Mohon tunggu...
Salty Dja
Salty Dja Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Mahasiswi semester 3

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mentari Harapan Baru dari Timur: Tarang untuk Papua

20 Juli 2021   20:12 Diperbarui: 20 Juli 2021   20:30 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Mentari Harapan Baru dari Timur: Tarang untuk Papua

Oleh: Salty Salsabillah Djamaluddin

Halo samua, kita pe nama Salty Salsabillah ngoni bisa panggel kita Salty atau panggilan lainnya yang bisa biking ngoni nyaman. Sekarang kita sedang menempuh pendidikan S1-Manajemen di Universitas Khairun Ternate, dan alhamdulillah so mau semester 3. Kita pe asal dari Maluku Utara, tepatnya di kota Ternate. Pasti ngoni samua so pernah dengar tentang torang disini to? Kalo belum dan yang lain ada yang masih penasaran, google terbuka lebar untuk ngoni cari informasi. Jang lupa kase iko deng cari informasi tentang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2021 yang akan dong biking di Papua nanti ni tanggal 2-15 Oktober 2021. Kita bisa sebut kalo Papua tu satu paket deng kita pe daerah bagitu juga deng Maluku maupun Maluku Tengah. Kalo ada yang tanya barang bikiapa bagitu? Kita jawab, barang torang sama-sama berada di Indonesia bagian timur.

Ada sedikit persamaan kosakata antara bahasa sehari-hari Papua dan Maluku Utara. Mengapa saya katakan demikian? Kita bisa melihat ada beberapa kosakata yang dimaksud tersebut pada dialog diatas. Khususnya masyarakat kota Ternate, penyebutan diri untuk kami disebut "torang" sama halnya dengan masyarakat Papua. Namun, mungkin ada penggunaan kosakata lain yang saya tahu yaitu penggunaan kata kita yang artinya juga "kami". Sementara itu, dalam penyebutan untuk subjek mereka (berkelompok) disebut dorang di Ternate dan untuk Papua sendiri menyebut mereka (orang berkelompok) dengan sebutan "dorang atau dong". Secara umum, masih sama saja. Terlepas dari pembahasan tersebut hanya sekadar pengantar bagi pembaca, sebagai seruan dan ajakan untuk menyaksikan dan mendukung pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua tahun 2021.

Papua berhasil mengungguli pemerolehan suara sebanyak 66 suara dari Aceh dan Bali dalam pemungutan suara calon tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020 pada Rapat Anggota Tahunan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Secara pribadi, saya bukan seorang pegiat olahraga maupun seseorang yang mengidolakan olahraga. Ketika melihat informasi menulis blog yang diinisiasi oleh penyelenggara PON XX Papua tahun 2021 dengan nama Pondemi Kompetisi Blogger membuat saya tertarik dan ingin berbagi perspektif serta bercerita dari sudut pandang saya terkait diadakannya ajang PON ini di provinsi Papua.

Ajang pelaksanaan PON XX ini memang telah dijadwalkan akan berlangsung pada tahun 2020 kemarin, tidak disangka pada tahun tersebut terjadi gejolak pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh berkembangnya virus SARS-CoV-2. Untuk menghindari hal itu, melalui keputusan Presiden Joko Widodo pelaksanaan PON XX Papua ditunda dari Oktober 2020 menjadi Oktober 2021. Penundaan itu didasari dengan berbagai pertimbangan, mengingat pelaksanaan pembangunan venue yang masih berlangsung akhirnya ikut tertunda dan Papua sendiri juga melakukan penutupan akses masuk saat itu, mengingat merebaknya virus corona yang tidak biasa-biasa saja, sehingga para pekerja yang berasal dari luar Papua tidak bisa masuk kesana ditambah pendistribusian barang-barang juga menjadi terhambat.

Pernyataan diatas itu kalau kita lihat dari kecenderungan negatifnya. Disini saya mengajak teman-teman semua untuk menerima dan merefleksikan pandemi yang terjadi saat ini, jangan merasa kalau kalian sendiri, mari sama-sama bergerak, dan yakin kalau Torang bisa! Dari situ, lihatlah bahwa dibalik keadaan yang genting dan tidak mengenakan pasti selalu ada titik "Tarang untuk Torang". Sekadar memberitahukan kalau kata Tarang disamping penyebutan lainnya ialah terang. Saya stimulasikan agar terkesan ke timur-timuran, sebab orang timur biasanya menyebut terang dengan tarang dan contoh lainnya gelap dengan galap. Jadi, disitu terdapat perbedaan huruf yang biasa digunakan.

Sadari dan jadikan ajang PON ini sebagai kesempatan dan jawaban dari Tuhan bahwa segala sesuatunya telah diatur. Bahwa Tuhan telah menggariskan Papua di tahun 2020 kemarin sebagai tuan rumah sehingga masyarakat Papua harus bersyukur serta mengapresiasi hal ini. Dalam wawancaranya, Gubernur Papua, Lukas Enembe, S.IP, MH menyampaikan bahwa "Mengapa Papua berkeinginan untuk menjadi tuan rumah PON XX? anak-anak Papua sekarang harus lebih baik dari atlet-atlet sebelumnya, saya harap atlet-atlet sekarang dapat mencetak rekor baik ditingkat regional, nasional, maupun dunia maka itu ada keberhasilan untuk Papua."

Tergambar jelas bahwa Pekan Olahraga Nasional (PON) ini bisa dijadikan ajang pengembangan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki dibidang olahraga baik dicabang olahraga bulutangkis, pencak silat, dayung, dan lain sebagainya. Selain berlomba, para atlet-atlet ini diharapkan mampu memetik manfaat serta pembelajaran bahwa tidak melulu soal menang yang dipertaruhkan. Menang-kalah itu bonus dari setiap pertandingan, untuk itu jadikan bonus itu sebagai motivasi dan selalu ingat bahwa bekal itu bisa dibawa ke jenjang perlombaan yang lebih tinggi lagi dengan dasar mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia kelak.

Manfaat PON sendiri tidak hanya dirasakan disektor olahraga, pelaksanaan ajang PON ini juga berdampak disektor ekonomi, pariwisata serta budaya. Pemerintah Papua juga ikut memanfaatkan momentum yang berharga ini dengan mendorong peningkatan UMKM yang ada di Papua. Mama-mama Papua diberikan ruang untuk berkontribusi melalui promosi kerajinan tangan yang mereka buat, salah satunya produk Noken. Noken merupakan tas tradisional masyarakat Papua yang terbuat dari serat kayu. Produk noken ini ditetapkan menjadi warisan budaya oleh UNESCO pada tanggal 4 Desember 2012. Hasil pintalan noken ini bisa ditawarkan kepada peserta PON maupun semua orang yang hadir dalam ajang tersebut. Ini termasuk upaya yang kreatif, inovatif, serta berdaya saing karena dapat mendatangkan value added (nilai tambah) serta membantu meningkatkan perekonomian daerah maupun perekonomian pusat.

Selain itu, masyarakat juga bisa mempromosikan kebudayaan yang mereka miliki untuk menarik perhatian masyarakat luas, misalnya pertunjukan tarian daerah, makanan khas, maupun tempat wisata eksotis lainnya. Dengan begitu dapat mendatangkan para wisatawan lokal maupun asing yang bisa ikut mempromosikan daerah Papua sebagai surganya Indonesia. Satu  hal yang tidak kalah menarik lagi, ada satu adat atau kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Papua ketika ada tamu yang datang berkunjung yaitu Tradisi Mansorandak atau Injak Piring sebagai ungkapan rasa syukur karena telah menjalani perjalanan jauh. Tradisi ini juga sebagai lambang persaudaraan yang dapat mengikat rasa persatuan dan kesatuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun