Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menabung Air Hujan Skala Kecil dan Komunal

29 Januari 2014   11:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:21 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semalam ketika mengunjungi adek di sebuah pesantren di daerah Parung Depok. Pulang diguyur hujan sangat lebat. Hampir setiap selokan dan juga tikungan di daerah Tanjung Barat tergenang air. Maka pilihan adalah mengendara dengan lambat supaya motor tidak mongok.

Paginya terjadi kemacetan di daerah tanjung barat sampai tebet. Teman bercerita ada sekitar 2 jam terjebak macet. Hujan pada dasarnya adalah anugrah untuk kehidupan. Hujan mampu menjadikan sebuah kawasan yang mati menjadi hidup.

Tanam-tanaman akan hidup dan berkembang kemudian menghasilkan buah. Bagi petani yang mengandalkan pengelolaan arel pertanian dengan tadah hujan. Musim hujan adalah berkah untuk bisa bercocok tanam. Namun bila telah terjadi kerusakan masif dan terakumulasi, maka hujan berubah menjadi bencana.

Membaca beberapa artikel tentang biopori dan juga beberapa perusahaan agro yang menerapkan menabung air dengan membangun waduk kecil. Disana keberadaan air yang sebelumnya tidak terkelola bisa bermanfaat menjadi terkelola. Hal ini memberikan manfaat luar biasa bagi perusahaan.

Kebijakan Gubernur Jokowi dan Muspida DKI Jakarta untuk membangun beberapa waduk patut untuk diapresiasi mengurangi akibat banjir. Kerusakan yang telah lama butuh perbaikan yang panjang. Merusak adalah pekerjaan mudah dan cepat. Memperbaiki butuh waktu yang lama dan berkesinambungan.

Ada hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk mengurangi air tidak mengalir dan dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga atau juga komunitas. Hal ini memanfaatkan ruang yang tidak begitu besar. Membuat tabungan air hujan untuk keperluan rumah tangga.

Jakarta dan beberapa daerah lainnya sering menggunakan sumur bor yang kedalamannya sampai 30 meter. Kemudian air disedot untuk keperluan rumah tangga dan juga perkantoran. Pengambilan yang tidak seimbang dan juga tempat resapan yang kurang menjadikan air melimpah diatas dan kurang dibawah.

Untuk menabung air cukup membuat seperti septi tank dengan ukuran 1 m x 1 m dengan kedalaman 2 meter. Bagian atas ditutup dengan beton dan diberikan lubang untuk masuk air. Hal ini bisa diterapkan juga secara besar dalam kawasan ruang terbuka hijau atau taman-taman kota. Bagian atas menjadi tempat keberadaan taman dengan bunga yang indah. Bagian bawah menjadi tempat menabung air untuk keperluan penyiraman taman dan tanaman.

Sedangkan untuk selokan sebaiknya tidak mengecor bagian bawah. Hanya bagian samping dan bagian atas dari selokan dari perumahan atau jalan kecil. Pada bagian bawah bisa membuat lubang dengan diameter 20 cm seperti biopori dengan kedalaman tertentu sebagai tempat resapan air untuk tanah.

Karena persoalan banjir adalah hasil dari ulah kita sadar maupun tidak sadar. Maka butuh kesadaran dan pengorbanan dari kita untuk kembali menjadikan alam sebagai sahabat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun