Jumlah anak yang bisa mengakses pendidikan tinggi terus meningkat secara drastis, yaitu dua kali lipat dari sepuluh tahun sebelumnya. Jumlah anak usia 19-23 tahun yang masuk ke perguruan tinggi hanya 14 dari 100 anak. Kini, jumlahnya mencapai 30 dari 100 anak. Hal ini merupakan suatu prestasi yang cukup membanggakan khususnya dibidang pendidikan. Karena salah satu kunci menuju negara yang sejahtera adalah terjaminnya pendidikan bagi generasi penerus bangsa.
Hal tersebut membuktikan suksesnya program gerakan nasional rehabilitasi gedung sekolah yang digagas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Program ini dilaksanakan sejak 2010 telah diperbaiki hampir 300 ribu ruang kelas di seluruh Indonesia. Program ini juga mendukung program sebelumnya yaitu standar wajib lama belajar dari 9 menjadi 12 tahun.
Namun hal ini masih menjadi momok jika dibandingkan dengan negara tetangga, Malysia, yang sudah mencapai 20% sedangkan kita masih 7,2%. Belum lagi satu tantangan utama lapangan kerja adalah sekitar 49% pekerja masih berpendidikan SD. Itu membuktikan bahwa kualitas sumber daya manusia kita bahkan belum mencapai taraf yang baik.
Solusi dari masalah tersebut sudah dijawab dengan program-program pemerintah yang sedang berjalan. Rehabilitasi gedung sekolah bukan hanya satu-satunya program. Perbanyak pembangunan sekolah didaerah pelosok juga salah satu prioritas pemerintah. Lulusan-lulusan sekolah menengah yang tinggal di wilayah timur Indonesia seperti Papua dan Papua Barat dan daerah perbatasan mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Dari Sabang sampai Marauke, semua anak Indonesia berhak atas pendidikan yang layak dan berkualitas.
Ditambah lagi dengan meningkatnya anak yang masuk perguruan tinggi itu berarti Indonesia harus dapat memberbanyak perguruan tinggi. Untuk menampung hasrat belajar anak Indonesia sampai perguruan tinggi makan pemerintah harus bekerjasama dengan pihak swasta. Maka dari itu selain memperbanyak perguruan tinggi negerti tapi juga perlu memperbanyak perguruan tinggi swasta.
Namun masalah ini bukan hanya tanggung jawab sepenuhnya dari pemerintah. Masyarakat harus dapat mengawal dan mengawasi program-program ini agar dapat berjalan dengan baik. Masyarakat juga dapat membantu dengan menyadarkan para orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anaknya. Juga kita sebagai mahasiwa dapat belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat menjadi generasi yang berguna.
Ada sebuah pribahasa mengatan “Belajarlah sampai ke negeri Cina”. Pribahasa tersebut mempunyai arti bahwa belajarlah setinggi-tingginya meski sulit untuk digapai. Saya berharap agar semua anak Indonesia dapat memiliki impian yang tinggi dan semangat yang besar untuk belajar sampai ke perguruan tinggi. Agar generasi mendatang bukan hanya menjadi generasi penerus melainkan generasi pencipta kesejahteraan yang lebih bagi bangsa ini. Generasi yang bukan hanya menikmati hasil bumi tapi juga memanfaatkan dengan bijak.