Mohon tunggu...
sania intan
sania intan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa Universitas Airlangga program studi Kearsipan dan Informasi Digital.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengutip Tidak Hanya Menyalin, Namun Menghidupkan Arti

24 September 2025   14:05 Diperbarui: 24 September 2025   14:05 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Puisi yang baik meniru, puisi yang hebat mencuri." -- T.S. Eliot Pernyataan kontroversial dari T.S. Eliot ini sering kali disalahartikan. Kutipan tersebut bukan membenarkan plagiarisme, melainkan menekankan bahwa karya luar biasa muncul dari kemampuan untuk memproses, memperkaya, dan memberikan makna baru pada ide-ide yang telah ada sebelumnya. Dalam dunia akademis, inilah peran kutipan: tidak hanya meneruskan kalimat secara langsung, tetapi juga menghubungkan warisan pemikiran dengan konteks saat ini. Dengan mengutip dengan benar, seorang penulis tidak hanya mempertahankan integritas akademik, tetapi juga menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari dialog yang mendalam antar generasi.

Kutipan pada dasarnya merupakan pengambilan kalimat, ide, atau pemikiran dari orang lain yang disertakan dalam tulisan dengan tetap mencantumkan sumber aslinya. Lebih dari sekadar "mengambil istilah", kutipan merupakan cara bagi penulis untuk menunjukkan bahwa ide yang ia kembangkan berasal dari dialog mendalam dengan pemikiran yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian, kutipan tidak hanya menegaskan argument, tetapi juga menunjukkan bahwa penulis menghormati warisan intelektual yang sudah ada. Fungsi kutipan minimal meliputi tiga hal utama. Pertama, meningkatkan kredibilitas atau kepercayaan terhadap tulisan dengan menghadirkan dukungan dari ahli atau penelitian yang telah ada. Kedua, memperlihatkan hubungan ide antara penulis dengan pemikir lain, sehingga tulisan tidak terpisah. Ketiga, menghindari plagiarisme dengan secara tulus mengakui sumber ide. Dari sini dapat dilihat bahwa kutipan bukan sekadar teknis, melainkan elemen etika akademik yang melindungi integritas penulis dan menghidupkan makna dari ucapan orang lain.

Mengutip tidak hanya berfungsi untuk memperkuat karya tulis, tetapi tetapi juga merupakan bagian dari menjaga etika di dunia akademis. Dalam dunia Pendidikan tinggi, integritas seorang penulis terlihat dari cara ia menghormati sumber ide yang digunakan. Itulah alasan setiap kutipan harus dilengkapi dengan informasi yang jelas: nama pengarang, tahun terbit, hingga nomor halaman. Tanpa hal tersebut, karya tulis dapat dipandang sebagai plagiarisme, suatu tindakan yang merugikan integritas akademik. Setiap ilmu memiliki aturan gaya pengutipan yang beragam. Contohnya, format APA (American Psychological Association) sering digunakan untuk dalam psikologi, pendidikan, bisnis, dan ilmu sosial. Di sisi lain, format MLA (Modern Language Association) biasanya diterapkan dalam bidang bahasa, sastra, filososfi, dan ilmu sosial. Terdapat pula Chicago Style yang umum digunakan dalam sejarah, seni, dan ilmu sosial. Perbedaan gaya ini mengindikasikan bahwa kutipan bukan hanya sekadar aturan resmi, melainkan sebuah sistem yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan masing masing disiplin ilmu.

Meski kutipan dapat memperkuat tulisan, sering kali ia digunakan dengan cara yang salah sehingga menyebabkan kebingungan atau bisa disebut sesat pikir. Sesat pikir adalah kesalahan dalam logika yang membuat argumen terlihat sah, padahal sebenarnya lemah. Salah satu contohnya adalah penggunaan kutipan yang tidak berkaitan dengan topik, atau hanya sebagai tambahan tanpa adanya analisis. Alih-alih memperkuat tulisan, metode ini malah melemahkan argumen dan menunjukkan bahwa penulis tidak memahami konteks sumber yang dipakai. Kesalahan lainnya yang sering muncul Adalah memakai definisi yang salah atau hanya mengambil bagian kutipan yang mendukung pandangan pribadi, sambil mengesampingkan bagian lain yang bertentangan. Hal ini mengakibatkan kutipan kehilangan arti, bahkan bisa menipu pembaca. Oleh sebab itu, mengutip tidak hanya sekadar menyalin kalimat, ia harus ditambahkan dengan analisis dan pendapat pribadi. Kutipan seharusnya menjadi awal dari refleksi, bukan pengganti pemikiran yang kritis.

Agar terhindar dari kesalahpahaman, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Pertama, pastikan kutipan yang dipilih sesuai dengan topik yang sedamg dibahas. Kedua, gunakan kutipan atau paraphrase dengan teliti agar makna asli tetap terjaga. Ketiga, sertakan semua referensi secara lengkap sebagai bentuk tanggung jawab dalam akademik. Dengan cara ini, kutipan tidak hanya berfungsi sebagai hiasan tulisan, tetapi juga berfungsi sebagai bukti bahwa penulis dapat berdialog dengan pemikiran orang lain secara kritis dan jujur.

Dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, bisa dipahami bahwa kutipan bukan sekadar formalitas teknis dalam penulisan akademik, tetapi juga pilar etika di dunia akademis. Dengan mengutip, seorang penulis belajar untuk menghormati pemikiran orang lain, memperkuat argumennya dengan dasar teori, serta melindungi integritas dari resiko plagiarisme. Selain itu, kutipan juga berfungsi sebgaia medium dialog antara sejarah dan data ini menjadi penghubung yang menyatukan pemikiran lama dengan ide ide baru yang muncul setelahnya. Namun, kutipan hanya akan berarti jika dimanfaatkan dengan benar. Penggunaan kutipan yang salah, tidak tepat, atau tanpa analisis pribadi dapat berpotensi menciptakan sesat pikir yang mengurangi kredibilitas tulisan. Oleh karena itu, setiap referensi harus disertai dengan pemahaman konteks serta pemikiran kritis dari penulis. Dengan demikian, kutipan tidak hanya memperkuat karya, tetapi juga memberikan kehidupan pada makna dan menegaskan bahwa pengetahuan diciptakan melalui dialog panjang antar generasi.

Refleksi akhirnya adalah sebuah pertanyaan untuk kita semua: apakah kita akan berhenti sekadar menyalin kalimat orang lain, ataukah kita menghidupkan makna dari kutipan tersebut dalam ide kita sendiri?

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun