"Ini perjuangan menolak lupa. Kita ingin keadilan tegak, dan korban tidak dibungkam dengan narasi negara," jelasnya.
Keterlibatan generasi muda dalam Aksi Kamisan juga menjadi perhatian. Saat ini, aksi serupa telah tersebar di 72 kota, bahkan sampai luar negeri.
Menurut Suciwati, itu bukti bahwa semangat menuntut keadilan diwariskan lintas generasi.
"Anak-anak muda melihat Kamisan sebagai contoh nyata bahwa protes bisa damai, konsisten, dan teguh. Itu pelajaran penting bagi mereka," ungkapnya.
Munir dikenal luas sebagai pembela korban pelanggaran HAM, dari kasus penculikan aktivis 1998 hingga konflik di berbagai daerah. Namun, 21 tahun setelah kematiannya, dalang pembunuhan Munir belum juga terungkap.
Sejak pertama kali digelar pada 18 Januari 2007, Aksi Kamisan terus hadir setiap Kamis sore di depan Istana Negara.
Konsistensinya menjadikannya salah satu bentuk protes sipil paling panjang di Indonesia.
"Selama keadilan belum ditegakkan, Kamisan akan tetap berdiri," pungkas Suciwati.**
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI