Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Para "Raja" di Jalanan

5 September 2018   11:22 Diperbarui: 5 September 2018   12:03 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah anda mengalami hal ini? Ketika anda berhadapan dengan seseorang telah berbuat salah dan kemudian dirinya berdalih dengan mengatakan "saya ini anggota!".

Merujuk pada kata "anggota" maka tentu makna yang dimaksud bagian dari aparat berwajib. Terasa menggelitik apabila mendengar hal tersebut dengan leluasa dikemukakan, benar atau bohong pengakuan itu maka tak sepantasnya dilakukan.

Pada kenyataannya tak sedikit individu yang mengagung-agungkan pencapaian dirinya sebagai tameng ketika dirinya melakukan kesalahan. Mereka berupaya berkilah agar orang yang dihadapi sebaliknya merasa bersalah.

Tanpa pikir panjang mereka mengemukakan "kekuatan" dan "kekuasaan" pada dirinya ataupun milik kerabat yang dikenalnya untuk berbuat semena-mena dan mengintimidasi orang yang dihadapinya agar terlepas dari masalah maupun kesalahan yang menjeratnya.

Pertanyaannya mengapa kondisi seperti ini umum terjadi? Apakah benar bahwa hal ini merupakan sebuah pola atau sesuatu yang telah membudaya di masyarakat?

Pencapaian apakah itu berupa profesi ataupun jabatan memang sesuatu yang layak dibanggakan, akan tetapi tak layak dengan pencapaian tersebut malah dimanfaatkan guna mengambil keuntungan sepihak.

Tak jarang dinamika sosial dalam masyarakat justru menanggalkan makna dari "kehormatan atau harga diri" demi memuluskan sesuatu urusan. Pola pikir seperti "saya punya kuasa maka saya dapat berbuat apa saja semau saya", "saya punya kuasa maka saya benar dan anda salah" seolah membuat dunia ini serba terbalik.

Alhasil cerminan-cerminan itu pun membekas menjadi idiom baku yang tidak layak dipertunjukkan, menyebabkan penyalahgunaan jabatan maupun atribut-atribut untuk tujuan negatif (pemerasan, penipuan, dll) kerap terjadi dan tak jarang turut menyertakan korban.

Merujuk pada apa yang terjadi maka jalan satu-satunya ialah kesadaran dalam diri, ketika dihadapi oleh sebuah masalah maka semua individu sama kedudukannya. Hadapi dengan akal jernih, sikap dewasa, dan kepala dingin.

Saya seorang rakyat jelata dan anda benar seorang aparat berwajib maka tak ada bedanya. Ketika salah satu pihak terbukti salah maka ia wajib mengakuinya, terlebih seorang aparat berwajib dimana seharusnya ia berfungsi sebagai suri taudalan bagi masyarakat. Secara logika semakin seseorang terpelajar maka seharusnya individu tersebut menunjukkan kedewasaan dalam bersikap, bukan lagi layaknya bocah yang berbuat tanpa pikir panjang.

Oleh karena itu hal ini tak boleh dibiarkan terus menerus berulang, masyarakat terspesial mereka para generasi muda perlu figur-figur baik untuk dicontoh, jangan malah panggung pertunjukkan yang dipertontonkan layaknya sebuah sinetron yang tak kunjung usai hanya berisikan masalah dan masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun