Mohon tunggu...
Sapri Pamulu
Sapri Pamulu Mohon Tunggu... profesional -

Ngeblog untuk belajar menulis dan berbagi. Peneliti paradigma strategi tentang kapabilitas dinamis yang menentukan keunggulan bersaing dan kinerja organisasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS: Penghianat Koalisi SBY?

24 Desember 2009   00:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:48 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kembali dituding sebagai salah satu partai penghianat dalam koalisi pemerintahan SBY. Walau praktek politik berfatsun bahwaa tiada kawan dan lawan yang abadi selain kepentingan, tudingan ini tetap saja menjadi menarik, apalagi partai ini sudah beberapa kali ditengarai berhianat dalam hak angket di Senayan. Pertama, lolosnya hak angket kenaikan bahan bakar minyak (BBM) tahun 2008 lalu, Partai Demokrat (PD) menuding PKS dan PPP sebagai penghianat dengan motif untuk merenggh simpati menjelang pesta demokrasi 2009. Anas Urbaningrum -Ketua DPP PD- menyebut PKS dengan "jeruk makan jeruk" yang menunjukkan sikap politik "pagi kedele sore tempe" merujuk sikap awal kedua partai tersebut yang semula hanya mengajukan hak interpelasi saja. Terakhir, dalam kasus bail out Bank Century, Ruhut Sitompul -Ketua DPP PD- kembali menyebut PKS penghianat dan PAN kiri-kanan oke. "Memang dari dulu PKS itu pengkhianat dan PAN itu KKO, kanan kiri oke," katanya. Desakan anggota Panitia Khusus (Pansus) Century dari Fraksi PKS dan Partai Amanat Nasional (PAN) agar Boediono dan Sri Mulyani menonaktifkan diri, dinilai sebagai bentuk pengkhianatan. Petinggi PKS,  Fahri Hamzah -Wasekjen DPP- mengaku heran partainya disebut berkhianat, alasannya PKS selalu menyokong PD sepanjang tidak keluar dari jalur yang disepakati. "Semuanya bersama-sama sebagai koalisi. Kalau diajak maling kita ya nggak mau dong, jadi harus tetap kritis," kata Fahri. Menurut Mukhamad Misbakhun, Politisi PKS di Senayan, tidak ada alasan rasional untuk menolak hak angket, karena hak angket itu adalah mekanisme konstitusional untuk menguji kebenaran di ruang publik dengan menggunakan akal sehat, tidak bertujuan menjegal lawan politik tetapi justru untuk menjernihkan nalar publik yang terganggu dan menganggap ada ketidakadilan dalam kebijakan bailout tersebut sebagaimana diendus oleh BPK bahwa terdapat keganjilan dalam penanganan Bank Century. Apakah sikap PKS ini merupakan bentuk idealismenya sebagai partai dakwah? Katakan yang benar meski itu pahit? Dalam artian di tengah-tengah sikap yang makin taktis dan pragmatis, PKS juga menggigit idealisme kuat-kuat.  Pada masa sebelum pemilu 1999, misalnya, Dewan Syariah PK menegaskan bahwa Partai Keadilan didirikan bukan untuk mengejar kekuasaan, melainkan untuk menebar dakwah sehingga  kader dan simpatisan diserukan untuk lebih banyak meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah yang dapat menghantarkan kemenangan. Hal yang berbeda dengan sikap PKS dalam dua pemilu terakhir,  dimana keberhasilan partai dianggap ditentukan melalui kecerdasan menyusun dan melakukan strategikampanye. Jadi mengajak orang mencoblos PKS merupakan prioritas pertama, lalu soal dakwah bisa dilakukan setelahnya. Lalu, apa yang membuat PKS menjadi seolah menjadi penghianat alias tak bisa berkomitmen? Pragmatisme atau idealisme semata atau ada motif lain? Ada pengamat menduga bahwa sikap PKS ini hanya sekadar kamuflase untuk menutupi agenda partai yang sebenarnya. Setelah berkoalisi dengan kekuasaan (SBY), menurut pendapat ini, PKS kembali akan menunjukkan wajah aslinya. Di pihak lain, ada juga yang menduga bahwa PKS sebenarnya tidak beda dari partai politik pada umumnya, yang hanya berorientasi kekuasaan, sehingga sikap pragmatis menjadi sebuah keharusan. Pengamat Politik UGM, Gaffar Karim merekomendasikan SBY menendang partai yang tidak punya komitmen koalisi dengan melakukan reshuffle kabinet, alasannya  sikap tegas harus diambil PD dan SBY jika ingin menciptakan koalisi yang kompak untuk menghadapi berbagai permasalahan pemerintah, bukan seperti macan ompong. Jadi, quo vadis PKS, bukan berhianat kan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun