Mohon tunggu...
Samuel Ong
Samuel Ong Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Untukmu, Vanessa Angel

9 Januari 2019   00:20 Diperbarui: 9 Januari 2019   00:23 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Artikel ini sebenarnya berisi opini saya tentang Vanessa Angel yang akan saya sangkut pautkan kepada ekonomi dan seksisme. Menurut saya, Vanessa Angel memang sudah sepantasnya tidak bersalah. Logikanya, individu yang menjadi pekerja seks didorong oleh dua motif, yakni ekonomi yang tidak mencukupi dan atau memang ada kesenangan sendiri. 

Namun karena Vanessa Angel sendiri belum mengungkapkan apa alasan dirinya masuk ke dunia prostitusi, saya tidak ingin menduga dan langsung mengambil kesimpulan, tapi yang saya lakukan adalah menganalisa kasus ini ke dalam dua aspek seperti yang sudah awal saya sebutkan. 

Vanessa Angel dengan memasuki dunia prostitusi pastinya memiliki kontribusi yang cukup banyak bagi ekonomi negara kita. Tidak hanya Vanessa Angel, namun maksud saya semua pekerja seks, mereka adalah sebuah grup di masyarakat yang selalu dicerca padahal masyarakat Indonesia tidak tahu bahwa mereka cukup memberikan dampak bagi Indonesia. 

Saya akan menjabarkan aktivitas seorang pekerja seks pada umumnya. Pekerja seks sendiri dapat tergolong ada yang mahal dan eksklusif beserta perawatan, dan ada juga yang quickie atau cepat saja. 

Mari kita simak perputaran uang berikut ini, untuk pekerja seks yang mahal dan eksklusif : biaya penginapan yang harus dibayar oleh si "daddy" (Saya tidak tahu kata apa lagi yang dapat saya pakai) membuat pendapatan hotel pastinya meningkat, biaya makan mahal, biaya "proteksi", biaya barang-barang yang harus dibelikan kalau memang ada perjanjian seperti itu, dan belum biaya lain-lainnya. 

Semua ini adalah perputaran uang di ekonomi Indonesia yang berkembang. Belum lagi ditambah dengan belanja yang dilakukan oleh pekerja seks jalanan yang sedikitnya mereka harus membeli kamar hotel. 

Dari sini-lah dapat dilihat dengan adanya tambahan pendapatan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan ini maka kesempatan mereka untuk berkembang dari segi perusahaan menjadi lebih besar dan pembayaran pajak bagi negara juga lebih besar. 

Dengan begitu menurut saya sudah seharusnya malah Indonesia melegalkan dan melindungi pekerja seks karena pendapatan yang mereka dapatkan pun akan dapat di-pajak-kan untuk negara apabila pekerja seks adalah pekerjaan yang diakui. 

Namun, perlindungan untuk mereka juga penting karena pekerjaan ini cukup berisiko dengan kekerasan dan penyakit. Vanessa Angel seharusnya dilindungi bukan malah dicerca dan di-bully di sosial media. Perlindungan sendiri juga dapat dilakukan dengan adanya pelayanan tes kesehatan seksual rutin yang mudah dan anti-diskriminasi terhadap pekerja seks.

Seksisme sendiri juga turut ambil andil dalam kasus Vanessa Angel ini. Masyarakat Indonesia lebih senang memojokkan pelaku perempuannya padahal sebenarnya kalau tidak ada demand, pasti supply tidak ada ( basic economy). Jadi, kalau memang masyarakat Indonesia risih sekali dengan pekerjaan seks ini dapat dilihat bahwa kesalahan adalah terdapat pada si penyewa dan bukan si pemberi. 

Berita-berita media termasuk aparat polisi sendiri yang membeberkan identitas Vanessa Angel dan berdasarkan berita terbaru katanya polisi ingin menggunakan celana dalamnya sebagai barang bukti, sangat memalukan dan tidak sopan bukan? Seharusnya, polisi sebagai aparat negara menghargai privasi tiap warganya dan bukan malah mengolok-ngolok seorang korban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun