Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Intrik "Birahi Politik" Wacana Tunda Pemilu dan Masa Jabatan Presiden 3 Periode

3 Maret 2022   08:21 Diperbarui: 3 Maret 2022   08:25 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Pemilu 2024 (Liputan6)

Genderang Pemilu 2024 belum ditabuh, namun nampaknya gemuruh hajatan besar perpolitikan di Indonesia jauh lebih dahulu terdengar. Kiranya satu pekan terakhir ini diantara kelangkaan minyak goreng di pasaran, harga kacang kedelai tinggi, harga daging sapi tinggi dan sebagainya, publik kembali diramaikan dengan suara bising akan wacana agar pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 ditunda serta penpanjangan masa jabatan Presiden menjadi 3 periode.

To the Point saja, Penulis sebagai orang awam merasa aneh dengan (lagi dan lagi) munculnya wacana diatas. Pertanyaannya sederhana, loh Presiden-nya saja sudah berkali-kali mengungkapkan menolak jabatan 3 periode, kemudian jauh-jauh hari H Pemilu 2024 pun sudah bulat dikumandangkan, lantas mengapa muncul ide konyol itu kembali?

Apakah ide penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan Presiden ini murni suara pribadi, titipan, atau test on water akan pandangan publik?

Dari segudang informasi yang Penulis dengarkan mengatakan bahwa wacana tersebut muncul dikarenakan beragam faktor, salah satu yang santar terdengar ialah dikarenakan minimnya figur sosok pemimpin yang kelak akan berkompetisi dalam Pemilu 2024. Apa betul demikian?

Bilamana diterjemahkan, segelintir elit politik aware terhadap siapa saja sosok-sosok yang akan maju dalam Pemilu 2024 terkhusus prihal Pemilihan Presiden. 

Bukan kenapa-kenapa, toh faktanya dari sekian hasil polling mengungkapkan bahwa pilihan publik hanya tertuju kepada si A, B, dan C dengan indikasi tingkat elektabilitas yang tinggi. Semoga saja bukan elektabilitas hasil pesanan ya.

Kemudian ditambah lagi mengenai syarat Presidential Threshold 20 persen yang bikin segelintir elit politik pusing tujuh keliling harus gigit jari menanggalkan ambisinya untuk duduk sebagai RI 1. 

Bagaimana tidak pusing, sudah harus susah payah keluar uang dan cari dukungan untuk dapat mencalonkan diri, eh nyatanya tingkat elektabilitas segitu-gitu saja bahkan ada yang sampai tidak diperhitungkan. Sedangkan mau meninggikan tingkat elektabilitas dengan upaya lebih sering tampil ke publik maupun pansos, justru malah terhadang oleh persiapan waktu Pemilu yang mulai start di tahun 2023 nanti.

Jadi tidak mengherankan segelintir elit politik kini sedang pusing tujuh keliling, tetapi bukan pusing karena ingin mencalonkan diri melainkan lebih kepada pusing bagaimana cara mengusung sosok petingginya agar diterima tidak hanya oleh publik tetapi pula di kalangan elit politik sehingga menggemakan wacana omong kosong tersebut agar publik dapat menerima dan mengiyakannya.

Notabene dari wacana agar Pemilu 2024 ditunda serta penpanjangan masa jabatan Presiden menjadi 3 periode ini lebih kepada upaya pelampiasan birahi politik akan bagaimana agar dapat berkuasa, setidaknya lebih kepada mempersiapkan bidak catur untuk langkah-langkah selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun