Mohon tunggu...
sang purnama
sang purnama Mohon Tunggu... Dosen - penulis dan peneliti

Dosen Kesehatan Masyarakat, Universitas udayana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sanitasi Lingkungan Berperan Penting dalam Mencegah Stunting

22 Juli 2019   11:29 Diperbarui: 22 Juli 2019   11:34 2781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bahkan di Indonesia diperkirakan terdapat 150.000 kematian balita setiap tahunnya akibat perilaku BAB sembarangan. Diperkirakan ada sekitar 84 juta orang yang belum memiliki akses pada higiene dan sanitasi yang layak (Antonio & Weise, 2012).

Berdasarkan data Susenas, BPS tahun 2017 menyebutkan hanya 72% masyarakat yang memiliki akses ke sumber air minum yang layak. Begitu juga persentase yang memiliki akses sanitasi yang layak hanya 68% (BPS, 2018). 

Kondisi ini mempengaruhi kejadian infeksi karena sanitasi yang buruk. Kejadian penyakit diare dan kecacingan misalnya dapat menggangu proses penyerapan nutrisi makanan. 

Hal ini dapat menyebabkan menurunya berat badan bayi dan balita. Apabila hal ini berlangsung lama dan tidak disertai asupan makanan yang cukup maka dapat menyebabkan stunting.

Faktor air bersih, higiene dan sanitasi lingkungan ternyata berperan penting dalam mengurangi stunting di indonesia. Penelitian yang dilakukan pada 1.366 anak berusia 0-35 bulan di Indonesia menemukan prevalensi stunting meningkat pada ibu yang tidak tamat SD, rumah tidak sehat, tidak memiliki jamban sehat, tidak mencuci tangan dengan sabun, air minum tidak diolah (Torlesse, Cronin, Sebayang, & Nandy, 2016). Sanitasi lingkungan dan akses terhadap air bersih kita memang perlu ditingkatkan.

Kita perlu meningkatkan akses air bersih dan air minum pada masyarakat karena ini adalah kebutuhan dasar. Perilaku buang air besar sembarangan karena tidak memiliki jamban sehat perlu terus dikurangi melalui program sanitasi total berbasis masyarakat dan open defecation free (ODF) dengan menjadikan banyak desa ODF, kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun dapat dipromosikan melalui program cuci tangan pakai sabun ke sekolah-sekolah lewat UKS. Kebiasaan memakai alas kaki perlu ditingkatkan khususnya yang di wilayah kumung dan kantung-kantung kemiskinan.

Prioritas kita jangan hanya intervensi gizi spesifik namun yang tidak kalah penting adalah intervensi gizi sensitif seperti dalam stratnas pencegahan stunting. Pertama, peningkatan penyediaan air minum aman dan sanitasi yang layak, Kedua peningkatan akses layanan gizi yang layak dan kesehatan melalui JKN, KB, PKH. 

Ketiga, perbaikan pola asuh dan gizi ibu serta anak melalui pendidikan PAUD, konseling kespro, perlindungan anak. Keempat, peningkatan akses pangan bergizi melalui akses bantuan pangan non tunai, fortifikasi bahan pangan utama, kegiatan kawasan rumah pangan lestari, regulasi label dan iklan pangan (Satriawan, 2018), (Antonio & Weise, 2012).

Daftar Pustaka

Afandi, T. (2018). Siaran Pers Stunting Summit: Komitmen Bersama Turunkan Prevalensi Stunting di Indonesia. Retrieved from https://www.bappenas.go.id/files/1815/2220/6559/Siaran_Pers_-_Stunting_Summit_-_Komitmen_Bersama_Turunkan_Prevalensi_Stunting_di_Indonesia.pdf

Antonio, W. H. O., & Weise, S. (2012). WHA Global Nutrition Targets 2025: Stunting Policy Brief.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun