Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.www.klinikdrwidodo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memahami Hubungan Alergi Makanan dan OSAS (Mendengkur)

28 April 2025   20:49 Diperbarui: 28 April 2025   20:49 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alergi makanan pada anak-anak semakin menjadi perhatian utama di bidang kesehatan, karena prevalensinya yang meningkat. Alergi ini dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk sistem pencernaan dan pernapasan. Salah satu dampak yang kurang diketahui adalah keterkaitannya dengan gangguan tidur, khususnya Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS), yang ditandai dengan mendengkur habitual atau mengorok. OSAS pada anak dapat mengganggu kualitas tidur dan berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan jangka panjang, termasuk gangguan tumbuh kembang dan masalah kardiovaskular.

Hubungan antara alergi makanan dan OSAS semakin menarik perhatian para peneliti, karena kedua kondisi ini mungkin saling memperburuk satu sama lain. Anak-anak yang memiliki alergi makanan, terutama terhadap makanan tertentu seperti telur, susu, atau kacang, dapat mengalami obstruksi saluran napas yang berhubungan dengan peradangan. Gangguan tidur ini, yang ditandai dengan mendengkur atau OSAS, dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan anak secara keseluruhan. Oleh karena itu, penanganan yang tepat terhadap kedua kondisi ini sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Tanda dan Gejala

Tanda utama dari OSAS pada anak-anak adalah mendengkur habitual yang terjadi hampir setiap malam. Anak yang mengalami OSAS biasanya mendengkur keras saat tidur, yang bisa mengganggu tidur mereka dan juga orang-orang di sekitarnya. Gejala ini sering kali disertai dengan terjadinya berhenti napas sementara selama tidur (apnea), yang menyebabkan kualitas tidur yang buruk dan peningkatan rasa kantuk pada siang hari. Anak-anak ini juga sering mengalami gangguan tidur yang dapat memengaruhi perilaku mereka di siang hari, seperti mudah marah, kelelahan, atau kesulitan berkonsentrasi.

Selain itu, anak-anak dengan OSAS juga dapat mengalami tanda-tanda lain seperti mulut kering, nafas berbau, atau tidur dalam posisi yang tidak nyaman. Mereka mungkin cenderung tidur dengan mulut terbuka dan sering terbangun di malam hari. Anak-anak yang lebih besar juga mungkin mengeluhkan sakit kepala pagi hari dan merasa kelelahan meskipun sudah tidur cukup lama. Jika tidak diobati, OSAS pada anak-anak dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang dan masalah kardiovaskular di masa depan.

Anak-anak yang mengalami OSAS juga dapat menunjukkan masalah perilaku dan perkembangan yang terganggu. Penurunan kualitas tidur yang disebabkan oleh gangguan pernapasan dapat menyebabkan kesulitan belajar, gangguan konsentrasi, dan masalah sosial. Anak-anak dengan OSAS sering kali memiliki kecenderungan untuk mengalami obesitas, yang memperburuk kondisi gangguan tidur. Oleh karena itu, penting untuk segera mengenali gejala OSAS dan mencari penanganan yang tepat untuk mencegah dampak jangka panjang.

Gejala alergi makanan pada anak-anak dapat bervariasi, tetapi biasanya termasuk ruam kulit, gatal-gatal, atau pembengkakan pada area tubuh yang terpapar alergen. Beberapa anak mungkin mengalami gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare setelah mengonsumsi makanan yang menyebabkan alergi. Alergi makanan dapat memengaruhi saluran pencernaan dengan cara yang lebih serius, seperti peradangan yang menyebabkan kolik atau nyeri perut. Gejala ini seringkali muncul dalam waktu singkat setelah anak mengonsumsi makanan yang mengandung alergen.

Selain gejala gastrointestinal, alergi makanan juga dapat menyebabkan reaksi pernapasan, seperti sesak napas, mengi, atau bahkan anafilaksis yang mengancam jiwa. Anak-anak dengan alergi makanan yang berulang kali terpapar alergen mungkin lebih rentan mengalami gangguan pernapasan yang lebih parah, termasuk gejala yang terkait dengan OSAS. Peradangan yang disebabkan oleh alergi makanan ini dapat menyebabkan pembengkakan pada saluran napas, sehingga meningkatkan risiko obstruksi pernapasan saat tidur.

Beberapa gejala lain yang bisa menunjukkan alergi makanan termasuk iritasi mata, pilek, atau batuk yang berkepanjangan. Alergi makanan seringkali sulit untuk didiagnosis secara langsung tanpa pemeriksaan medis yang tepat, seperti tes kulit atau tes darah. Oleh karena itu, penting untuk memantau dengan cermat tanda-tanda yang muncul setelah mengonsumsi makanan tertentu dan berkonsultasi dengan dokter anak untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.

Penyebab Alergi Makanan dan OSAS 

Penyebab alergi makanan pada anak-anak sebagian besar terkait dengan reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein tertentu yang dianggap sebagai ancaman oleh tubuh. Ketika anak mengonsumsi makanan yang mengandung alergen, sistem kekebalan tubuh mereka melepaskan histamin dan senyawa inflamasi lainnya yang menyebabkan gejala alergi. Dalam kasus alergi makanan, peradangan yang terjadi pada saluran pencernaan bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya, termasuk saluran napas. Peradangan ini meningkatkan risiko terjadinya obstruksi saluran napas atas, yang pada gilirannya dapat memperburuk atau memicu OSAS.

Sementara itu, OSAS disebabkan oleh sumbatan atau hambatan di saluran napas atas saat tidur. Hal ini dapat disebabkan oleh pembesaran adenoid atau amandel, kelainan anatomi, atau gangguan otot pernapasan. Pada anak-anak yang memiliki alergi makanan, peradangan yang terjadi pada saluran pernapasan bisa memperburuk kondisi ini dengan menyebabkan pembengkakan di saluran napas atas. Ini berkontribusi pada obstruksi yang menyebabkan mendengkur atau bahkan berhenti napas selama tidur. Mekanisme inflamasi ini menjelaskan mengapa anak-anak dengan alergi makanan lebih rentan terhadap OSAS.

Secara lebih lanjut, kombinasi antara peradangan akibat alergi makanan dan gangguan tidur yang disebabkan oleh OSAS dapat memperburuk kualitas hidup anak-anak. Gangguan tidur ini dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah, meningkatkan stres pada sistem kardiovaskular, dan memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengelolaan kedua kondisi ini secara bersamaan sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius dan meningkatkan kualitas hidup anak.

Apa Kata Penelitian?

Penelitian yang dipublikasikan dalam Pediatric Allergy and Immunology mengeksplorasi hubungan antara mendengkur habitual dan alergi makanan pada anak-anak prasekolah di Tiongkok. Dalam studi ini, melibatkan 1.314 anak berusia 3-6 tahun yang dianalisis menggunakan kuesioner standar dan pemeriksaan alergi. Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak yang sering mendengkur memiliki insidensi alergi makanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak mendengkur. Temuan ini memberikan indikasi bahwa gangguan tidur akibat mendengkur dapat berhubungan dengan respons inflamasi sistemik yang disebabkan oleh alergi makanan.

Mendengkur habitual ditemukan terkait dengan peningkatan risiko alergi makanan. Ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami gangguan tidur akibat mendengkur cenderung memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami reaksi alergi terhadap makanan. Proses inflamasi yang terjadi pada tubuh akibat alergi makanan dapat memperburuk gejala pernapasan dan berpotensi memperberat keparahan Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS). Gangguan tidur ini, yang disebabkan oleh sumbatan pada saluran napas atas, dapat memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Sebuah penelitian lain yang dipublikasikan dalam Allergy mengamati hubungan antara sensitisasi makanan dini dan mendengkur pada anak-anak. Dalam penelitian prospektif ini, lebih dari 700 anak yang disensitisasi terhadap makanan pada usia kurang dari 3 tahun dipantau selama 8 tahun untuk melihat apakah mereka lebih berisiko mengalami mendengkur pada usia sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensitisasi makanan dini dapat meningkatkan risiko mendengkur habitual pada anak-anak usia 8-10 tahun. Anak-anak yang sensitisasi terhadap makanan tertentu, seperti telur, susu, dan kacang, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan tidur akibat obstruksi saluran napas, yang dapat berkembang menjadi OSAS jika tidak ditangani dengan tepat.

Laporan kasus dalam Clinical Allergy membahas hubungan antara paparan guar gum dan munculnya asma akibat kerja serta OSAS. Dalam kasus ini, seorang pekerja pabrik yang terpapar debu guar gum mengalami reaksi alergi inhalasi yang parah, yang juga menyebabkan OSAS. Menariknya, gejala OSAS membaik setelah pekerja tersebut berhenti terpapar guar gum, dan kambuh lagi ketika ia kembali bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa peradangan saluran napas akibat reaksi alergi inhalasi dapat menyebabkan sumbatan mekanis yang signifikan, berkontribusi pada gejala mendengkur dan OSAS yang bersifat reversibel.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Sleep Medicine mengungkapkan bahwa penyakit atopik seperti asma, rinitis alergi, eksim, dan alergi makanan, jika dikombinasikan dengan mendengkur, dapat mempengaruhi panjang telomer pada remaja. Telomer adalah indikator penting dalam memperkirakan kecepatan penuaan seluler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan penyakit atopik dan mendengkur memiliki panjang telomer yang lebih pendek, yang mengindikasikan percepatan penuaan. Ini menegaskan bahwa alergi kronis dan gangguan tidur seperti mendengkur dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan fisik dan mental.

Studi lainnya yang dipublikasikan dalam Annals of Allergy, Asthma & Immunology menguji efektivitas terapi gabungan steroid nasal dan montelukast pada anak-anak dengan OSAS yang memiliki hipertrofi adenoid dan sensitisasi alergi. Terapi ini terbukti mengurangi ukuran adenoid secara signifikan dan menghindari kebutuhan adenoidektomi pada sebagian besar pasien. Penelitian ini menyoroti pentingnya mengatasi komponen alergi dalam penanganan OSAS, karena inflamasi alergi dapat memperburuk obstruksi saluran napas atas yang menyebabkan mendengkur dan sleep apnea. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan alergi secara tepat dapat memperbaiki kualitas tidur pada anak-anak dengan gangguan tidur akibat OSAS.

Bagaimana Menghadapinya?

Penanganan alergi makanan pada anak-anak sering kali melibatkan penghindaran makanan yang menyebabkan reaksi alergi. Namun, untuk memastikan diagnosis yang akurat, prosedur Oral Food Challenge (OFC) dapat dilakukan. OFC adalah tes medis yang dilakukan di rumah sakit dengan menguji anak pada makanan yang dicurigai menyebabkan alergi secara bertahap, sambil memantau reaksi mereka. Ini membantu menentukan apakah makanan tertentu benar-benar memicu alergi. Selain pengujian, edukasi kepada orang tua tentang cara menghindari alergen secara ketat juga penting dalam mengelola alergi makanan pada anak-anak.

Namun, penanganan alergi makanan tidak hanya bergantung pada obat-obatan atau penghindaran. Pendekatan jangka panjang melibatkan pengelolaan inflamasi yang terjadi akibat alergi melalui diet yang sehat dan terapi untuk mengurangi reaksi alergi. Untuk anak-anak yang mengalami OSAS akibat alergi makanan, pengelolaan terapi untuk saluran napas, seperti penggunaan steroid nasal atau antihistamin, juga dapat membantu mengurangi pembengkakan dan memperbaiki kualitas tidur mereka. Menangani kedua kondisi secara bersamaan adalah kunci untuk mencegah dampak kesehatan jangka panjang.

Selain itu, penanganan OSAS pada anak-anak yang memiliki alergi makanan juga melibatkan pengelolaan gangguan tidur. Mengatasi peradangan alergi yang memengaruhi saluran napas atas dapat membantu memperbaiki kualitas tidur dan mengurangi gejala OSAS, seperti mendengkur. Dalam beberapa kasus, jika pengobatan medis tidak berhasil, intervensi bedah seperti pengangkatan adenoid atau amandel mungkin diperlukan untuk memperbaiki sumbatan jalan napas.

Membantu Anak Tidur Nyenyak Lagi

Kesehatan tidur anak adalah cermin dari kesehatan tubuh dan jiwa mereka. Alergi makanan dan OSAS bisa menjadi kombinasi yang saling memperparah, tapi kabar baiknya: dengan pemahaman yang tepat dan penanganan sejak dini, kualitas hidup anak bisa meningkat drastis. Tidak ada yang lebih indah selain melihat anak-anak tidur dengan damai, tanpa dengkuran keras, tanpa sesak napas, dan bangun keesokan harinya dengan senyum ceria.

Alergi makanan dan OSAS adalah dua kondisi yang dapat saling mempengaruhi, dengan gangguan tidur seperti mendengkur dapat memperburuk gejala alergi makanan dan sebaliknya. Penanganan yang tepat untuk kedua kondisi ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak yang mengalaminya. Terapi penghindaran makanan, pengelolaan inflamasi, serta intervensi medis seperti OFC dan terapi saluran napas dapat membantu mengurangi dampak kedua kondisi ini. Dengan pendekatan yang komprehensif, anak-anak dapat memiliki kesempatan yang lebih baik untuk berkembang dengan sehat, tidur nyenyak, dan tanpa gangguan kesehatan yang signifikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun