Mohon tunggu...
samuel purba
samuel purba Mohon Tunggu... Administrasi - PNS, pemerhati sosial

Penikmat alam bebas dan bebek bakar; suka memperhatikan dan sekali-sekali nyeletuk masalah pendidikan, budaya, dan kemasyarakatan; tidak suka kekerasan dalam bentuk apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sejenak Hening, Kebahagiaan, dan Tujuan Hidup

7 Oktober 2016   08:05 Diperbarui: 7 Oktober 2016   09:33 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: ridhodanbukunya.wordpress.com

Dunia masyarakat modern, terutama di kota besar dan kota berkembang memang ganas. Hidup dipenuhi dengan deadline, kemacetan, waktu yang sepertinya tidak pernah cukup. Biaya hidup yang melonjak bagi kelas menengah, keperluan yang semakin banyak, harga yang semakin mahal, adalah hal yang setiap hari menjadi bagian dari kehidupan.

Belum lagi berbagai ancaman kesehatan, makanan dan udara yang terpolusi, kriminalitas yang tinggi, informasi lalu-lalang membawa berita negatif dan menebar ketakutan dan kebencian. Setiap hari dihabiskan dengan beban dan urusan yang masuk ke dalam pikiran, tanggungan hidup yang menumpuk. Pergi pagi pulang petang dibarengi keletihan fisik dan mental.

Akhirnya banyak manusia yang hidup dalam emosi tidak terkendali. Kemarahan, umpatan, terlontar dan menular ke banyak orang. Stres menjadi makanan sehari-hari mulai bangun tidur sampai kembali tidur. Apakah manusia masih bisa bahagia dan menemukan kedamaian di dalam dirinya?

Menutup Jendela

Itulah judul bab pertama dalam buku Sejenak Hening karya Adjie Silarus. Diceritakan bahwa jendela kehidupan kita selama ini terlalu sering dibiarkan terbuka. Angin, panas, polusi, dan segala kebisingan yang ada di luar dapat masuk dari jendela tersebut.

Akibatnya kita sulit menemukan kedamaian bagi diri kita sendiri. Hal-hal yang berada diluar jendela kita dapat digambarkan berupa beban kerja di kantor, kemacetan di jalan, tuntutan pimpinan atau keluarga, berita-berita di tv, berbagai informasi di gadget, dan lain-lain membuat kita sulit menemukan diri kita sendiri dalam keheningan.


Malahan kita cenderung merasa tidak nyaman saat sendiri, hanya ditemani keheningan. Padahal di saat itulah kita dapat “pulang” ke diri kita sendiri dari segala rutinitas hidup. Dan pulang itu membuat jiwa kita kembali segar, membuat diri kita damai, menciptakan kehangatan, dan menyembuhkan jiwa kita. Karena itulah jendela rumah hati kita sekali-kali musti ditutup rapat.

Adjie memotret kehidupan manusia modern yang dipacu dengan target dan waktu selama 24 jam sehari. Terjebak dalam rutinitas dan terkungkung dengan kesibukan yang luar biasa. Namun hal tersebut bukan berarti bahwa kita tidak bisa menemukan kedamaian jiwa. Dan itu dimulai dari cara pandang setiap kali mengawali hari.

Bahwa setiap bangun pagi berarti kita masih diberi waktu untuk melanjutkan hidup (hadiah) dan bisa kita gunakan sebaik mungkin. Hadiah tersebut sepatutnya digunakan untuk merengkuh kedamaian baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Sumber-sumber kebahagiaan bukan semata-mata berupa prestasi yang besar atau sejenisnya. Kita dapat berbahagia dengan melihat sinar mata polos seorang anak kecil, menghirup udara yang segar, menikmati segelas air putih,, dan hal-hal sederhana lainnya. Mengutip Adjie, “Kebanyakan, kita ini sangat pintar dalam mempersiapkan hidup, namun tidak pintar dalam menjalaninya.”

Kebahagiaan itu adalah present (saat ini), bukan nanti. Sering orang mengatakan bahwa dia akan bahagia jika apa yang menjadi impian atau cita-citanya tercapai. Yang jomblo membayangkan bahagia itu jika sudah punya pasangan. Yang belum menikah membayangkan bahagia jika sudah menikah. Yang belum punya jabatan membayangkan bahagia setelah ada jabatan. Padahal setelah semua itu tercapai seringkali manusia ingin kembali ke masa lalu dan tidak mensyukuri apa yang telah diperolehnya. Alangkah rapuhnya manusia.

Ada cukup banyak yang dibagikan dalam buku ini yang secara praktis membantu kita dalam mencari dan menemukan kedamaian bagi jiwa kita sendiri. Seperti yang diyakini penulis bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita cari dalam hidup kita. Kalau mencari yang baik akan memperoleh yang baik, demikian pula jika mencari yang buruk akan mendapatkannya juga.

Contoh yang paling mudah diingat adalah ketika kita stres karena harus mencuci pakaian. Saran praktisnya ya mencuci saja, jangan menanyakan kenapa harus saya yang mencuci, kenapa saya tidak punya cukup uang untuk membayar pembatu atau biaya laundry, dan sebagainya. Sama seperti burung berkicau karena memang dia berkicau, tanpa ada alasan apapun.

Bahkan dengan menutup mata, menarik nafas dalam-dalam, mengembuskannya kembali, lalu tersenyum dapat membuat kita bahagia. Hal-hal seperti ini cukup membantu dalam mengatasi stres yang sebetulnya tidak perlu terjadi dalam hidup ini.

Tujuan Hidup

Tadinya saya agak pesimis jika buku ini hanya menguraikan hal-hal yang membuat kita mampu mengatasi berbagai kondisi dan menemukan kedamaian. So, what? Hidup kan terus berlangsung dan kita tidak bisa hanya berupaya menekan tingkat stres terus-menerus. Tentunya kita harus mencari dan mengejar kebahagiaan sejati dalam hidup kita.

Pada bab-bab selanjutnya banyak dikupas tentang tujuan hidup. Kebahagiaan sangat ditentukan oleh tujuan tersebut. Oleh karena itu bagi kita yang belum menentukan secara spesifik tujuan hidup kita: tentukanlah sekarang. Orang yang bahagia adalah mereka yang mengetahui apa yang menjadi tujuan hidupnya, dan yang mengetahui bahwa dia sedang bergerak menuju tujuan tersebut.

Namun tujuan tersebut tidak harus hingar-bingar atau gegap gempita. Mereka yang memasang target yang terlalu tinggi dan kurang realistis cenderung mengalami banyak benturan, di saat yang sama mereka memaksakan agar situasi sejalan dengan keinginan mereka.

Tubuh bukanlah mesin. Selalu ada batas-batas yang mesti kita sadari dalam hidup ini. Hidup diibaratkan pertandingan sepakbola yang terdiri dari dua babak. Tentu kita tidak ingin karena mengejar uang, status, dan kekayaan begitu keras (babak pertama) di usia 30-40 tahun, kemudian di babak kedua kita habiskan dengan berbagai kondisi penyakit gula, asam urat, jantung, darah tinggi, gangguan pencernaan, lever, dan lain-lain. Oleh karena itu bijaklah dalam mengatur ritme permainan di babak pertama sehingga kita masih bisa melanjutkan pertandingan di babak kedua dengan baik.

Berkaitan dengan kebahagiaan dalam mencapai tujuan hidup, Heidi Grant Halvosron dalam tulisannya Nine Things Successfull People Do Differently, mengemukakan bahwa dalam satu dekade terakhir ada banyak penelitian psikologi sosial menemukan bahwa ada sebagian orang yang sukses menggapai impiannya dan sebagain laginya tidak; hal tersebut bukan dikarekan siapa mereka (who they are), tetapi apa yang mereka lakukan (what they do).

Adapun langkah-langkah yang penting diketahui adalah sebagai berikut:

  1. Tujuan yang spesifik. Buatlah tujuan se-spesifik mungkin. Dari pada membuat tujuan saya akan menurunkan bobot tubuh beberapa kilogram, lebih baik mengatakan saya akan menurunkan bobot tubuh 5 kilogram;
  2. Kejarlah momen untuk melakukan aksi terhadap impianmu. Meskipun dikelilingi rutinitas, kita harus bisa menentukan kapan dan dimana kita harus melakukan aksi yang membantu kita mewujudkan impian. Misalnya untuk menggapai impian sekolah ke luar negeri, kita harus bisa mengambil waktu-waktu khusus untuk kursus bahasa asing misalnya;
  3. Ketahuilah secara pasti sejauh mana kemajuan yang sudah kita capai. Harus mampu mengenali dan memonitor dengan jujur sudah sejauh apa progress kita dalam waktu-waktu tertentu;
  4. Optimis namun tetap realistis. Optimis bahwa kita mampu mencapai impian tersebut, namun jangan terlalu meremehkan tantangan yang bakal kita temukan. Setiap impian pasti membuhkan waktu, tenaga, perencanaan, ketekunan, dan usaha sendiri
  5. Fokuslah untuk selalu menjadi lebih baik, bukan hanya sekedar baik. Orang-orang yang fokus untuk menjadi lebih baik akan terus belajar dan mengembangkan berbagai keahlian baru, mau mengambil langkah-langkah yang lebih sulit, dan menghargai setiap pencapaian yang sudah diperolehnya;
  6. Berani berkomitmen untuk perjuangan yang panjang. Keberhasilan seseorang diperoleh bukan dalam jangka pendek. Oleh karena itu komitmen berjuang untuk finish sebagai pelari marathon dan bukan sprint, merupakan modal wajib orang-orang yang berhasil;
  7. Bentuk otot-otot kehendak yang kuat. Otot pengembangan diri kita sama saja dengan otot fisik, dimana jika tidak sering latihan akan menjadi lemah. Otot-otot pengembangan diri akan dilatih seiring dengan masalah dan tantangan yang kita hadapi. Kalau kita menghindari latihan tersebut, kita akan sulit menjadi orang yang sukses;
  8. Jangan menggoda takdir. Sekeras apapun usaha kita, tetap harus menyadari bahwa kita memiliki keterbatasan. Jangan memaksa untuk melewati batas-batas tersebut, jangan mendatangkan bahaya dengan terlalu yakin akan diri sendiri dan mengabaikan keterbatasan yang kita miliki, dan;
  9. Fokuslah pada apa yang akan kita lakukan, bukan pada apa yang tidak akan kita lakukan. Kita harus fokus untuk mengembangkan perilaku yang baik daripada mengevaluasi perilaku yang buruk.

Membaca Sejenak Hening seperti mengajak kita berhenti sejenak. Lantas melihat ke dalam diri kita sendiri. Sebetulnya apa yang benar-benar saya inginkan dalam hidup ini? Apakah saya bahagia dengan keadaan sekarang? Mengapa saya masih merasa tidak bahagia?

Yang sangat diperlukan adalah kejujuran mengakui diri sendiri. Mungkin di hadapan orang lain kita bisa bersandiwara, tapi terhadap diri sendiri kita tidak dapat berbohong. Dan kejujuran itulah yang seharusnya memandu hati dan jiwa kita kepada apa yang menjadi tujuan hidup kita.

Setiap orang tentu bisa saja mempunyai tujuannya masing-masing. Ada yang fokus pada uang, harta, dan kekuasaan. Dan dia bahagia akan itu. Ada yang fokus pada karakter, nilai-nilai, dan kemanfaatan diri kepada sesama. Human being is a goalseeking animal. Membandingkan kesuksesan dengan satu indikator atau variabel adalah tindakan yang salah dan bodoh.

Itulah sebabnya adalah tidak perlu untuk membanding-bandingkan tujuan hidup dan keberhasilan diri kita dengan keberhasilan orang lain. Hal itu hanya akan menyakiti diri kita sendiri. Dinding yang kita tinju tidak akan bergerak, yang ada hanyalah tangan kita yang terluka.

Karena itu kembalilah ke suara hati kita yang paling dalam. Tetapkan tujuan hidup, kejarlah, optimislah, dan wujudkanlah. Akhirnya mengutip Hiromi Shinya, MD dalam bukunya The Miracle of Enzym, "Orang yang sehat dan bahagia adalah mereka yang menetapkan tujuan hidupnya dan berbahagia dalam mewujudkannya." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun