu sangat langka. Karena sangat langka, suami seperti itu akan dijaga kelestariannya, maksud saya istri akan menjaganya seperti menjaga barang paling berharga miliknya.

#6 Teladan Bagi Anak-anak

Anak-anak yang dibesarkan dengan ayah yang bisa memasak akan melihat teladan yang baik bahwa pria juga harus bisa memasak. Dari ayah yang bisa memasak anak-anak akan melihat tanggung jawab yang besar dari ayah terhadap keluarganya. Memasak bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi secara bersama-sama.

Ayah yang bisa memasak akan memberi teladan kepada anak laki-lakinya bahwa sangat penting bagi laki-laki untuk bisa memasak. Untuk memandirikan anak supaya kelak bisa memasak minimal untuk diri sendiri.

Anak-anak yang dibesarkan dengan teladan yang baik akan tumbuh dengan rasa percaya diri yang sehat dan karakter yang kuat seperti yang dicontohkan oleh kedua orang tuanya. Dari ayah yang bisa memasak, anak-anak akan melihat bahwa ayah dan ibu setara dalam urusan rumah tangga.

Saya ingin menutup tulisan ini dengan mengingat satu kalimat dari film Ratatouille tahun 2007, berbunyi "Siapa pun bisa memasak". Saya menekankan pada bisa memasak, tidak harus ahli memasak. Seorang suami sangat perlu untuk bisa memasak. Membiarkan tugas memasak hanya kepada istri justru tidak baik bagi suami.

Suami juga harus bisa mandiri dan berkreasi dalam memasak. Tidak harus masakan yang enak seperti di restoran, tapi masakan sederhana namun sehat sudah cukup untuk mengantisipasi situasi di mana istri tidak memungkinkan untuk memasak.

Suami, ayo memasak!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun