Sumber: theindustry.fashion
Di era saat ini, banyak barang yang sejatinya merupakan kebutuhan tersier berubah menjadi kebutuhan primer yang digunakan seseorang sebagai upaya untuk unjuk diri pada lingkungan sosialnya. Barang mewah merupakan salah satu jenis kebutuhan yang semula berada diurutan ketiga dari pemenuhan kebutuhan, saat ini menjadi urutan pertama dan tergabung dalam kebutuhan primer bagi beberapa orang. Jadi apakah barang mewah itu?
Menurut Oxford Dictionary, luxury atau kemewahan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kenyamanan yang luar biasa atau keanggunan terutama melibatkan biaya yang besar. Sehingga kita dapat mendefinisikan barang mewah atau luxury goods sebagai suatu barang yang didalamnya melibatkan biaya atau harga yang tinggi.
Erwan Ramborug, seorang HSBC Managing Director dan penulis buku "The Bling Dynasty: Why the Reign of Chinese Luxury Shoppers Has Only Just Begun" membuat sebuah piramid luxury brand berdasarkan tingkat aksesibilitas. Mulai dari lower end atau barang-barang mewah yang terjangkau hingga ultra-high end luxury atau barang-barang mewah kelas atas yang hanya dapat dijangkau oleh segelintir orang saja
Sekarang mengapa seseorang menginginkan untuk memiliki barang mewah?
Keinginan seseorang terhadap barang mewah bahkan telah dikaji dalam berbagai disiplin bidang ekonomi misalnya makalah ekonomi klasik yang ditulis oleh Warner Sombart (1912/1967) yang berjudul "Luxury and Capitalism", Â hingga Robert H. Frank dalam bukunya yang berjudul "Luxury Fever: Weighing The Cost of Excess".
Ini menunjukkan bahwa ekonom-ekonom dari abad ke- 18 bahkan hingga abad ke-21 sudah melihat fenomena tentang keinginan pelaku ekonomi terhadap barang mewah dan menjadikannya sebuah pemikiran konseptual akan perilaku tersebut. Sombart yang dalam tulisannya berfokus pada pola konsumsi barang mewah di abad ke-18, di mana saat itu barang-barang mewah menjadi lebih banyak tersedia dan diburu oleh banyak orang.Â
Sedangkan Frank dalam bukunya menjelaskan tentang orang-orang yang menghabiskan banyak uang dalam upayanya mengikuti gaya hidup mewah orang-orang super kaya. Tidak hanya itu, frank juga mengamati gaya hidup konsumen yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, sedikit menabung, dan meminjam lebih banyak uang untuk memenuhi gaya hidup mewahnya.
Willersdorf, Global Head of Luxury Boston Consulting menambahkan bahwa kelompok gen z (kelahiran tahun 1993-2001) akan memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecepatan dan perubahan yang terjadi di pasar barang mewah. Namun kelompok gen z bagi beberapa brand barang mewah masih menjadi sebuah teka-teki.Â