Mohon tunggu...
Syamsiah
Syamsiah Mohon Tunggu... Trainer

Love Purple and Eat Purple

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI Membuka Peluang pada Kehidupan yang Lebih Humanis

13 Oktober 2025   14:37 Diperbarui: 13 Oktober 2025   14:37 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Teknologi sangat memengaruhi kehidupan manusia di berbagai bidang. Revolusi Industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt pada abad ke-18. Perubahan ini menimbulkan pengangguran massal di manufaktur, pertanian, dan transportasi. Pada abad ke-19, Thomas Alva Edison menemukan listrik dan Morse menemukan kode morse.  Listrik membuat produksi lebih murah, sedangkan kode morse jadi cikal bakal telekomunikasi.

Abad ke-20 melahirkan komputer pertama, ENIAC (Electronic Numerical Integrator and Computer) di University of Pennsylvania pada 1943 -- 1945 (resmi diumumkan ke publik tahun 1946). Hal ini menjadi penanda dasar era digital. Tahun 1969, Advanced Research Projects Agency Network (ARPANET) lahir sebagai awal perkembangan internet. Internet membuat komunikasi dan pekerjaan lebih efisien serta dan mengurangi penggunaan kertas.  

Abad ke-21 ditandai dengan hadirnya Artificial Intelligence (AI). Setiap inovasi memicu pergeseran besar, menutup industri lama yang tak mampu beradaptasi. Nokia jatuh karena tak beradaptasi. Kodak mengalami kebangkrutan karena kalah bersaing dengan teknologi fotografi digital. 

Yang menarik, masa perkembangan tahapan revolusi ini menjadi semakin pendek. Tidak lagi membutuhkan jarak satu abad seperti transisi dari revolusi industri 1.0 ke 2.0. Dari penemuan teknologi intenet (1969) ke AI (2011) hanya memakan waktu 42 tahun, kurang dari setengah abad. Belakangan, masing-masing platform AI selalu memberikan progres update seri terbaru hanya dalam hitungan hari saja. Hal ini tentu sangat membuat ketar-ketir para pelaku ekonomi baik pekerja maupun pemberi kerja. Terlebih momentum ini bersamaan waktunya dengan terguncangnya ekonomi dunia pada awal 2025 lalu.

Di setiap perkembangannya, teknologi memberi Tsunami Effect di berbagai bidang. Tsunami-tsunami effect ini sering kali meruntuhkan pola kehidupan bermasyarakat yang telah berjalan dengan teknologi sebelumnya. Badai-badai tsunami effect teknologi ini mengguncang beragam sektor pekerjaan.

Di era revolusi industri 1.0 dan 2.0, perkembangan teknologi meruntuhkan berbagai bidang pekerjaan yang biasa dikerjakan dikerjakan manusia dan hewan secara manual. Berkebalikan dengan adanya AI. Pekerjaan-pekerjaan digital yang menjadi lebih mudah karena terbantu dengan adanya AI. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan runtuhnya jenis-jenis pekerjaan-pekerjaan yang biasa dikerjakan secara digital. Saat ini justru pekerjaan-pekerjaan manual lah yang lebih sanggup bertahan ketimbang pekerjaan-pekerjaan digital.

 

 Saatnya Berubah Menjadi Ekonomi Humanistik

Krisis ekonomi global 2025 dan otomatisasi pada pekerjaan-pekerjaan rutin menyebabkan banyak PHK di berbagai lini pekerjaan.  Makin cepatnya update versi AI terbaru juga membuat khawatir banyak pihak akan makin tingginya gelombang PHK. Kekhawatiran ini mestinya dijadikan pedoman untuk menentukan langkah selanjutnya agar tidak tergerus oleh adaptasi AI yang semakin massive.

Di sisi pencari kerja, kekhawatiran ini mesti disikapi dengan terus meningkatkan keahlian. Yaitu dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang menyertakan adaptasi AI dalam menyelesaikan pekerjaan. Pelatihan ini biasanya ada di platform pelatihan online atau pun di balai latihan kerja yang telah mengintegrasikan otomatisasi dan AI dalam kurikulum pelatihannya.

Kementerian Ketenagakerjaan melalui balai latihan kerja yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia telah mengintegrasikan otomatisasi dan AI dalam kurikulum pelatihannya. Pelatihan tersebut meliputi Smart Operation (Smart Farming, Smart Manufacturing, Smart Office, Smart Supply Chain, Smart Building serta Smart Tourism) dan Smart Creative IT Skills (Content Creator, Social Media Optimization, Generatif AI, serta Pengembangan Web).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun