Mohon tunggu...
dji sam soe
dji sam soe Mohon Tunggu... -

aku adalah seorang yang dengan sabar tetap belajar untuk jadi yang terbaik..setidaknya aq masih punya cita-cita dan harapan yang membuatku untuk tetap semangat dalam mengarungi kerasnya hidup. tak ada yang sempurna dan abadi, setidaknya kita harus tetap punya harga diri yang akan terus dibawa pergi, bahkan sampai mati... setelah lelah melalang buana akirnya sekarang menyandarkan hidup di kota kelahiran tercinta, bwi...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejak Langkah sang Pengangkut Belerang

14 Maret 2010   16:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:26 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi  itu cuaca mendung dan udara serasa dingin memaksaku mengalunggkan Syal di leherku lebih erat lagi. Udara dingin yang sudah menjadi ciri khas daerah pegunungan. Awan tebal yang menggelayut seperti menggambarkan suasana hati orang-orang yang dengan langkah tegapnya tetap berjalan meski dengan nafas yang tersengal-sengal. Iya, langkah-langkah kaki yang hampir setiap hari menaiki dan menuruni jalanan yang sama. langkah-langkah kaki sang pengangkut Belerang di kawasan lereng Kawah ijen.

Kawasan kawah Ijen tepat berada di perbatasan antara Kabupaten Bondowoso dan kabupaten Banyuwangi. hari itu hasrat saya untuk mencoba melihat keindahan alam kawah Ijen saya mulai dari Bondowoso, jika di tempuh dengan perjalanan darat sekitar 70an KM dari kota Bondowoso. perjalanan darat membutuhkan waktu 1 jam lebih, karena akses jalan dari Kecamatan Tapen menuju kecamatan Sempol sangat sulit. jalan yang sudah diaspal itu sudah banyak yang terkena erosi air hujan, berubah jalan dengan batuan terjal dan medan yang curam.

setelah melakukan perjalanan panjang dan melelahkakan, saya sampai di pos paltuding, yaitu pos terakir sebelum melakukan pendakian ke puncak kawah Ijen. di paltuding saya sempatkan istirahat sebentar dan menikmati pemandangan yang ada. nampak warung-warung yang berjajar membuat suasana semakin hangat. bagi para pelancong yang dari jauh juga ada fasilitas penginapan yang disewakan dengan harga yang relatif terjangkau. setelah aku rasa cukup segar, saatnya pendakian dimulai.

di titik awal pendakian ada gerbang dari bambu yang bertuliskan "selamat mendaki" dan penunjuk jalan yang tertera angka 3 KM, mungkin itu adalah jarak antara paltuding dengan puncak kawah Ijen. saya melihat banyak orang-orang dengan memikul kranjang lalu-lalang di jalan pendakian menuju puncakkawah ijen. ternyata itu adalah kuli-kuli pengangkut Belerang kawah Ijen untuk dibawa turun ke pos paltuding. aku semakin penasaran dengan aktifitas mereka, tak jarang satu dua diantara mereka mengulas senyuman kepadaku dan menawarkan pernik-pernik dari belerang yang dibuat ukiran menyerupai bentuk binatang dan sebagainya.

berada d KM 1,5 aq sempatkan istirahat sebentar, rasanya kakiku sudah lumayan letih dan tenggorokan sudah mulai kering. aku sempatkan duduk sebentar dan minum air mineral bekal perjalanan. duduk disebelahku seorang pengangkut Belerang sambil mengipas-ngipaskan topi kainya pertanda dia sedang letih dan ingin mengembalikan sebagian tenaganya. aku sempat bertanya kepada kuli pengangkut belerang tadi, dengan logat khas suku Osing banyuwangi dia mulai bercerita, pak Mat kuri namanya.

sebagian besar kuli pengangkut bbelerang berasal dari pinggiran kota Banyuwangi, sebagian besar adalah suku osing dan suku Madura. mereka tidak menggunakan alat atau seragam kusus, hanya memakai sepatu boot dan dua keranjang bambu lengkap dengan pemikulnya. setiap dua hari sekali mereka bergantian berangkat dari "kantor" dia mnyebut kantor untuk gudang penampungan belerang yang ada di Kecamatan Licin, Banyuwangi. Sebenarnya Truk kusus untuk mengangkut kuli-kuli ppengangkut belerang berangkat setiap hari, namun karena alasan capek dan butuh istirahat mereka menambang dan mengangkut belerang setiap 2 hari sekali. mereka bergantian dengan rekan-rekan mereka yang lain. selama seharian mereka bisa mengangkut dua kali belerang dari puncak menuju gudang sementara, jaraknya sekitar 3,5 KM.

jarak yang menurut saya, bagi seorang yang masih amatir melakukan pendakian jauhnya sungguh luar biasa harus mereka tempuh dengan  membawa beban seberat 70-100 Kg belerang. apalagi mereka sambut naikturun sebanyak 2 kali membawa muatanyang beratnya relatif sama, sungguh saya jadi sedikit tercengang. ini sungguh luar biasa, gumam dalam hati saya. sesampai di gudang sementara, belerang itu akan di timbang beratnya untuk di tentukan berapa besar onkos angkutnya. iya, onkos angku belerang itu setara dengan 600 perak stiap kilo gram, jadi bisa dihitung berapa pendapatan kotor sang kuli pengangkut belerang tadi.

seetelah cukup banyak terbuang rasa lelahku, aku lanjutkan  lagi petualangan hari ini. medan pendakian semakin terjal memasuki KM 2, gerimis dan kabut yang mulai turun membuat suasana semakin gelap dan dingin. memasuki KM 2,7, aq kembali istirahat karena bau belerang sudah mulai tercium. ada lagi kuli pengangkut belerang yang sedang beristirahat sambil menyalakan rokok kreteknya. dia menyeka keringat dengan handuk kumalnya. dia berpesan agar jangan lama-lama d kawasan kawah karena cuaca sedang buruk, gerimis dan berkabut. dia juga bilang bahwa hari ini bau belerang sangat menyengat, sangat berbahaya bagi orang yang belum terbiasa.

dari cerita tadi aq semakin semangat untuk segera mengakiri petualangan ini dan mengobati rasa penasaranku akan kabar tentang kawah Ijen. Subhanaallah...sungguh indah hamparan kawah yang sangat luas, dari pusat kawahnya mengepul asap kekuningan yang menyebarkan bau tajam belerang. nampak ada di bawah sana banyak kranjang dan linggis yang berserakan, mungkin ditempat itulah kuli-kuli pengangkut belerang bekerja. kawasan kawah sudah sepi, banyak pengangkut belerang yang memilih untuk tidak bekerja jika kondisi cuaca buruk karena berbahaya. setelah sempat mengabadikan suasana kawah, aku segera beranjak pulang, bau belerang  sudah sanagt menyengat.

dengan langkah yang sedikit dipaksakan sampai sudah aku di kawasan paltuding, banyak sekali kuli pengangkut belerang yang duduk di warung-warung tadi sambil minum kopi.aku sempatkan mmendengar cerita mereka kembali. alasan himpitan ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikanlah yang membuat mereka berani mengambil tantangan untuk menjadi kuli pengangka belerang. penuh perjuangan, penuh tantangan dan tentunya sangat menguras tenaga. tak bisa aku bayangkan jika aku yang mendaki tanpa beban begitu berarti saja sudah terseok-seok untuk menjangkau puncak dan kembali lagi, apa lagi harus memikul beban sebberat yang mereka pikul.

mereka tau perjuangan itu berat, tantangan itu menegangkan dan pekerjaan mereka nyawa taruhanya,  tapi hidup bagi mereka adalah dapur-dapur yang tetap bisa mengepul seperti kepundan kawah Ijen dan anak-anak mereka bisa sekolah tinggi, tak hanya setinggi Puncak kawah Ijen. jejak-jejak langkah kaki mereka harus tetap di catat oleh jalanan setapak menuju puncak, karena hidup tak hanya mengalir tapi juga harus meraih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun