Mohon tunggu...
Samuel Matthews
Samuel Matthews Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

Manajemen Pertahanan - Ketahanan Energi UNHAN RI - KEMHAN RI

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Rusia vs Ukraina, Apa Dampaknya terhadap Ketahanan Energi dan Pertahanan Negara Indonesia?

30 Agustus 2022   09:58 Diperbarui: 1 September 2022   11:17 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat konflik yang terus berlanjut antara Rusia dan Ukraina, status Rusia sebagai produsen minyak mentah terbesar dunia telah menjadi sumber kekhawatiran bagi para pelaku pasar global, yang menyebabkan peningkatan permintaan minyak mentah. 

Saat ini, harga minyak mentah Brent menguntungkan, mencapai lebih dari seratus dolar per barel. Jika harga ini diasosiasikan dengan harga komoditas AS lainnya, maka harga komoditas lain itu, termasuk batu bara, juga naik.

Harga batu bara telah naik ke titik di mana ada kekhawatiran tentang berkurangnya pasokan gas dari Rusia ke negara-negara Eropa. Akibatnya, ada kecenderungan permintaan batu bara meningkat. 

Setelah harga batu bara, harga CPO juga ikut meningkat karena Ukraina yang merupakan salah satu negara penghasil bunga matahari. Selain itu, permintaan CPO juga naik ke level yang mencapai $1.800 per ton di Amerika Serikat.

Posisi Indonesia yang merupakan net importir minyak mentah, menyebabkan kenaikan harga minyak mentah akan mengakibatkan defisit neraca migas negara. 

Di sisi lain, perekonomian Indonesia akan diuntungkan dengan kenaikan harga BBM. Akibatnya, neraca migas Indonesia cenderung memburuk seiring berjalannya waktu. 

Selain itu, situasi ini berpotensi mencatat surplus neraca nonmigas karena Indonesia ditopang oleh kenaikan harga CPO dan batu bara. Akibatnya, situasi ini memiliki kapasitas untuk mencatat surplus. Kinerja ekspor migas Indonesia dipastikan akan terdongkrak akibat perkembangan tersebut.

Kemudian dari jalur pasar keuangan, Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menyatakan bahwa konflik Rusia-Ukraina memicu kekhawatiran perang ini bisa terjadi dan mungkin berlanjut sehingga kekhawatiran mendorong investor global untuk mencari aset – aset yang lebih aman atau aset safe haven. Informasi ini dilansir Talks Podcast Series di kanal YouTube Bisniscom. 

Salah satu aset yang dapat digunakan sebagai lindung nilai terhadap potensi dampak negatif konflik antara Rusia dan Ukraina adalah komoditas emas. Aset lindung nilai lainnya termasuk obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Dari sisi IHSG, hingga saat ini IHSG masih cukup stabil, meski pasti akan ada koreksi akibat kecenderungan investor global untuk mencari aset yang lebih aman, yang tentu saja bisa membuat koreksi.

Dampak ketiga adalah bagaimana hal itu akan mempengaruhi rute perdagangan. Gandum dari Ukraina dikirim ke Indonesia, meskipun Rusia dan Ukraina bukan merupakan mitra ekonomi terpenting bagi Indonesia. Gandum dari Indonesia dikirim ke Ukraina dengan laju hingga 23 persen dari total ekspor negara itu. 

Selama ini, Indonesia bergantung pada Rusia untuk pembelian baja dan besi serta pupuk. Ia menambahkan, proporsi impor pupuk sendiri mencapai sekitar 15 persen dari keseluruhan impor pupuk ke Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun