Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penjajal Berita Baru

4 November 2010   11:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Koran, koran, koran, koran, koran mas pak beye nangis di barak pegungsi stunami mentawai, koran mas, koran mbak, pengungsi merapi membutuhkan kamar asmara untuk memenuhi kebutuhan biologis. Begitu ia menyapa setiap penumpang yang masih mampu menahan mata yang mulai mengatup akibat kelelahan.

Dengan topi berlogo sebuah koran nasional yang tebit seperti tabloid, ia berlalu lalang menelusuri gerbong kereta api yang mulai sesak di penuhi penumpang. Beberapa koran terbitan nasional, lokal melekat erat dalam genggaman. Deru mesin kereta api seakan berpacu dengan suaranya yang terus menawarkan koran hari ini ke penumpang.

Koran, koran, koran ia terus berdendang, seorang bapak meminta sebuah koran setelah tertarik degan penyampaian singkat sang penjajal berita baru. Berapa mas? seribu lima ratus pak. Setelah koran berpindah tangan ia kemudian melangkahkan kaki yang telah terlatih untuk bergerak diantara penumpang yang mulai banyak berdiri.

Hampir setip hari adalah sebuah perjuangan untuk menjajal kereta api Jakarta Kota-Bogor. Diantara banyak berita tentang musibah yang melanda Indonesia, ia teringat kampung halaman yang telah lama ditinggalkan. Merantau kejakarta adalah sebuah pilihan untuk dapat bertahan hidup.

Bencana gunung merapi di jogjakarta telah meluluhkan kampung halamannya. Namun sekarang hanya menjadi kenangan, karena keluarga dekatnya telah hijrah ke Jakarta ikut menjadi masyarakat urban Jakarta.

Pilihan hidup tidak seenak wartawan yang terus memburu berita baru untuk tenggat deadline sebelum cetak. Sedangkan Ia hanya mampu menjajal berita baru dari satu stasiun kestasiun lain, menyambungkan berita dari wartawan ke pembaca.

Di sela penantian kereta ekonomi selanjutnya ia mencoba membaca beberapa berita. Ada kejadian berita yang bikin ia geram dan berkata, Kok propinsinya kena bencana stunami ee malah gubernurnya keluar negri? Sama saja dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang suka menghamburkan uang rakyat ke luar negri. Berita, berita...belum selesai ia membaca isi berita, petugas kereta api telah dahulu berciloteh bahwa kereta api menuju depok telah masuk stasiun cikini.

Terkadang hidup ini aneh, disatu sisi orang pada kesedihan namun disisi lain malah senang kemana-mana. Begitulah ia bergumam sambil menunggu kereta api yang mulai berhenti, karena tidak cepat maka ia akan ketinggalan dan tidak mendapatkan pelanggan hari ini.

Dengan cekatan ia melompat kedalam kereta api yang mulai melaju, karena jika ia terjatuh maka headline berita akan menuliskan "Penjajal berita baru mati terserempet kereta". Karena tidak sedikit yang meregang nyawa dalam perjalanan kereta api Jakarta Kota-Bogor yang terus menjadi berita baru.

Koran, koran, koran mas, satu anak gadis kabur dari rumah beberapa hari yang lalu dan yang membawa kabur adalah teman di Facebook, ia menjajakan koran di antara kedipan mata 'anak gerbong kereta' yang berpacu menyapu sampah berserakan dalam gerbong kereta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun