Mohon tunggu...
Ade Kamilah
Ade Kamilah Mohon Tunggu... Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menempuh Kuliah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Panjang Dakwah Nabi dan Tantangannya

26 Juni 2024   22:45 Diperbarui: 26 Juni 2024   22:46 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Syamsul Yakn dan Ade Kamilah 

Dosen dan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 

Tiga belas tahun bukan waktu yang sedikit untuk masa bermulanya dakwah nabi pada periode Mekah. Pengikut nabi sedikit sekali, hingga bukti keyakinan Khadijah yang yakin akan dakwah Rasulullah yang kita lihat kini umat Muslim menyentuh 1,9 Miliar.

Menilik sejarah awal, dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dari pintu ke pintu, mengetuk setiap personal. Pemeluk Islam dimulai dari keluarga nabi. Pertama, istri Rasulullah yakni, Khadijah binti Khuwailid ( wafat 619 Masehi). Menyusul Ali bin Abi Thalib ( wafat 661 Masehi) seorang sepupu nabi.

Menyusul kalangan sahabat, ada Abu Bakar as Shiddiq ( wafat 634 M), Zaid bin Haritsah ( wafat 629 M), dan Utsman bin Affan (wafat 656 Masehi). Ditambah 23 tokoh-tokoh besar lainnya, kita mengenal mereka dengan Al- Saabiqunal Al- Awwalun.

Perihnya masa ini ketika Nabi diejek, dihinakan, bahkan diancam dibunuh karena dakwahnya. Politisasi kepada nabi saat beliau dikucilkan pada kaumnya sendiri, suku Quraisy. Tidak hanya itu, propaganda terus dilakukan bukan hanya pada dakwah nabi tapi juga diri nabi.

Perundungan dalam ekonomi ketika Nabi dan Khadijah yang sebagai pedagang diboikot masyarkat. Seperti untuk tidak membeli yang dijual Nabi dan menjual apa yang dibeli Nabi.

Keadaan kian terpuruk saat pamannya, yang Abu Thalib ( wafat 619 M) yang selalu berdiri di belakang Nabi untuk melindungi, kemudian meninggalkan Nabi. Dengan kepergian pamannya sebagai tokoh yang disegani dan terpandang di kalangan kaum Quraisy semakin membuat berani kaum kafir menentang dakwah Nabi. Nabi tidak gentar pada dakwah sekalipun ditawari harta dan wanita.

Kesedihan mendalam Nabi, ketika istrinya beliau wafat Bunda Khadijah binti Khuwailid. Tahun kesedihan yang kita kenal dengan Amil Husni mencerminkan bahwasanya Nabi juga seorang manusia pilihan yang bisa merasakan kesedihan ditinggal orang yang dicintai, apalagi bertubi-tubi. Terjadi pada tepat sepuluh tahun kenabian. Lalu Allah menghibur hati Nabi dengan peristiwa menakjubkan, Isra Mi'raj pada 620 M.

Allah tidak akan menurunkan masalah tanpa solusi, untuk mengakhiri problematika ini turun perintah hijrah secara besar -besaran ke Yastrib ( Madinah) pada 622 M. Tercatat, 75 orang laki-laki dan dua orang perempuan. Jumlah yang tidak begitu banyak untuk kaum muslim saat itu. Kita mengenalnya kemudian dengan kaum Muhajirin.

Pada masa kedua dakwah yakni Madinah, dakwah semakin meningkat namun, juga meninggalkan masalah yang terus menghambat.

Pertama, kegiatan peribadahan. Nabi yang sudah menerima perintah sholat, namun belum memiliki masjid dan sarana infrastruktur lainnya. Kedua, adanya (social gap) antara kaum Muhajirin dan Ashar. Namun, Nabi akhirnya mempersaudarakan mereka, pranata sosial pun terbangun juga pasar, yang menyokong kegiatan ekonomi umat Islam kala itu.

Selain Anshar, terdapat kaum lain yang menempati Madinah, yakni Yahudi dan Nasrani. Terdapat tiga komunitas Yahudi yang berseteru dengan Qunaiqah, Qurauzhah, dan Nadhir. Mereka akhirnya melanggar peraturan mereka sendiri untuk tidak membunuh dan mengusir.

Nabi melihat hal itu akhirnya berunding untuk membuat kesepakatan kepada semua komunitas di Madinah yang dikenal dengan Perjanjian Madinah. Berupaya untuk membangun kestabilan sosial dan membangun keharmonian kaum bersama. Terulang kembali, Yahudi melanggar perjanjian tersebut.

Kalau disusun, problematika masa Madinah mencakup empat persoalan. Pertama, aspek internal seperti akidah, syariah, akhlak, dan muamalah. Kedua, damainya umat Islam dengan Kristen Najran.

Ketiga, Yahudi yang tidak berhenti menyingkirkan dakwah Islam berujung pada Perang Khaibar 629 Masehi dan keempat, Perang Khandaq (627M) merupakan persekutuan kafir Quraisy dengan Yahudi.

Maka Nabi membangun dan memperkuat sistem politik dan pertahanan untuk dakwah Islam yang lebih maju.*

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun