Mohon tunggu...
Sania Nabila Salsabila
Sania Nabila Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiwa

Mahasiswa Prodi Teknik Informatika UIN Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dashboard Ada Banyak, Tapi Data Nggak Nyambung: Efektif Nggak Sih?

10 Mei 2025   14:11 Diperbarui: 10 Mei 2025   14:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Digital Tablet (Sumber: Freepik.com/rawpixel.com)

Di era digital seperti sekarang, hampir semua instansi---baik pemerintah, swasta, bahkan kampus dan sekolah---punya yang namanya dashboard digital. Tujuannya mulia: memudahkan pemantauan, mempercepat pengambilan keputusan, dan meningkatkan transparansi data. Tapi ada satu masalah yang sering muncul di balik layar canggih itu: datanya gak nyambung.

Yap, dashboard-nya banyak. Ada dashboard kinerja, dashboard keuangan, dashboard monitoring proyek, bahkan dashboard untuk pengaduan masyarakat. Tapi saat dilihat lebih dekat, isinya beda-beda, kadang bertabrakan, bahkan ada yang tidak update sama sekali.

Nah, pertanyaannya: masih efektif gak sih?

Dashboard: Tools Keren, Tapi Bukan Solusi Instan

Sebagai alat visualisasi data, dashboard punya potensi besar. Dia bisa menyulap angka-angka jadi grafik warna-warni yang gampang dibaca. Idealnya, dashboard bikin keputusan bisa diambil lebih cepat dan tepat.

Masalahnya, dashboard hanya sebaik data yang dia tarik. Kalau datanya salah, gak sinkron, atau gak terhubung antar sistem, ya hasil visualisasinya jadi menyesatkan. Ibarat GPS yang belum update, arah yang ditunjukkan bisa bikin kita nyasar.

Banyak Dashboard = Banyak Silo?

Di banyak lembaga pemerintahan dan perusahaan besar, masalah dashboard biasanya bukan pada teknologinya, tapi pada tata kelola datanya. Masing-masing divisi bikin dashboard sendiri, pakai sistem sendiri, tanpa integrasi antarbagian.

Contohnya begini:

  • Divisi A punya dashboard keuangan yang ambil data dari sistem X.

  • Divisi B punya dashboard laporan kegiatan dari sistem Y.

  • Tapi ketika ingin disatukan dalam laporan pimpinan, ternyata datanya gak cocok: satu belum update, satu lagi beda definisi indikator.

Akhirnya? Tetap bikin laporan manual. Yang digital cuma tampilannya, tapi proses di belakangnya masih old school.

Apa Penyebab Data Gak Nyambung?

Beberapa penyebab umum kenapa dashboard-dashbord ini jadi gak sinkron:

  1. Tidak ada standar data bersama (data governance lemah).
    Masing-masing sistem pakai format dan definisi indikator sendiri.

  2. Sistem informasi tidak terintegrasi.
    Data tidak saling terhubung karena dibuat dengan pendekatan silo (terpisah-pisah).

  3. Kurangnya komunikasi antar unit.
    Masing-masing unit sibuk dengan targetnya sendiri tanpa koordinasi data lintas tim.

  4. Pemaksaan digitalisasi tanpa pemetaan proses.
    Sistem dibuat buru-buru hanya untuk "ikut tren digital", tanpa memahami alur kerja riil.

Efektif Gak? Jawabannya: Belum Tentu

Kalau dashboard hanya digunakan untuk "pamer visual" di rapat atau untuk memenuhi indikator kinerja semu, maka manfaatnya sangat terbatas. Bahkan bisa menyesatkan, apalagi jika angka-angka yang tampil tidak mewakili kondisi sebenarnya di lapangan.

Namun jika dibangun dengan data yang akurat, terintegrasi, dan didukung oleh tata kelola data yang kuat, dashboard bisa menjadi senjata utama dalam pengambilan keputusan berbasis data (data-driven decision making).

Solusinya Apa?

Agar dashboard benar-benar bermanfaat, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan organisasi atau instansi:

  • Bangun arsitektur data yang terintegrasi.
    Jangan biarkan sistem berjalan sendiri-sendiri. Perlu perencanaan integrasi sejak awal.

  • Terapkan standar data dan metadata.
    Pastikan semua unit punya definisi indikator yang sama dan bisa saling bertukar data.

  • Bentuk tim tata kelola data (data governance team).
    Tim ini memastikan kualitas, keamanan, dan konsistensi data di semua sistem.

  • Lakukan audit data secara berkala.
    Pastikan dashboard menampilkan informasi yang valid dan real-time.

Dashboard Bukan Tujuan, Tapi Alat

Dashboard bukan tujuan akhir dari digitalisasi. Ia hanyalah alat bantu yang seharusnya membantu pengguna memahami kondisi organisasi secara menyeluruh dan objektif. Tapi kalau dasarnya---yaitu data---belum siap, dashboard hanya jadi kosmetik digital: cantik di tampilan, tapi kosong di makna.

Maka dari itu, sebelum bikin dashboard baru lagi, mungkin sudah saatnya bertanya:

"Datanya udah nyambung belum?"
"Tata kelola informasinya udah kuat belum?"

Kalau belum, yuk mulai dari situ dulu. Karena dashboard yang efektif bukan yang paling canggih tampilannya, tapi yang paling bisa dipercaya isinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun