TikTok awalnya cuma tempat buat hiburan ringan video lucu, joget-joget, atau sekadar iseng scroll waktu senggang. Tapi lama-lama, algoritmanya makin pintar. Konten yang muncul makin pas sama minat kita, bikin kita betah berlama-lama. Tanpa sadar, TikTok jadi bagian dari rutinitas harian. Rasanya aneh kalau sehari nggak buka. Inilah yang disebut TikTok trap kita terjebak dalam siklus scroll-scroll-scroll yang nggak ada habisnya.
Salah satu dampak yang sering dirasakan adalah gangguan tidur. Cahaya biru dari layar HP bisa bikin tubuh susah produksi melatonin, hormon yang bantu kita tidur nyenyak. Akibatnya, waktu tidur bisa mundur sampai satu setengah jam. Ditambah lagi rasa takut ketinggalan info atau FOMO, bikin kita tetap mantengin layar meski mata udah berat banget.
Nggak cuma tidur, fokus juga bisa terganggu. Pikiran jadi gampang pecah karena dorongan buat buka TikTok terus-menerus. Belajar jadi nggak maksimal, kerja jadi nggak konsen, bahkan ngobrol sama orang pun kadang jadi setengah-setengah.
Indonesia: Juara Pengguna TikTok Dunia
Fakta menarik (dan agak mengkhawatirkan): Indonesia sekarang jadi negara dengan pengguna TikTok terbanyak di dunia lebih dari 157 juta orang. Penelitian di Tiongkok bahkan menunjukkan bahwa kecanduan TikTok bisa memengaruhi daya ingat. Ini karena TikTok memanfaatkan sistem dopamin semacam "reward" instan yang bikin kita terus-terusan pengen balik lagi. Gen Z paling rentan, karena mereka cenderung suka hal-hal yang cepat, seru, dan instan.
Gimana Cara Keluar dari Jebakan TikTok?
Nggak harus langsung uninstall kok. Ada cara-cara kecil tapi efektif buat mengontrol penggunaannya:
- Aktifkan fitur pengingat waktu di aplikasi, biar kita tahu kapan harus berhenti.
- Unfollow akun-akun yang bikin kita merasa kurang atau ketinggalan. Kita nggak harus tahu semuanya.
- Kurasi konten yang kita tonton. Bikin playlist bertema---misalnya soal bisnis, self-care, atau musik indie---biar waktu yang kita habiskan tetap punya nilai.