#KaburAjaDulu: Ketika Pelarian Jadi Pilihan, Bukan Solusi
Pendahuluan
Di era media sosial yang serba cepat dan penuh tekanan, muncul sebuah frasa viral yang banyak digunakan netizen: #KaburAjaDulu. Hashtag ini menjadi semacam mantra yang digunakan saat seseorang merasa stres, tertekan, atau ingin menjauh dari situasi sulit. Tapi apa sebenarnya makna di balik hashtag ini? Apakah ini bentuk kebebasan modern, pelarian sehat, atau justru sikap menghindar yang bisa berdampak negatif?
1. Asal-Usul dan Popularitas Hashtag #KaburAjaDulu
Hashtag #KaburAjaDulu mulai ramai digunakan di Twitter, TikTok, dan Instagram sejak beberapa tahun terakhir. Awalnya muncul sebagai bentuk candaan atau meme saat seseorang ingin "lari" dari tanggung jawab atau masalah. Misalnya:
Pegawai kantor yang kelelahan berkata, "Deadline numpuk? #KaburAjaDulu ke Bali."
Mahasiswa stres ujian berkata, "UTS besok, belajar belum. #KaburAjaDulu ngopi."
Seiring waktu, hashtag ini berubah menjadi simbol dari dorongan untuk istirahat sejenak, melarikan diri dari rutinitas, bahkan sebagai bentuk escapism dari realitas yang keras. Namun, apakah pelarian ini sehat?
2. Dimensi Psikologis dari #KaburAjaDulu
Ada dua sisi dari penggunaan #KaburAjaDulu:
a. Sisi Positif: "Kabur" Sebagai Mekanisme Coping