Mohon tunggu...
Sang Nanang
Sang Nanang Mohon Tunggu... -

Manungso tan keno kiniro!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tayang Perdana Wayang Orang di Tangerang

14 April 2014   15:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:42 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangerang merupakan salah satu kawasan penyangga ibukota Jakarta. Keberadaan warga masyarakat Tangerang menjadi sedemikian heterogen karena terdiri atas berbagai asal-usul suku dan tenis bangsa. Di Tangerang sudah pasti ada orang Betawi, ada orang Sundanya, orang Jawa, Sumatera, dan juga warga yang berasal dari kawasan Indonesia Timur. Bahkan di Tangerang hingga kini juga eksis warga masyarakat keturunan Tionghoa yang juga telah menjadi kesatuan warga masyarakat di Tangerang. Keberadaan masyarakat yang plural tersebut sudah pasti disertai pula dengan keanekaragaman seni budaya yang diwarisi secara turun-temurun hingga kini. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Tangerang juga merupakan salah satu miniatur Indonesia.

Salah satu suku bangsa yang terus eksis di tengah masyarakat Tangerang, masyarakat Jawa masih terus nguri-uri atau melestarikan seni dan budaya adiluhung warisan nenek moyang diantaranya dalam bentuk seni wayang orang. Dalam rangka memuncaki rangkaian acara HUT Pemerintah Kota Tangerang ke-21, Paguyuban Seni Budaya Nusantara mempersembahkan pagelaran wayang orang dengan judul “Gatotkaca Winisuda”.

Pentas wayang orang di Tangerang merupakan sebuah kejadian yang sangat luar biasa. Selama keberadaan Pemerintah Kota Tangerang, bahkan sepenjang keberadaan sejarah wilayah Tangerang, belum pernah satu kalipun dipentaskan pertunjukan seni wayang orang. Oleh karena itu, pagelaran wayang orang yang digelar pada Sabtu malam, 12 April 2014 bertempat di GOR Kota Tangerang kali ini merupakan kali pertamanya ada pentas wayang orang di Tangerang. Sebuah prestasi sejarah yang sangat luar biasa.

Kisah Gatotkaca Winisuda diawali dengan kelahiran putera Bima dari istri Dewi Arimbi. Jabang bayi raksasa tersebut kemudian diberi nama Tetuko. Pada saat dilahirkan terdapat sebuah keanehan pada diri si jabang bayi. Tali pusar sang bayi tidak bisa dipotong sebagaimana bayi pada umumnya. Akhirnya atas nasehat Resi Abiyasa, Arjuna pergi ke Kahyangan untuk meminjam senjata para dewa.

Pada saat yang bersamaan di Kahyangan sedang terjadi huru-hara besar. Raja raksasa Naga Kala Pracono ingin mempersunting Betari Supraba. Kesaktian yang luar biasa membuat para dewa kalang-kabut. Batara Guru akhirnya bersabda bahwa yang dapat mengalahkan Kala Pracono adalah jabang bayi Tetuko. Kepada Betara Narada diperintahkan untuk mengirimkan senjata Kunta kepada Arjuna untuk diberikan kepada Tetuko. Di tengah perjalanan, Narada khilaf dan justru memberikan senjata Kunta kepada Karna yang rupanya memang sangat mirip dengan Arjuna.

Barata3
Barata3

Setelah Arjuna bertemu Narada, Arjuna diperintahkan untuk mengejar Karna yang telah membawa senjata Kunta. Akhirnya Arjuna berhasil mengejar Karna dan menyatakan ingin meminjam senjata Kunta untuk memotong tali pusar keponakannya. Karna tidak terima, maka terjadilah pertempuran memperebutkan senjata Kunta. Pada saat pergulatan, Arjuna berhasil memegang warangka senjata Kunta. Terjadilah saling tarik-ulur yang sangat alot. Akhirnya terbukalah senjata Kunta dari warangkanya. Arjuna mendapatkan warangka, sedangkan Karna memegang senjata Kunta dan berhasil meloloskan diri.

Atas saran dari Semar, Arjuna selanjutnya pulang ke Negeri Pringgodani. Anehnya dengan warangka senjata Kunta, tali pusar jabang bayi Tetuko berhasil diputus. Namun demikian, atas kehendak para dewata warangka tersebut kemudian terbenam dan masuk ke dalam perut bayi Tetuko.

Dengan berat hati, para Pandawa melepaskan bayi Tetuko untuk dijadikan panglima perang menghadapi raksasa Kala Pracono. Bagaimana mungkin seorang bayi merah akan mampu bertempur dan mengalahkan raksasa yang sakti mandraguna. Namun demikian, dengan waskita Semar meyakinkan Pandawa bahwa semua hal tersebut sudah merupakan ketentuan dan takdir dari Sang Hyang Hakarya Jagad.

Pada saat pertama kali dihadapkan musuhnya, Tetuko berhasil mencolok mata Kala Pracono. Raksasa tersebut sangat marah, sehingga tubuh kecil Tetuko dibantingnya sekuat tenaga. Bayi itupun terluka sangat parah, bahkan menemui ajalnya. Oleh para dewa bayi Tetuko kemudian digodog dengan dimasukkan ke dalam kawah Candradimuka. Satu per satu para dewa kemudian memasukkan senjatanya masing-masing untuk menambah sipat kandel atau kesaktian Tetuko. Akhirnya Tetuko berhasil dihidupkan kembali dan justru kemudian menjadi manusia yang sangat sakti mandraguna, berotot kawat dan bertulang besi. Ia kemudian mendapat julukan Gatotkaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun