Lebih jauh, Budi menekankan bahwa Bank Jakarta tidak boleh melupakan perannya sebagai bank daerah yang dekat dengan masyarakat kecil.
"Bank Jakarta harus tetap hadir untuk membantu pelaku UMKM, pedagang pasar, dan masyarakat bawah yang seringkali sulit mengakses layanan keuangan. Di situlah letak nilai sosial Bank Jakarta, yang membedakannya dari bank-bank besar nasional," tegasnya.
Dengan berbagai langkah transformasi yang tengah berjalan, Budi optimistis Bank Jakarta bisa menjadi simbol kebangkitan bank daerah.
"Jakarta butuh bank daerah yang benar-benar berpihak pada rakyatnya. Saya percaya Bank Jakarta punya semua modal untuk ke sana, asalkan pembenahan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsisten," pungkasnya.
Upaya pembenahan yang sedang digarap Bank Jakarta tidak hanya soal teknologi dan produk, tetapi juga budaya kerja yang lebih profesional.
Penguatan tata kelola internal, penerapan sistem manajemen risiko yang lebih ketat, serta peningkatan layanan pelanggan menjadi fokus utama.
Dengan transformasi digital yang semakin agresif, Bank Jakarta diharapkan mampu menjawab kebutuhan generasi muda yang mendambakan layanan praktis dan aman.
Ke depan, bank yang pernah menduduki posisi ke 20 terbaik pada tahun 2022 versi Forbes ini, tidak hanya menjadi sekadar penyedia layanan keuangan, tetapi juga mitra strategis pembangunan daerah, terutama dalam mendukung UMKM dan pembangunan ekonomi Jakarta.
Bank Jakarta saat ini berada di persimpangan jalan: tetap terjebak dalam masalah lama, atau bangkit menjadi motor kemajuan daerah. Pilihannya jelas, dan arah perubahannya mulai terlihat.
Dengan semangat pembaruan, transparansi, serta keberanian untuk berubah, Bank Jakarta memiliki peluang besar untuk tampil sebagai simbol kepercayaan baru warga ibu kota.
Jika konsistensi pembenahan terus dijaga, tidak berlebihan bila suatu saat nanti Bank Jakarta bukan hanya menjadi bank daerah pilihan, melainkan juga bank yang mampu bersaing secara nasional sebagai wajah baru perbankan yang bersih, praktis, dan dipercaya.**