Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nasib Anies Baswedan Pasca-Revitalisasi Monas

5 Februari 2020   13:28 Diperbarui: 5 Februari 2020   14:12 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan (Beritasatu)

Setelah bertubi-tubi menjadi sorotan dan menimbulkan banyak pertanyaan. Pada akhirnya Pemprov DKI Jakarta melalui Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah mengkoreksi pernyataan sebelumnya bahwa informasi terkini yaitu terdapat 191 pohon yang ditebang dan 85 pohon yang dipindahkan dalam proyek revitalisasi Monas.

Ia mengutarakan Pemprov DKI Jakarta akan mengganti 191 pohon yang ditebang menjadi tiga kali lipat atau menjadi 573 pohon. Anggaran pengadaan pohon pengganti itu sudah termasuk di dalam anggaran revitalisasi Monas yang dialokasikan di Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta. - Kompas.com

Mungkin yang akan menjadi pertanyaan kelak adalah mau ditaruh dimana ke 573 pohon tersebut nantinya? Apakah luas kawasan Monas dapat menampung pohon-pohon sebanyak itu tanpa mengurangi nilai estetik kawasan cagar budaya tersebut? Apakah Pemprov DKI Jakarta akan menindaklanjuti pengadaan 573 pohon itu dengan revitalisasi Monas berikutnya mengingat pergelaran Formula E yang hanya tinggal beberapa bulan lagi.

Memang proyek revitalisasi Monas ini urun menuai polemik berkepanjangan. Padahal hakikatnya revitalisasi Monas ini merupakan sesuatu yang sederhana. Momentun yang berdekatan dengan musibah banjir besar yang menimpa Jakarta diawal tahun 2020 tidak bisa disanggah menjadikan revitalisasi Monas ini isu hangat dimana inti pokok yang dipertanyakan ialah bagaimana kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Pucuk dicinta ulam tiba, Anies Baswedan yang identik dengan narasi-narasi yang dikemukakannya justru memilih bungkam dan menghindar dikala awak media bertanya mengenai revitalisasi Monas ini. 

Bungkamnya Anies layaknya bom waktu yang menjadikan publik maupun media bertanya-tanya, ada apa dan mengapa? Benarkah bungkamnya Anies guna menutupi ketidakcakapan kinerja anak buahnya sehingga tidak menimbulkan desakan agar mencopot mereka-mereka yang tidak layak menimba amanah warga Jakarta.

Dan wajar bilamana bermunculan asumsi miring adanya ketidakberesan dari proyek yang memakan anggaran mencapai Rp.140 milliar ini. Tidak sedikit pihak yang mempertanyakan kemana batang-batang dari pohon yang ditebang, apakah disimpan ataukah dijual? Apabila disimpan maka dimana letak keberadaannya? Apabila dijual maka bukankah seharusnya hasil penjualan tersebut ada pertanggungjawabannya?

Lepas dari itu, revitalisasi Monas ini mencerminkan ketidakharmonisan hubungan komunikasi diantara pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta. Banjir yang merendam Jalan Merdeka Barat beberapa waktu lalu pun seolah menegaskan tidak sinkronnya kedua belah pihak. Istana tidak menanggapi prihal terendamnya kawasan Monas tersebut dan menyerahkan kesemuanya kepada pihak Pemprov DKI Jakarta guna mengatasinya.

Apakah disharmoni baik pusat dan Pemprov DKI Jakarta ada keterkaitannya dengan Pemilihan Presiden 2024 mendatang dimana Anies Baswedan kerap digembar-gemborkan sebagai Gubernur rasa Presiden. 

Menurut Penulis hal itu terlampau prematur untuk dicerna karena 2024 masih cukup panjang. Dalam 4 tahun kedepan situasi dan dinamika politik di Indonesia bisa saja berubah. Diluar itu situasi politik luar negeri dan diplomasi antar negara dengan Indonesia tidak bisa disanggah punya sumbangsih dalam menentukan sosok Presiden yang tepat bagi negeri ini seperti apa. Siapapun tokoh punya peluang, publik tinggal melihat kiranya siapa saja yang melakukan start awal.

Bilamana dikaitkan maka isu yang terdekat yaitu Pilkada serentak dimana DKI Jakarta akan memilih Gubernur dan Wakil Gubernur yang baru di tahun 2022 nanti. Kinerja Anies Baswedan yang kerap menjadi sorotan menandakan adanya pressure bagi Anies untuk membuktikan apakah dirinya masih layak memimpin Jakarta dan apakah warga Jakarta masih menginginkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun