Mohon tunggu...
Santhos Wachjoe Prijambodo
Santhos Wachjoe Prijambodo Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNS di Surakarta

Seseorang dengan hobi membaca dan menulis artikel, baik artikel ilmiah maupun artikel non ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Liburan Panjang, Tiduran Aja di Rumah

9 Januari 2024   12:46 Diperbarui: 9 Januari 2024   12:47 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Jika ada yang tanya kemana aja libur natal dan tahun baru kemaren, pasti saya jawab aja, Cuma tiduran aja di rumah. Kok gak pergi berlibur? Dan berbagai macam pertanyaan akan ditanyakan, yang intinya menanyakan kok liburan gak pergi berlibur dan cuma ngendon di rumah. Banyak alasan kenapa kalo libur panjang justru malas buat pergi berlibur dan pastinya hal yang sama juga dirasakan oleh orang lain yang setipe.

Suatu keadaan yang sudah pasti terjadi ketika ada libur panjang, yang merupakan suatu hal ynag lumrah terjadi. Apalagi, khusus bagi saya pribadi, rumah saya terletak di jalur tempat wisata, yaitu kota Solo dan Tawangmangu, sudah pasti jalan raya di sekitar rumah menjadi tempat yang sering terjadi kepadatan lalu lintas saat libur panjang. Tentu hal ini merupakan hal yang sangat saya hindari pada saat libur panjang karena jelas menguras fisik dan psikologis bagi orang yang mengalaminya.

Pasti terjadi ada kerumunan orang di tempat wisata pada saat libur panjang dan hal ini tidak mungkin dihindari. Banyak hal yang bisa terjadi ketika terjadi kerumunan orang, seperti kecopetan, pelecehan seksual bahkan penyebaran virus penyakit. Tentu tidak akan menyenangkan ketika kita berniat berlibur tetapi justru kita mendapatkan hal-hal negatif yang tidak kita inginkan dan akhirnya kita yang merugi ketika hal tersebut terjadi.

Dijamin deh, ketika libur panjang, harga-harga pasti naik, khususnya harga-harga di tempat wisata. Istilahnya adalah aji mumpung, maka banyak pedagang yang memanfaatkan waktu libur panjang untuk mengais rejeki. Sebenarnya hal ini tidak terlepas dari hukum pasar, yaitu ketika permintaan bertambah maka harga akan naik mengikuti kenaikan jumlah permintaan. Tentu hal ini juga saya hindari karena, ibaratnya, kita memberi seporsi mie instan dengan harga yang sama, kita bisa membuatnya di rumah dengan isian yang lebih variatif dan rasa yang tentu lebih sesuai dengan selera kita.

Mungkin terdengar naif, namun sesungguhnya akan sungguh nikmat rasanya melihat orang-orang ramai-ramai pergi berlibur, bermacet-macet di jalanan, bergerombol di tempat wisata dan (sedikit) diketok harga makanan di tempat wisata. Dengan ngendon di rumah, kita bisa menikmati liburan bersama keluarga, lebih terjalin keakraban di antara anggota keluarga sehingga bisa terwujud keluarga yang mesra dan kompak.

Meskipun tidak bisa menjadi alasan kenapa saya malas berlibur pada saat libur panjang, namun alasan ini juga menjadi pertimbangan. Dengan usia yang sudah lebih dari setengah abad dan sudah tidak ada tanggungan anak yang masih kecil yang tentu sering minta pergi ke tempat wisata, maka sudah tidak ada lagi keinginan untuk pergi berlibur saat libur panjang, entah nanti saat udah punya cucu...hehehe. diakui atau tidak, usia juga bisa menyebabkan badan sering cepat lelah sehingga lebih memilih untuk tinggal di rumah saat libur panjang serta memilih berlibur saat hari kerja dengan mengajukan cuti, pasti lebih bisa menikmati liburan.

  •  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun