Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Efek Kejut Gatot Nurmantyo Kangkangi Airlangga, Puan, dan Cak Imin

1 November 2020   09:31 Diperbarui: 1 November 2020   09:39 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEMENJAK Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang didirikan oleh sejumlah tokoh 'oposisi' nasional dideklarasikan pada 18 Agustus 2020 lalu. Nama mantan Panglima TNI, Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo kembali sering menghiasi konstelasi politik tanah air. Pria kelahiran Tegal, 60 tahun silam itu terus bergerak dan bermanuver.

Bagi Gatot, keberadaan KAMI seperti memberi panggung dirinya untuk merajut asa yang sempat tak terwujud pada 2019 lalu. Yaitu, mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden.

Benar, seringkali Gatot membantah bahwa pergerakannya itu tak ada hubungannya dengan Pilpres 2024. Apa yang dia lakukan bersama anggota KAMI lainnya semata-mata demi pergerakan moral biasa dalam rangka menjadikan Indonesia lebih baik.

Namun demikian, sejumlah kalangan terutama para pengamat politik menduga, gerakan Gatot yang kerap turun ke daerah dengan alasan deklarasi KAMI sebenarnya sekaligus mengumpulkan dukungan dan simpati publik.

Harapannya, apabila dukungan dan simpati publik telah dikantongi, elektabilitas Gatot yang memang telah masuk radar lembaga-lembaga survei setidaknya bisa terdongkrak.

Modal elektabilitas ini sangat penting bagi siapapun yang memiliki syahwat nyapres. Semakin tinggi elektabilitasnya, akan semakin terbuka lebar peluangnya maju Pilpres 2024.

Maka tak heran bila arah pergerakan Gatot mudah dibaca. Apapun dalih dia, ujung-ujungnya mencari dan membuka peluang dirinya agar bisa maju Pilpres mendatang.

Sejauh ini pergerakan Presidium KAMI tersebut memang masih cukup stagnan. hal ini tampak dari raihan angka elektabitasnya yang masih belum cukup kuat.

Berdasarkan hasil survei Indonesian Political Opinion (IPO) elektabilitas Gatot Nurmantyo hanya berkisar di angka 4 persen.

Namun, paling tidak angka elektabilitas Gatot Nurmantyo ini masih mampu mengungguli kandidat lain dari kalangan Partai Politik (Parpol). Misal, Ketua Umum (Ketum) Golkar, Airlangga Hartarto 2,9 persen; Ketua DPR RI, Puan Maharani 1,9 persen dan Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin 1,0 persen.

Benar, elektabilitas Gatot masih kalah jauh jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh langganan peringkat atas hasil surveil. Misal, Menhan Prabowo Subianto; Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, atau Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Namun demikian keberhasilannya mengangkangi nama-nama beken sekaligus pengusur parpol seperti telah disebutkan di atas tentu merupakan prestasi sekaligus masih tetap bisa menjaga peluangnya maju Pilpres 2024.

Pertanyaannya, apa yang menjadi faktor penyebab unggulnya Gatot hingga mampu mengangkangi Airlangga, Puan dan Cak Imin?

Menurut Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah, salah satu faktor keunggulan Gatot Nurmantyo adalah dianggap memiliki ketegasan, integritas, kepintaran, dan kewibawaan.

Selain itu, seperti dikutip dari Sindonews.com, Gatot juga dinilai sebagai salah satu figur yang berada di barisan oposisi pemerintah dengan 'manuver' politiknya yang memiliki efek kejut.

Tak jelas efek kejut seperti apa. Namun, kata Dedi, masih dikutip Sindonews.com, jika performa Gatot bisa terjaga dengan baik bisa dilirik oleh parpol. Terlebih, Gatot saat ini dianggap figur militer yang dekat dengan kelompok Islam setelah Prabowo menyeberang ke pemerintahan Jokowi.

"Hanya saja dalam konteks lain, bisa saja karena faktor meningkatnya kekecewaan publik pada tokoh-tokoh politik, sekaligus faktor popularitas Gatot yang terus meningkat," jelas Dedi, Sabtu, (31/10/20).

Sepakat dengan Dedi bahwa Gatot masih memiliki peluang untuk maju Pilpres 2019 bila bisa menjaga dan meningkatkan performanya dengan baik. Dalam hal ini elektabilitas dia terus menanjak.

Hanya saja, peluang yang dimiliki Gatot ini menurut pandangan saya bukanlah peluang besar. Peluang Gatot sepertinya sangat kecil jika ukurannya angka elektabilitas.

Tak dipungkiri, Gatot sejauh ini bisa mengangkangi Airlangga, Puan dan Cak Imin. Namun begitu di atas Gatot masih cukup banyak nama kandidat yang angka elektabilitasnya meninggalkan Gatot cukup jauh. Sebut saja Ganjar Pranowo 17,9 persen; Menhan, Prabowo Subianto 16,4 persen; Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan 15,3 persen.

Selain itu, masih ada nama-nama lain seperti Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mantan Capres 2019, Sandiaga Uno.

Nah, peluang Gatot akan besar bila elektbailitasnya mampu menyaingi bahkan mengungguli keenam nama kandidat di atas. Sebab, dengan begitu hampir dipastikan akan ada parpol yang meliriknya dijadikan capres atau cawapres.

Akan tetapi, jika elektabilitas Gatot masih di bawah keenam nama tadi, rasanya sulit bagi dia untuk nyapres. Kecuali ambang batas Pilpres atau Presidential Threshold sebesar 20 persen diturunkan bahkan dihapus.

Bila ambang batas Pilpres masih 20 persen, saya rasa tidak akan banyak pasangan calon yang terlibat. Bahkan, tidak mustahil akan kembali terjadi head to head seperti yang terjadi pada dua Pilpres sebelumnya.

Dengan begitu hanya orang-orang terbaik dengan tingkat elektabilitas serta popularitas tinggi yang memiliki kesempatan nyapres. Dan, sejauh ini nama Gatot masih belum termasuk.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun