Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Intoleran, Framing "Pembusukan Karakter" Anies Baswedan?

12 Agustus 2020   23:08 Diperbarui: 12 Agustus 2020   23:32 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BARU-BARU ini, Gubernur DKI Jakarta merasa kesal dengan pihak-pihak yang menuding dirinya sebagai kepala daerah yang intoleran. 

Kekesalannya ini, dia tumpahkan pada acara peluncuran buku memoar pilkada DKI 2017, yang disiarkan melalui chanel youtube Mardani Ali Sera, Senin malam (10/8/2020). 

Dengan tegas, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini meminta pada siapapun pihak yang menilai dirinya sebagai pemimpin intoleran dan diskriminatif, untuk bisa dan segera membuktikannya, jangan hanya bisa berimajinasi semata. 

Bagi penulis, pernyataan Anies yang seperti menantang terhadap pihak yang menuduhnya intoleran, memang sedikit agak janggal. Pasalnya, selama lebih dari 2,5 tahun ini memimpin Kota Jakarta, hampir tidak pernah merespon atau bereaksi berlebihan, sekalipun dirinya dibully habis-habisan oleh publik maupun warganet. 

Apakah ini menandakan kesabaran Anies sudah hilang atau sebenarnya ada maksud lain? Entahlah. 

Jika memang benar ada tudingan terhadap Anies sebagai pemimpin intoleran, boleh jadi hal ini didasari oleh ikhwal Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu. Di mana, kala itu Anies Baswedan yang berpasangan dengan Sandiaga Uno ini didukung dan dianggap dekat dengan kelompok Persaudaraan Alumin (PA) 212. 

Seperti diketahui, pada Pilgub DKI Jakarta 2017, PA 212 merapat ke pasangam Anies-Sandi. Sebaliknya, kelompok Islam yang awalnya dimotori oleh Front Pembela Islam (FPI) ini begitu gencar melakukan unjuk rasa besar-besaran terhadap Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, yang juga sebagai kontestan Pilgub DKI. 

Pria yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama (Komut) Pertamina ini berpasangan dengan Djarot Syaeful Hidayat. 

Ahok didemo dan "diseret" ke ranah hukum oleh kelompok PA 212 dengan tuduhan telah melakukan penistaan agama, karena telah mencatut Surat Al-Maidah. 

Hasilnya telah diketahui bersama, Anies melenggang mulus menuju Balai Kota. Sementara Ahok yang didemo besar-besaran oleh PA 212 harus menerima kekalahan dan akhirnya malah jadi pesakitan, setelah divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri (PN) Jakarta. 

Untuk itu, memang tak bisa disalahkan juga jika ada pihak-pihak yang akhirnya menilai, bahwa Anies sebagai pemimpin intoleran. Walau, mungkin hal ini perlu pembuktian lebih jauh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun