Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mega-Puan Santuy karena Anies, Ganjar dan RK Bakal "Nganggur"?

23 November 2020   13:32 Diperbarui: 23 November 2020   13:51 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PUAN Maharani digadang-gadang menjadi salah satu kandidat yang bakal maju Pilpres 2024. Meski sejauh ini elektabilitasnya masih jauh dari harapan alas jeblok, politisi PDI Perjuangan (PDIP) ini masih tampak percaya diri. 

Sepanjang hasil jejak pendapat beberapa lembaga survei, nama Puan Maharani tidak pernah sekalipun menembus lima besar. Dia masih bercokol di dasar peringkat, bercokol dengan kandidat-kandidat lain non parpol. 

Sebagai usungan utama dari partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut (2014 dan 2019) tentu tidak pantas bagi Puan berada di posisi bawah. Dipandang dari keberangkatan partai politik dan statusnya sebagai Ketua DPR RI, sepantasnya Puan berada di kelompok lima besar bahkan lebih. 

Jebloknya elektabilitas Puan jelas berbanding terbalik dengan koleganya, Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah ini hampir tidak pernah keluar dari tiga besar. Bahkan dalam beberapa kali kesempatan elektabikitas Ganjar berhasil nongkrong di peringkat tertinggi.

Atas dasar itu, sejumlah kalangan mulai menduga Puan akan tereliminasi oleh kedigdayaan Ganjar Pranowo. 

Bak anjing menggonggong kafilah berlalu, PDIP dan Puan seperti tidak terpengaruh alias masih santuy atas hasil elektablitas dan opini sejumlah pihak. Mereka tetap percaya diri untuk maju pada kontestasi pesta demokrasi lima tahunan tersebut. 

Melihat perkembangan politik sejauh ini, sepertinya Puan akan dikawinkan dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Dalam hal ini, putri sulung Megawati Soekarnoputri tersebut diposisikan sebagai calon wakil presiden. 

Lantas apa yang membuat PDIP dan Puan masih yakin maju Pilpres meski saat ini tingkat elektabilitasnya jeblok? Dalam amatan sederhana penulis ada dua faktor. Yaitu ego dan logika. 

1. Ego Megawati 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Puan Maharani adalah putri dari Megawati Soekarnoputri. Selaku ketua umum partai sekaligus seorang ibu, mega tentunya akan sekuat tenaga untuk menjadikan putrinya itu salah seorang pemimpin.

Alasannya jelas.Selain membanggakan nama besar partai, Puan juga dituntut meneruskan trah kepemimpinan Kakeknya, Bung Karno dan Megawati. Mereka berdua sama-sama pernah menjabat sebagai presiden. 

Maka, demi melanggengkan egonya itu, Megawati akan tutup mata meski sebenarnya ada kader partai lain yang lebih potensial. 

2. Logika 

Selain mengedepankan ego, penulis rasa Megawati juga telah memainkan logikanya. Maksudnya adalah, dia tidak begitu khawatir atas ketertinggalan elektabilitas putrinya dari kandidat lain seperti Gubenur DKI Jakarta, Anies Baswedan; Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan bahkan dari kadernya sendiri, Ganjar Pranowo. 

Kenapa? 

Karena sepertinya Megawati telah sangat paham bahwa meroketnya ketiga nama di atas ditopang statusnya sebagai gubernur. Mereka tentunya memiliki panggung yang sangat luas untuk mempromosikan diri di tengah-tengah masyarakat. Baik pencitraan dengan turun langsung ke tengah-tengah masyarakat atau menjadi media darling. 

Masalahnya, apa yang bakal terjadi dua atau tiga tahun kedepan, saat mereka jadi "pengangguran" alias tak menjabat lagi sebagai gubernur. Seperti tertuang dalam UU Nomor 10 tahun 2016, tentang Pilkada bahwa kepala daerah yang habis masa jabatannya pada tahun 2022 dan 2023 harus menunggu pelaksanaan Pilkada tahun 2024. 

Ini artinya, seperti Anies dan Ridwan Kamil akan kehilangan panggung politiknya. Mereka otomatis "menganggur" sampai Pilkada berikutnya digelar. Sementara Ganjar, masa jabatan 2018 - 2023 adalah periode terkahirnya. Yang bersangkutan tidak bisa mencalonkan diri kembali karena telah dua kali menjabat gubernur. 

Sepertinya ini yang dibaca oleh Megawati. Dengan kehilangan panggung politiknya, ketiga kepala daerah tersebut di atas diyakini tidak akan se-superior sekarang. Dengan hilangnya panggung tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh negatif terhadap tingkat elektabilitas ketiganya. 

Di saat Anies, Ridwan dan Ganjar kehilangan panggung inilah, kemungkinan Megawati berpikir kesempatan Puan memanfaatkan pengaruh, jabatan serta dukungan partai untuk sama-sama mendongkrak elektabilitasnya. Caranya? Penulis yakin, mereka tentu telah jauh-jauh hari memikirkannya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun