Mohon tunggu...
sania mirza auliaaa
sania mirza auliaaa Mohon Tunggu... mahasiswaaa/universitas pamulang

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tren konsumen dalam ekonomi digital

27 September 2025   10:47 Diperbarui: 27 September 2025   10:15 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dinamika konsumen : live ,sosial ,danCashless di ekonomi digital indonesia 

Perkembangan teknologi internet dan penetrasi ponsel  pintar yang masif telah mengubah lanksap perdagangan indonesia ,konsumen kini bukan lagi sekedar pembeli ,melainkan partisipan aktif dalam sebuah ekosistem digital yang dinamis. Perubahan perilaku ini melahirkan berbagai tren baru, di mana faktor interaksi, kecepatan, dan fleksibilitas pembayaran menjadi kunci utama kesuksesan bisnis.

I.Data pasar dan Pergeseran Perilaku Konsumen
Ekonomi digital Indonesia tetap didominasi oleh sektor e-commerce dan terus menunjukkan pertumbuhan signifikan.
  * Dominasi Pasar: Volume e-commerce Indonesia diproyeksikan mencapai sekitar US$75 miliar pada tahun 2024. Angka ini diperkirakan akan tumbuh dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Majemuk (CAGR) sekitar 19% hingga tahun 2027, mencapai US$125 miliar.
   * Akses Utama: Mayoritas transaksi e-commerce dilakukan melalui perangkat ponsel (mobile device), yang menyumbang sekitar 67% dari total volume transaksi.
Pergeseran perilaku konsumen kini didorong oleh model-model penjualan yang lebih interaktif dan terintegrasi dengan media sosial, yang menuntut pengalaman belanja yang sangat personal

A.Shoppertainment: Dominasi Live Shopping dan Social Commerce
Live shopping (penjualan melalui siaran langsung) telah menjadi fenomena dengan tingkat adopsi yang sangat tinggi di Indonesia. Model ini sukses karena menawarkan kombinasi hiburan (shopperainment) dan transaksi, mengubah pengalaman belanja menjadi interaktif dan mendesak

Sementara itu, social commerce---pembelian yang terjadi secara langsung atau dipicu melalui platform media sosial---semakin mengikis batas antara hiburan dan transaksi.
* Platform Penggerak: Platform yang memiliki populasi pengguna tinggi dan fitur video yang kuat, seperti TikTok dan Instagram, memfasilitasi penjualan langsung dan pemasaran melalui affiliate atau influencer.
* Kepercayaan Real-Time: Tren ini berhasil mengatasi masalah kepercayaan (trust) dalam belanja online. Konsumen merasa lebih yakin karena dapat melihat demonstrasi produk real-time dan merasakan keterlibatan emosional yang dibangun oleh host

B.Pola Pembayaran Konsumen Bergeser Menuju Cashless
  Pola pembayaran konsumen digital bergeser tajam dari yang tadinya berbasis tunai (Cash on Delivery/COD) dan kartu fisik menuju dompet digital, QR code, dan Buy Now Pay Later (BNPL).
Tren cashless society ini semakin kuat, didorong oleh kemudahan check-out dan integrasi superapp. Fleksibilitas pembayaran ini sangat merespons keinginan konsumen muda (Gen Z dan Milenial) yang mencari kenyamanan tanpa proses bank yang rumit, menjadikannya faktor penentu keputusan pembelian.

II. Tantangan dan Peluang Adaptasi Pelaku Bisnis
Meskipun tren ini menciptakan peluang besar, terutama bagi UMKM untuk memperluas jangkauan pasar, kompetisi harga dan tuntutan inovasi menjadi tantangan serius.
A. Kebutuhan Adaptasi UMKM
Untuk tetap kompetitif di tengah kompetisi harga marketplace yang ekstrem, UMKM harus melakukan diferensiasi dan menciptakan nilai tambah, bukan hanya mengandalkan harga murah:
 1. Fokus pada USP (Unique Selling Proposition): Menjual keunikan dari segi bahan baku lokal, proses pembuatan, atau branding yang otentik.
  2. Nilai Tambah dan Bundling: Menerapkan Product Bundling dan memberikan bonus eksklusif (freebies atau kartu ucapan) untuk meningkatkan loyalitas dan pengalaman unboxing.
  3. Keterlibatan Langsung: UMKM harus berani memasuki sesi live streaming dan memanfaatkan pelatihan literasi digital untuk mengoptimalkan tren real-time ini.
B. Respons Inovatif Platform E-commerce
Platform e-commerce tidak hanya mengikuti tren, tetapi secara aktif membentuknya melalui inovasi agresif di berbagai area:
  * Pengalaman Mobile-First: Desain platform difokuskan 100% pada pengalaman aplikasi mobile yang cepat, ringan, dan user-friendly, memprioritaskan fitur video vertikal untuk memperpendek customer journey.
 * Embedded Finance: Platform secara agresif memperluas opsi keuangan terintegrasi (embedded finance) seperti PayLater dan diskon dompet digital untuk mendorong adopsi dan mengurangi gesekan pada saat pembayaran.
  * Efisiensi Logistik: Berinvestasi besar pada sistem gudang (fulfillment center) dan layanan pengiriman instan (Instant/Same-Day) untuk merespons permintaan konsumen akan kecepatan dan keandalan pengiriman.

Kesimpulan : membangun kepercayaan di ranah dygital 

tren konsumen dalam ekonomi digital indonesia jelas mengarah pada pengalaman belanja yang imersif dan terintergrasi ,Live shopping dan social commerce kini telah terbukti menjadi mesin pertumbuhan utama, yang didukung oleh dominasi perangkat mobile dan kemudahan pembayaran cashless. Perubahan ini menunjukkan bahwa konsumen mencari nilai tambah interaktif dan kepercayaan real-time.
Bagi para pelaku bisnis---terutama e-commerce dan UMKM---kuncinya adalah adaptasi yang agile. Merek yang akan bertahan adalah mereka yang mampu menghilangkan gesekan antara hiburan dan transaksi, mengoptimalkan shopperainment, dan memasukkan fleksibilitas pembayaran digital ke dalam setiap langkah customer journey. Mengabaikan sinyal-sinyal ini sama artinya dengan tertinggal di era phygital (fisik dan digital) di mana konsumen digital adalah raja

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun