Mohon tunggu...
Ketut Manis Santi Purnami
Ketut Manis Santi Purnami Mohon Tunggu... Seorang guru yang sedang melanjutkan studi

Di dalam kelas, saya adalah fasilitator. Di luar kelas, saya adalah pembelajar. Profesi guru mengajarkan saya bahwa kompetensi terbaik adalah kerendahan hati untuk terus berkembang. Blog ini adalah jurnal perjalanan saya, sebuah ruang untuk merefleksikan praktik mengajar, menggali wawasan pendidikan terkini, dan terhubung dengan para pemerhati pendidikan lainnya. "The best teachers are those who show you where to look, but don't tell you what to see." – Alexandra K. Trenfor

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Suara dari Pinggiran : Melihat yang Tak Terlihat, Mendegar yang Tak Didengar

12 Oktober 2025   16:44 Diperbarui: 12 Oktober 2025   18:24 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar : dibuat dari aplikasi blender)

Menuju Kota yang Ramah dan Manusiawi

Mengubah keadaan memang tidak semudah memetik gitar. Tapi ada langkah-langkah nyata yang bisa kita mulai:

  1. Reformasi Kebijakan

Terapkan prinsip design for all dalam tata kota, agar semua orang bisa mengakses fasilitas publik. Sediakan dan sosialisaikan pelatihan vokasi inklusif dan kuota kerja bagi penyandang disabilitas.

  1. Transformasi Sosial

Edukasi masyarakat tentang hak-hak disabilitas. Perkuat komunitas yang dipimpin oleh penyandang disabilitas sendiri.

  1. Revolusi Mental

Tanamkan empati sejak dini. Hancurkan stereotip bahwa disabilitas berarti ketidakmampuan. Dorong penyandang disabilitas untuk menjadi agen perubahan, bukan sekadar penerima bantuan.

Menutup dengan Sebuah Renungan

Keberadaan pengamen tuna netra di setiap persimpangan adalah cermin dari janji kemerdekaan yang belum sepenuhnya ditepati. Mereka bukan sekadar "pengamen jalanan", tapi suara dari pinggiran yang mengingatkan kita bahwa keadilan sosial masih perlu diperjuangkan. Membangun masyarakat inklusif bukan tentang memberi sedekah, tetapi tentang menciptakan sistem yang memungkinkan semua orang, termasuk mereka yang tak bisa melihat untuk tetap memiliki harapan, martabat, dan ruang untuk bermimpi. Seperti kata Kant, "Kebahagiaan bukanlah ideal akal budi, melainkan ideal imajinasi." Maka mari kita berimajinasi lalu bekerja, untuk menghadirkan Indonesia yang benar-benar ramah bagi semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun