Dengan segala keterpaksaan hari minggu lalu, saya menghadiri hari bahagia pernikahan seorang sahabat, di sebuah desa di Sumberpakem, Jember. saya katakan terpaksa karena dalam suasana darurat pandemi, sama sekali bukan terpaksa karena urusan pribadi.
Namanya sahabat dekat, tidak tega rasanya kalau tidak menghadiri acara pernikahannya, sebab pernikahan merupakan momen langka. Dikatakan langka karena kebanyakan orang menginginkan cukup menikah  seumur hidup sekali saja.
Sekalipun dalam suasana pandemi tidak ada orang yang berhak melarang orang lain untuk mengekspresikan rasa bahagianya, dengan mengundang teman dan handai taulan. Namun suasana tetap berbeda dengan kebiasaan pada umumnya di luar masa pandemi.
Para tamu dan undangan yang hadir di masa pandemi serba terbatas, setiap orang menghadiri pesta dengan busana yang terbaik namun tetap saja hidung dan mulut harus bermasker, bersalaman, berpelukan sebagai ekspresi kegembiraan bertemu handai taulan tidak ada lagi, rasanya memang hampa. Sampai ke tempat pesta harus mencuci tangan, padahal dari rumah sudah mandi bersih dan berparfum. Dudukpun dipaksa berjarak, ritual keagamaan dipersingkat, kegiatan adat banyak yang tereliminasi, hanya pokok-pokonya saja. Demikian seolah tercerabut akar bahagia karena Corona.
Corona telah mengubah etika dan kesopanan, di sudut tertentu bahkan membatasi ruang gerak agama, sementara di sudut yang lain memporak-porandakan adat budaya.  Namun pelajaran terbesarnya adalah penghormatan terhadap nyawa dan kemanusiaan. Adalah penting untuk bisa menyelamatkan diri sendiri dan orang lain dari ketertularan  penyakit ini.
Penghormatan terhadap kemanusiaan itu sendiri telah diajarkan Tuhan dalam Firmannya, Â "oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya....(Al-Maidah 32).
Protokol kesehatan superketat hanyalah bagian dari upaya manusia menghindari virus corona yang mematikan, menghindari kerumunan saat ini adalah sikap bijak yang diperlukan agar terhindar dari kekonyolan, seperti itu pun adalah ajaran Tuhan yang harus diamalkan, janganlah kalian menjerumuskan diri kalian dengan tangan kalian sendiri ke dalam kebinasaan ( Al-Baqoroh : 195).
Jika tumbuh kesadaran sosial untuk bisa menjaga diri sendiri dan sesuai aturan jika di area publik, maka keuntungannya akan di peroleh semua pihak. Salam sehat.. Tetap semangat.