Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak Butuh Semangat untuk Tingkatkan Kepercayaan Diri

26 Januari 2022   17:17 Diperbarui: 27 Januari 2022   11:26 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak semangat sekolah (Sumber: Shutterstock)

Setiap orang tua dapat dipastikan ingin anaknya menjadi seseorang yang lebih baik dan hebat darinya. Bahkan sebagian orang tua terobsesi meneruskan cita-citanya pada sang anak dengan segala macam cara. 

Orang tua lantas menerapkan segala macam aturan yang mengurung kebebasan berpikir sang anak dengan alasan supaya anak fokus belajar dan berlatih hingga mencapai tujuan orang tuanya.

Aturan memang harus dikenalkan pada anak, supaya mereka mengenal dan mampu membedakan antara perbuatan baik dan buruk dalam hidupnya. Aturan juga membuat sang anak mengerti akibat buruk saat mereka melakukan perbuatan salah yang tidak sesuai aturan.

Namun, sebagian orang tua hanya memaksakan keinginan mereka pada sang anak tanpa memberikan hadiah. Padahal hadiah berupa senyuman serta pujian kalimat positif, seperti hebat, baik, dan terima kasih, sudah menyenangkan hati sang anak. 

Pujian ini akan diubah pikiran anak-anak sebagai sesuatu kenyamanan dan semangat untuk melanjutkan kehidupannya. 

Dengan begitu, sang anak akan otomatis menuruti aturan orang tua supaya mereka menerima pujian yang membuatnya nyaman. Senyuman dan pujian dengan kalimat positif itulah yang disebut sebagai semangat.

Bagi seorang anak, pujian dari orang tuanya seperti "Kamu hebat loh, Nak" akan meningkatkan kepercayaan dirinya saat melakukan perbuatan besar lainnya. 

Namun, harus tetap diingat oleh orang tua, bahwa pujian diberikan pada saat yang tepat. Pujian yang dilakukan terus menerus termasuk pada perbuatan salah sang anak, justru akan merusak mentalnya, karena sang anak akan menganggap pujian sebagai kalimat biasa dan membuatnya malas melakukan apapun jika tidak dipuji.

Semangat dibutuhkan seseorang untuk menjalani kehidupannya, termasuk anak-anak. 

Semangat memberikan kesempatan dan harapan baru dalam kehidupan. Anak-anak membutuhkan semangat untuk menjalani rutinitas yang sangat padat melebihi orang tuanya. 

Semangat dari orang tua untuk anak sangat penting di saat mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas penting, seperti ujian sekolah atau sebuah perlombaan. 

Kadang kala, sebagian orang tua menganggap karya anak itu biasa saja. Bahkan, sebagian orang tua masih menganggap jika mereka memuji anaknya akan membuat sang anak besar kepala atau sombong. Padahal, anak tidak akan melakukannya selama orang tua melatih anak untuk tidak sombong dan selalu rendah hati serta bekerja keras untuk aktivitas selanjutnya.

Sebagian orang tua cenderung meremehkan hasil karya sang anak karena mereka menganggapnya biasa-biasa saja saat dibandingkan dengan hasil karyanya di masa lalu. Padahal, saat orang tua menganggap hasil karya anak itu biasa-biasa saja, maka perbuatan sang orang tua justru melukai perasaan terdalam sang anak. 

Kesan ini akan dikunci dalam ingatan sang anak sebagai trauma dan keputusasaan. Jika orang tua meneruskan pola asuh ini tidak pernah memuji keberhasilan anak, maka mental anak akan terganggu dengan ciri-ciri mereka menjadi minder dan mudah menyerah saat melakukan kegiatan apapun. Sang anak akan tumbuh pribadi tanpa semangat dan berkepribadian tertutup.

Sang anak akan memilih menyembunyikan masalah hidupnya daripada menceritakan pada orang tuanya. Mereka beranggapan bahwa keluh kesah dan masalah hidupnya akan dianggap percuma oleh sang orang tua. Bahkan sang anak akan berpikir bahwa sang orang tua akan memarahi dan menganggapnya lemah dari pada membantu menyelesaikan permasalahan hidupnya. 

Pada akhirnya, saat masalah demi masalah ditelan sang anak sendirian, maka mereka makin kehilangan jati diri dan sangat mudah dipengaruhi orang lain untuk melawan orang tua. 

Di sinilah awal permusuhan antara anak dan orang tua dimulai dan tidak akan pernah berakhir sampai salah satunya meninggal dunia.

Semangat bagi anak bukan hanya membuat mereka percaya diri saat berhadapan dengan masalah. Semangat dipandang anak sebagai sesuatu yang sangat penting supaya mereka mampu berdiri sendiri melawan cobaan dan tetap tegar saat berada di sekitar pergaulannya. 

Bayangkan, seorang anak yang tidak punya kepercayaan diri akan menjadi tersisihkan dalam pergaulan mereka. Teman-temannya akan merasakan ketidaknyamanan menghadapi anak pendiam dan minder. 

Mereka akan menjadi sang anak sebagai sasaran rundungan (bullying). Akibatnya, sang anak akan makin tenggelam dalam kehidupannya sendiri.

Untuk memutus mata rantai dari beragam kejadian negatif dalam kehidupan sang anak, ada baiknya jika orang tua mengubah cara komunikasi pada anak. 

Perbaikan dapat dimulai dengan memberikan semangat sederhana saat sang anak berhasil melakukan kegiatan penting. Misalnya, sang anak baru bisa menyuapkan nasi dengan sendoknya sendiri, atau saat mereka bisa mengendarai sepeda roda duanya, atau saat mereka menyelesaikan ujiannya dengan nilai 60, dan lain sebagainya.

Bukankah anak adalah permata yang berharga bagi hidup orang tuanya? Lantas mengapa orang tua menganggap anak hanya objek yang cukup dikasih makan sebagai bukti tanda sayang? Mengapa orang tua malas memuji anak dan memberikan semangat di saat mereka berhasil atau sedang kesulitan?

Terakhir, sebaiknya orang tua berhenti memaki anak dengan kalimat kotor dan negatif. Orang tua baiknya mengatakan "pintar ya" atau "bukan begitu dong, pintar" saat sang anak melakukan kesalahan. 

Sebab, semakin orang tua memakinya dengan kata-kata dan kalimat kotor dan negatif, maka sang anak secara otomatis merekam kata dan kalimat orang tuanya, lalu perlahan mewujudkannya dalam kehidupan sendiri. 

Bagi sang anak, setiap perkataan orang tua adalah perintah yang wajib dilakukan. Jadi, bijaksanalah memilih kata dan kalimat supaya anak sendiri tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang hebat dan luar biasa. FIN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun