Study Tour 2.0 memberikan banyak manfaat konkret. Bagi siswa, keterampilan berpikir kritis, komunikasi, dan pemecahan masalah meningkat. Selain itu, keterlibatan emosional dalam pengalaman lapangan menumbuhkan empati dan tanggung jawab sosial. Bagi guru, pendekatan ini memperkaya praktik pedagogis dan meningkatkan kreativitas dalam merancang kurikulum. Sedangkan komunitas lokal mendapatkan keuntungan dari ide-ide segar, data sederhana yang berguna, dan kesempatan kolaborasi berkelanjutan.
Lebih jauh lagi, dokumentasi hasil kunjungan---baik berupa poster, video, maupun laporan---bisa menjadi bahan pengayaan pembelajaran di kelas dan bahan portofolio sekolah.
Tantangan dan Cara Mengatasinya Secara Praktis
- Keterbatasan sumber daya sekolah: Waktu, anggaran, dan pengalaman guru sering menjadi kendala dalam merancang study tour berbasis experiential education.
- Solusi bertahap dan realistis:
Mulai dengan program skala kecil yang mudah diatur.
-
Gunakan checklist manajemen risiko sederhana untuk memastikan aspek keselamatan.
Integrasikan study tour ke dalam rencana tahunan sekolah agar biaya dan waktu dapat dikelola.
- Keterlibatan pemerintah dan regulasi: Mengacu pada aturan resmi pemerintah terkait study tour, termasuk ketentuan keselamatan, izin, dan perlindungan siswa.
- Memilih penyedia program yang tepat: Gunakan jasa penyedia aktivitas yang memiliki standar keselamatan, prosedur pengelolaan kegiatan, dan program dengan tujuan pembelajaran yang terukur.
- Pelatihan guru: Selenggarakan pelatihan singkat (beberapa jam) untuk meningkatkan keterampilan guru dalam memfasilitasi refleksi dan menilai hasil pembelajaran di lapangan.
- Keterlibatan orang tua murid: Dorong orang tua untuk kritis terhadap nilai edukasi, manfaat pengembangan diri, dan standar keselamatan program sebelum menyetujui keikutsertaan anak.
Penutup: dari selfie ke kontribusi nyata
Study Tour 2.0 bukan sekadar makeover istilah; ini transformasi paradigma. Dengan menggabungkan experiential education melalui refleksi bermakna, dan tindak lanjut nyata, kunjungan sekolah bisa menjadi investasi pendidikan yang signifikan. Oleh karena itu, sekolah yang berani mengubah desain study tour memberi muridnya kesempatan untuk belajar, bergerak, dan beraksi---bukan hanya mengambil gambar, tetapi juga meninggalkan jejak positif bagi diri sendiri dan masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI