Hidup ini hanyalah bagian kecil dari sesuatu yang jauh lebih besar. Namun, apakah itu? Pertanyaan semacam itu sebenarnya sudah mengusik banyak orang sejak ribuan tahun lalu. Salah satu tokoh yang mencoba menjawabnya adalah Plotinos. Dia adalah seorang filsuf dari abad ketiga Masehi yang lahir di Mesir tetapi menghabiskan hidupnya di Roma.
Meski hidup di tengah kejayaan Kekaisaran Romawi, Plotinos sama sekali tidak tertarik dengan gemerlap kehidupan Roma. Dia lebih memilih membaktikan dirinya pada pertanyaan-pertanyaan mendalam, seperti: Dari mana asal segala sesuatu? Apa makna hidup? Bagaimana manusia bisa bersatu dengan sesuatu yang jauh lebih tinggi atau lebih besar? Dari pencarian itulah lahir sebuah sistem filsafat yang kelak dikenal sebagai Neoplatonisme.
Jejak Hidup Sang Filsuf
Plotinos bukanlah seorang bangsawan yang sibuk mengurus warisan atau kekuasaan. Meskipun berasal dari keluarga 'elite' yang kaya, dia justru menjauh dari kehidupan materialistisnya. Plotinos lebih memilih mengajar filsafat di Roma, dikelilingi murid-murid yang mencatat gagasannya dengan setia. Muridnya yang paling terkenal, Porfirius, sosok yang kelak menyusun ajaran Plotinos dalam sebuah karya besar berjudul Enneads. Buku tersebut sampai sekarang masih menjadi sumber utama untuk memahami pemikirannya.
Sebagai gambaran, Plotinos adalah seorang guru yang lebih senang berbicara tentang jiwa dan alam semesta ketimbang tentang politik atau bisnis. Hidupnya sederhana, tapi pikirannya menembus ruang hingga ke tataran metafisika yang paling dalam.
"The One": Sumber Segala Sesuatu
Puncak pemikiran Plotinos tertuang dalam gagasannya mengenai The One, atau "Yang Esa". Baginya, semua realitas berasal dari satu sumber tunggal yang tidak terbatas, tak terlukiskan, bahkan melampaui kata-kata. The One bukanlah Tuhan dalam arti personal yang bisa digambarkan atau didekati lewat ritual, melainkan prinsip mutlak yang menjadi asal mula segala sesuatu.
Dari The One itulah, lahir proses yang disebut emanasi. Apa itu? Emanasi adalah semacam "pancaran" atau aliran yang mengalir keluar secara berlapis-lapis. Apa yang dimaksud Plotinos dengan emanasi tentu saja bukan 'penciptaan' dalam arti "membuat sesuatu dari ketiadaan". Emanasi lebih mirip seperti cahaya matahari yang memancar ke segala arah tanpa pernah kehilangan keutuhan cahayanya.
Alur emanasi itu kira-kira seperti ini:
1. The One sumber mutlak, tak terjangkau.