Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.www.klinikdrwidodo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pentingkah Riwayat Kesehatan dan Kesehatan Mental dalam Curriculum Vitae

20 Mei 2025   15:59 Diperbarui: 20 Mei 2025   17:37 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokuentasi dan editing pribadi

Riwayat kesehatan sering kali menjadi aspek yang terabaikan dalam penyusunan Curriculum Vitae (CV). Padahal, bagi sebagian perusahaan, kondisi kesehatan fisik dan mental calon karyawan dapat memengaruhi keputusan perekrutan. Artikel ini membahas apakah HRD (Human Resource Development) benar-benar memperhatikan riwayat kesehatan dalam proses seleksi kerja dan mengapa gangguan kesehatan mental menjadi perhatian khusus. Dengan memahami prioritas perusahaan dan tantangan kesehatan calon pekerja, kita dapat menilai seberapa besar pengaruh faktor ini terhadap penerimaan kerja.

Curriculum Vitae (CV) merupakan dokumen penting dalam proses seleksi kerja yang mencerminkan latar belakang pendidikan, pengalaman, dan keterampilan seseorang. Namun, perlu dipertanyakan sejauh mana riwayat kesehatan, termasuk kesehatan mental, perlu dicantumkan dalam CV. Artikel ini membahas penting tidaknya mencantumkan riwayat kesehatan dalam CV, khususnya dalam konteks dunia kerja modern yang semakin memperhatikan aspek kesehatan menyeluruh karyawan. Melalui pembahasan ini, diharapkan pembaca memahami kapan informasi kesehatan perlu disampaikan secara jujur dan bagaimana hal itu memengaruhi proses seleksi kerja.

Curriculum Vitae (CV) biasanya berisi informasi mengenai pendidikan, pengalaman kerja, dan kemampuan teknis yang relevan dengan posisi yang dilamar. Dalam praktik umum, data mengenai kondisi kesehatan fisik atau mental tidak dicantumkan secara eksplisit kecuali diminta oleh perusahaan. Meskipun demikian, beberapa bidang pekerjaan seperti industri berat, penerbangan, militer, atau layanan medis, secara khusus mensyaratkan pelamar untuk menyertakan atau melewati proses pemeriksaan kesehatan sebelum diterima.

Di era modern saat ini, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dalam dunia kerja semakin meningkat. Banyak perusahaan yang mulai memahami bahwa kesehatan mental karyawan memiliki dampak langsung terhadap produktivitas, loyalitas, dan budaya kerja yang sehat. Oleh karena itu, riwayat kesehatan mental mulai menjadi bahan pertimbangan, terutama dalam pekerjaan yang menuntut stabilitas emosional tinggi, pengambilan keputusan cepat, atau kerja dalam tekanan tinggi. Namun, seberapa jauh hal ini harus diungkapkan dalam CV masih menjadi perdebatan.

Apakah HRD Melihat Riwayat Kesehatan dalam CV?

Secara umum, HRD tidak meminta calon pelamar mencantumkan riwayat kesehatan langsung dalam cara membuat CV, kecuali untuk posisi yang membutuhkan kondisi fisik tertentu, seperti di sektor industri berat, militer, atau kesehatan. Namun, pada tahap seleksi lanjutan, seperti medical check-up atau psikotes, HRD akan mendapatkan informasi mendetail mengenai kondisi kesehatan pelamar. Informasi ini dapat digunakan untuk menilai kesesuaian antara kondisi pelamar dan tuntutan pekerjaan.

Beberapa perusahaan juga memberlakukan kebijakan bahwa jika ada kondisi kesehatan yang berpotensi mengganggu tugas pekerjaan, pelamar wajib mengungkapkannya. Ini biasanya terjadi di perusahaan yang menekankan keamanan, keselamatan kerja, atau kerahasiaan tinggi. Dalam hal ini, kejujuran mengenai riwayat kesehatan dapat menjadi nilai tambah dibandingkan dengan menyembunyikannya.

Perlu ditegaskan bahwa tidak ada kewajiban formal untuk mencantumkan riwayat kesehatan dalam CV, kecuali jika diminta secara khusus oleh perusahaan atau relevan dengan posisi yang dilamar. Banyak praktisi HR menyarankan untuk memfokuskan CV pada kompetensi dan pengalaman, bukan kondisi pribadi. Hal ini untuk menghindari adanya bias atau diskriminasi yang tidak perlu sejak tahap awal seleksi.

Mencantumkan riwayat kesehatan, terutama kesehatan mental, dalam cara membuat CV bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, transparansi bisa menunjukkan kejujuran dan tanggung jawab. Di sisi lain, jika perusahaan belum memiliki pemahaman yang inklusif terhadap isu kesehatan mental, informasi tersebut bisa menimbulkan prasangka dan memengaruhi peluang kerja seseorang secara negatif.

Kondisi kesehatan tertentu mungkin justru menjadi pertimbangan positif jika disampaikan dengan tepat. Misalnya, seorang pelamar yang berhasil mengelola gangguan kecemasan atau depresi dan tetap produktif dapat dinilai sebagai pribadi yang resilien dan mampu menghadapi tantangan. Namun, informasi ini sebaiknya disampaikan bukan dalam CV, melainkan saat wawancara atau evaluasi psikologis, jika dianggap perlu dan relevan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun