Mohon tunggu...
Sang Nanang
Sang Nanang Mohon Tunggu... -

Manungso tan keno kiniro!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah

25 September 2012   13:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 6257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional kita. Semenjak diikrarkannya Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia disepakati sebagai bahasa pemersatu semua suku bangsa yang ada di wilayah pendudukan Hindia Belanda. Keberadaan berbagai suku bangsa dengan beragam bahasa daerahnya masing-masing menjadikan bangsa kita memerlukan bahasa nasional yang dapat menjembatani komunikasi diantara sesama anak bangsa. Bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu tersebut.

Sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia memiliki posisi dan peran yang sangat sentral dalam rangka membangkitkan semangat nasionalisme para tokoh pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan. Dengan bahasa Indonesia, komunikasi diantara organisasi kepemudaan maupun pergerakan nasional menjadi lebih efektif dan lebur tanpa kendala batasan bahasa daerah yang lebih bersifat kesukuan dan berlaku dalam cakupan wilayah yang terbatas. Bahasa Indonesia mendorong para anak bangsa untuk mengatasi batas-batas primordialisme kesukuan menjadi lebih mengutamakan bangsa di atas suku bangsa. Itulah semangat nasionalisme!

Setelah bangsa Indonesia berhasil lepas dari belenggu penjajahan dengan diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahasa Indonesia memiliki peran yang lebih luas sebagai bahasa resmi negara. Dalam kedudukan sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia menjadi bahasa formal yang digunakan dalam urusan kepemerintahan hingga sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di bangku kuliah mempergunakan bahasa Indonesia untuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan.

Di tengah laju globalisasi dewasa ini, dunia bergerak sedemikian cepat meninggalkan batas-batas tradisi. Bahasa Indonesia juga mengalami dinamika perkembangan sesuai pergerakan roda jaman. Banyak pengkayaan kosa kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa lokal maupun internasional. Pergaulan dan pembauran diantara anak bangsa yang berasal dari beragam suku dan bahasa turut memperkaya khasanah kosa kata maupun ideom dalam bahasa Indonesia.

Di kalangan masyarakat urban atau perkotaan, termasuk di kalangan intelektual, bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa komunikasi keseharian. Bahkan di tengah masyarakat perkotaan yang relatif lebih heterogen kompisisi penduduknya, bahasa Indonesia memiliki peran sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Tidak hanya di lingkungan formal, di dalam rumah tangga generasi terpelajar masa kini bahkan bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa ibu. Anak-anak di perkotaan lebih banyak diajari berbahasa Indonesia semenjak usia bayi. Anak kota, terlebih di kota besar seperti Jakarta, seakan sudah tidak lagi mengenal bahasa daerah yang pernah digunakan oleh bapak-ibu, kakek-nenek, dan moyang mereka di masa lalu. Bahasa daerah menjadi semakin terpinggirkan dan hanya menjadi nomor sekian setelah bahasa Indonesia. Apakah hal ini sudah tepat?

Keberadaan sebuah bahasa lokal atau bahasa daerah sangat erat dengan eksistensi suku bangsa yang melahirkan dan menggunakan bahasa tersebut. Bahasa menjadi unsur pendukung utama tradisi dan adat istiadat. Bahasa juga menjadi unsur pembentuk sastra, seni, kebudayaan, hingga peradaban sebuah suku bangsa. Bahasa daerah dipergunakan dalam berbagai upacara adat, bahkan dalam percakapan sehari-hari. Seperti apakah sebenarnya kedudukan bahasa daerah kita terhadap bahasa Indonesia?

Sebagaimana telah ditetapkan di dalam Pasal 36 UUD Tahun 1945, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional. Namun demikian di penjelasan dirumuskan bahwa di daerah-daerah yang memiliki bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, dsb.) bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara. Bahasa-bahasa daerah itupun merupakan bagian pembentuk kebudayaan Indonesia yang hidup dengan dinamis.

Bahasa daerah pada saat ini lebih banyak dipergunakan oleh penduduk suku bersangkutan yang kebanyakan bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, ataupun kota-kota kecil, serta daerah urban. Kelestarian, perkembangan, dan pertumbuhan bahasa daerah sangat tergantung dari komitmen para penutur atau pengguna bahasa tersebut untuk senantiasa secara sukarela mempergunakan bahasanya dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Jika penutur suatu bahasa daerah masih berjumlah banyak, dan merekapun menurunkan bahasa daerah yang dikuasainya kepada anak-anak dan generasi remaja, maka kelestarian bahasa yang bersangkutan akan lebih terjamin dalam jangka panjang. Sebaliknya, jikalau penutur suatu bahasa daerah semakin berkurang dan tidak ada upaya regenerasi kepada generai muda, maka sangat besar kemungkinan secara perlahan-lahan akan terjadi gejala degradasi bahasa yang mengarah kepada musnahnya suatu bahasa daerah.

Bahasa daerah adalah unsur pembentuk budaya daerah dan sekaligus budaya nasional. Apabila satu per satu bahasa pendukung budaya nasional musnah, maka lambat laun pilar penyangga budaya nasionalpun akan roboh dan hal ini berarti kebudayaan nasional juga mengalami ancaman yang sangat serius. Apakah jadinya sebuah bangsa yang tidak lagi memiliki kebudayaannya? Bangsa kita akan terjebak menjadi bangsa tanpa kepribadian. Hal ini jelas akan memperlemah tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara ini akan menjadi negara yang gagal (the fail state). Dengan demikian bahasa daerah maupun bahasa nasional memiliki peran yang sangat penting bagi tegak berdirinya negara kita. Oleh karena itu, di samping penguasaan bahasa nasional maupun internasional dalam rangka menghadapi globalisasi percaturan global, maka setiap anak bangsa harus sadar untuk turut melestarikan bahasa lokal alias bahasa daerah. Caranya tidaklah terlalu sulit, mari kita kembali bangga menggunakan bahasa daerah.

Ngisor Blimbing, 25 September 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun