1. Tunggu ya, aku tanyakan mama dulu
Jawaban pertama ini dapat diberikan bagi orangtua yang memiliki hobi menyakiti perasaan. Jawaban ini memberi alasan logis untuk meninggalkan si penanya tanpa harus berdebat panjang dengannya.
Usai melontarkan jawaban ini, sebaiknya langsung bergerak berpindah tempat tanpa mendengarkan balasan dari si penanya. Jawaban ini hanyalah sekedar basa-basi supaya tidak dianggap kurang ajar dan tidak sopan.
2. Sabar ya, jodohku masih selesaikan sekolah dasar
Jawaban kedua ini cukup beralasan karena saat ini sudah banyak pasangan yang menikah dengan perbedaan usia sangat jauh. Usia pria dan wanitanya terpaut hingga 20 tahun, atau sebaliknya.
Jawaban kedua ini juga bisa disampaikan dengan candaan. Dengan mengucapkannya, seseorang dapat memancing gelak tawa di sekitarnya. Candaan ringan dan bermakna ini akan mengalihkan perhatian sehingga aksi melarikan diri dari tahanan pertanyaan "kapan menikah" dapat terlepas dengan sendirinya.
3. Ah, sekarangkan masih pagi, aku senangnya menikah malam-malam
Jawaban ketiga ini juga efektif untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan 'nakal' seputar waktu pernikahan. Jawaban ketiga ini menjadi semakin efektif jika disampaikan dengan nada sedikit manja dan intonasi suara yang santun. Sehingga jawaban ketiga ini akan mengundang tawa dan mengalihkan perhatian seperti jawaban kedua.
Tidak perlu terpengaruh dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyakitkan hati. Lebih baik fokus pada mempersiapkan mental sendiri supaya mampu menjalani hidup berumah-tangga yang harmonis dan bahagia.
Ketiga pilihan jawaban di atas dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan kapan menikah, tetapi tetaplah seseorang harus menyesuaikan diri dengan melihat orang yang memberikan pertanyaan. Jika orang yang bertanya adalah kakek atau nenek sendiri, maka janganlah menjawab pernyataan mereka dengan salah satu dari ketiganya, sebab jawaban itu akan dianggapnya sebagai jawaban yang kurang ajar dan menciptakan kemarahan.
Waktu pernikahan bukanlah karena kesiapan usia dan uang, melainkan kesiapan mental dan kemampuan mendidik anak. Jangan korbankan kehidupan anak-anak hanya karena keinginan atau dorongan orang-orang tertentu. Sebab kehidupan pada intinya adalah bersama-sama menciptakan kebahagiaan dan suka cita setiap hari. FIN.