Mohon tunggu...
Macg Prastio
Macg Prastio Mohon Tunggu... Buruh - Blogger

Hanya ingin membacot saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Hari Pahlawan untuk Melawan Kemiskinan dan Kebodohan

9 November 2023   18:00 Diperbarui: 9 November 2023   18:00 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Tomo. Sumber gambar (Betaria Sarulina/Historia)

Kalau kita bicara kemiskinan, mungkin bisa terlihat dengan mata kepala kita. Namun kebodohan itu ada pada semua tingkatan. Dari rakyat biasa sampai di lingkungan pemerintahan. Kebodohan pada masyarakat bekisar pada kurangnya pendidikan. Tapi di tingkat pemerintahan, kadang kebijakan-kebijakan sering tidak masuk akal dan menyengsarakan rakyat.  

Kebodohan pada masyarakat bisa diperbaiki dengan pendidikan dan membaca banyak buku. Tapi jika terjadi pada pemerintahan, bagaimana caranya untuk memperbaikinya. Kebodohan pada pemerintahan, adalah kebodohan yang disengaja. Kebodohan itu, merusak dirinya sendiri, negara dan masyarakat. Apakah dengan penjara bintang lima dan hukuman yang singkat, dapat menyelamatkan mereka dari kebodohan.

Saya percaya bahwa kebodohan bisa diperbaiki oleh pendidikan semenjak dari sekolah dasar. Sebab keputusan-keputusan baik di masyarakat dan pemerintahan dimasa depan, adalah hasil dari pendidikan masa lampau yang baik dan sehat. Pendidikan adalah fondasi paling dasar dan utama. Apa yang kita lihat sekarang terkesan prematur, semuanya mau diperbaiki oleh negara. Sehingga terkesan setengah-setengah dan habis di tengah jalan.

Salah satu cara memberantas kebodohan adalah dengan revolusi mental yang radikal. Saya sudah pernah membahasnya pada artikel sebelumnya "Revolusi Mental yang Radikal dan Minat Membaca di Indonesia." Pendidikan kita jangan hanya sekedar menghafal saja. Pendidikan jangan hanya diterima begitu saja oleh para siswa. Sehingga membuat otak mereka tidak kritis, dan hanya berfungsi sebagai memori penyimpan data saja.

Revolusi mental yang digaungkan oleh presiden Joko Widodo, sekarang hilang entah ke mana. Pelajaran dan nilai moral terkesan membeo atau dipaksakan. Pelajaran hanya di hafalkan lalu hilang di tengah masyarakat. Dan nilai moral hanya di ajarkan dengan kata "jangan" dan "harus". Kita jangan melakukan itu, karena itu dosa. Kita harus menjalankan itu, karena itu baik.

Revolusi mental yang radikal adalah, keberanian untuk keluar dari kurungan dan kenyamanan. Berani mempertanyakan segala sesuatu, baik di lingkungan masyarakat, rumah, dan di sekolah. Mengapa kita harus perbuat baik, mengapa harus ada kebaikan, apakah kebaikan itu bersifat tetap jika zaman berubah, dan apakah kebaikan itu merupakan usaha kita, atau itu jatuh begitu saja dari langit.

Jangan salah dengan mempunyai moral yang baik, di masa depan mungkin ia berpikir dua kali atau lebih untuk melakukan korupsi, jika ia dipercaya memegang jabatan di pemerintahan atau pekerjaan lainnya. Itu bisa terjadi jika ia menemukan nilai moralnya sendiri yang disesuaikan dengan lingkungan. Bukan dengan hukuman dan sanksi yang sama sekali tidak mempan, apalagi hukuman di akhirat.

Sepertinya kebodohan dan kemiskinan hanya bisa diberantas oleh pendidikan. Karena pendidikan bersifat pasti, namun itu tidaklah instan. Semua lapisan dan tingkatan harus berjuang seperti semangat para pahlawan dengan niat dan hati yang tulus. Pendidikan adalah kunci investasi jangka panjang. Ekonomi, sosial, dan budaya, akan terkena imbas akibat pendidikan yang baik dan sehat.

Kita tahu kemiskinan dan kebodohan adalah lingkaran yang terus berulang tanpa terputus. Ingin keluar dari kemiskinan, namun skil dan kebodohan membuntuti. 

Seseorang mungkin berkompeten dan mampu, tapi jika moralnya bobrok, maka tak ada kemajuan. Ingin keluar dari kebodohan, namun kemiskinan hanya untuk perut dan tak cukup untuk pendidikan. Jika ia hanya mempunyai moral yang baik, tapi di satu sisi ia tak punya skil, maka hanya menciptakan pengangguran yang berpotensi menyebabkan tindakan kriminal.  

Dengan semangat pahlawan yang gigih untuk terbebas dari penjajahan. Sekiranya semangat itu tumbuh dan berkembang di era yang sulit ini. Hari Pahlawan, 10 November adalah momen di mana kita bisa merenung dan merefleksikan perjuangan yang terus dipekikkan. Dimulai dari diri sendiri, kelompok, dan masyarakat luas, kita pasti bisa melawan kebodohan dan kemiskinan bersama-sama.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun