Mohon tunggu...
Salsabila Ramadanti Putri
Salsabila Ramadanti Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya suka membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Koneksi Emosional Terhadap Audiens dalam Public Speaking

18 April 2025   10:30 Diperbarui: 18 April 2025   10:20 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemahaman tentang Public Speaking adalah sebuah proses komunikasi yang dilakukan di hadapan orang atau sekelompok orang, khalayak ramai. Pada umumnya public speaking bertujuan untuk memberikan informasi, mempengaruhi, atau menghibur banyak orang. sehingga dapat dikatakan bahwa public speaking adalah tata cara untuk berbicara di depan umum, sehingga harus dilakukan secara runtut dan terencana. Dalam dunia ilmu komunikasi, public speaking merupakan bagian yang sering kali menghantui mentalitas sebagian banyak orang, hal ini dikarenakan kita menghadapi orang banyak dengan berbagai macam kepala yang akan kitahadapi. Kemampuan dalam berbicara didepan khalayak umum menjadi poin lebih dalam diri sendiri untuk membantu mendapatkan relasi, kolega, kenalan baru bahkan mampu membuat kita dikenal lebih banyak orang. Salah satu hal yang harus di tinjau merupakan bagaimana cara kita menyampaikan pesan, gaya suara ketika berbicara, serta bahasa tubuh yang kita gunakan ketika menyampaikan pesan. Adapun dampak dari evaluasi diri dapat meningkatkan kemampuan keberhasilan kita dalam berpublic speaking yang efektif.

Artikel ini membahas pentingnya membangun koneksi emosional, strategi-strategi yang dapat diterapkan oleh pembicara, serta dampaknya terhadap persepsi dan penerimaan pesan. Dengan memahami bagaimana emosi bekerja dalam komunikasi, pembicara dapat membentuk hubungan yang autentik dan membangun kepercayaan, yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas komunikasi secara keseluruhan.

Sebagai makhluk sosial, manusia berkomunikasi satu dengan yang lain, komunikasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu, sebagian besar kehidupan manusia diisi dengan kegiatan berkomunikasi. Berbicara merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh manusia. Hampir setiap orang melakukannya. Namun tidak semua orang bisa berbicara di depan umum yang disebut dengan “Public Speaking”. Apa saja kegiatan berbicara di depan umum? Misalnya seorang tokoh politik yang sedang memberikan orasi politiknya dihadapan massa. Pernahkan Anda memperhatikan, hampir semua orang sukses di dunia ini adalah para pembicara ulung? Almarhum Steve Jobs, Mark Zuckerberg, Barack Obama, Oprah Winfrey, atau Sheryl Sandberg, adalah orang-orang sukses dari bidang yang berbeda. Tapi mereka punya kesamaan, yaitu memiliki kemampuan public speaking. Kemampuan Oprah Winfrey tentu tidak diragukan lagi, Dia sukses membawakan acara talkshow yang bertahan lebih dari dua puluh tahun. Sedangkan Barack Obama punya kemampuan berorasi yang sangat luar biasa. Banyak yang menduga bahwa kemenangannya di pemilu presiden  Amerika Serikat tahun 2009 adalah karena banyak orang yang terpukau dengan orasinya. Sementara itu, Steve Jobs (almarhum) menjadi salah satu figur yang dinilai menginspirasi, lewat presentasi-presentasi yang dibawakannya. Presentasi-presentasi dari Steve Jobs ini yang dianggap membuat produk-produk Apple menjadi laris di pasaran, walaupun harganya lebih mahal dibandingkan produk-produk sejenis. Lalu ada juga Mark Zuckerberg. Pria pendiri situs jejaring sosial Facebook ini awalnya adalah orang yang pemalu. Dia sering gugup ketika harus berhadapan dengan wartawan. Tapi, kemudian dia memperbaiki dirinya. Dia berlatih khusus mengenai public speaking. Kini, kemampuan Mark  menyampaikan presentasi atau berbicara di depan orang banyak, sudah tidak perlu diragukan lagi.
Para orang sukses kelas dunia itu menunjukkan bahwa kemampuan public speaking adalah kemampuan yang tidak main-main. Kemampuan public speaking adalah kemampuan yang memiliki banyak manfaat. Disisi yang lain memang pada umumnya Setiap orang pasti merasa tidak percaya diri ketika berbicara di depan umum. Akibatnya, muncul suatu persepsi bahwa untuk menjadi seorang public speaking haruslah memiliki kemampuan yang mendasar yakni keterampilan atau softskill. Namun sesungguhnya ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut antara lain ketidakpercayaan diri itu dipengaruhi oleh kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan, status, penampilan, atau kecerdasan yang dimiliki oleh calon pendengar, secara langsung hal ini akan menyebabkan rasa depresi atau gugup. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah keterampilan atau softskill dari dalam diri individu serta potensi yang mereka punya hanya butuh untuk ditampilkan. Lantas bagaimana menumbuhkan serta memelihara kemampuan public speaking di dalam diri kita masing-masing. Sangat perlu diingat, kemampuan melakukan public speaking dapat datang dari bakat alami yang di peroleh sejak lahir, namun ada didapat dari latihan. Bayangkanlah sebuah dunia yang semakin kompleks akhir-akhir ini dihiasi dengan derasnya arus informasi. Semua orang ingin berbicara menyampaikan ide dan pendapatnya kepada orang lain. Karena setiap orang ingin idenya dipahami, diikuti, dan dilaksanakan oleh orang lain. Oleh karena itu hampir setiap orang di dunia ini perlu kealihan public speaking.

Dalam dunia public speaking, sering kali keberhasilan sebuah pidato atau presentasi tidak hanya ditentukan oleh seberapa baik isi materi yang disampaikan, tetapi lebih kepada bagaimana audiens merasakan kehadiran dan kejujuran dari sang pembicara. Koneksi emosional menjadi aspek fundamental yang menentukan apakah pesan akan sampai dan berkesan atau justru terlupakan begitu saja. Audiens cenderung lebih terlibat, percaya, dan responsif ketika mereka merasakan adanya kedekatan emosional dengan pembicara.
Koneksi ini tidak tercipta secara instan, melainkan dibangun melalui gestur, intonasi suara, pemilihan kata, serta kemampuan pembicara untuk menunjukkan empati dan keaslian diri. Ketika audiens merasa dimengerti dan dihargai, maka mereka lebih terbuka untuk menerima pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, memahami dan mengembangkan keterampilan dalam membangun koneksi emosional menjadi kebutuhan penting bagi siapa pun yang ingin menjadi public speaker yang efektif dan berpengaruh. Penelitian menunjukkan bahwa bahasa tubuh mencakup 55% komunikasi manusia. Hal ini menunjukkan betapa bahasa tubuh seorang pembicara  sangat  mempengaruhi  cara  audiens  menafsirkan  dan  memproses  informasi  yang  ingin  mereka sampaikan. Bahasa tubuh dapat digunakan dalam berbicara di depan umum karena sejumlah alasan, seperti menjalin hubungan baik dengan audiens dimana membangun koneksi dengan audiens dapat difasilitasi dengan pembicara menggunakan bahasa tubuh yang terbuka dan ramah. Pembicara mungkin, misalnya, mengangguk, tersenyum, atau menatap mata penonton. Selain itu, Menverifikasi pesannya dimana poin-poin penting dalam sebuah presentasi dapat ditekankan dengan bahasa tubuh. Pembicara dapat mengangkat tangan, menunjuk sesuatu, atau menggunakan bahasa tubuh  ekspresif lainnya. Tingkatkan daya  tarik visual  presentasi, hal  ini dikarenakan bahwa daya tarik  suatu presentasi dapat  ditingkatkan dengan  penggunaan bahasa  tubuh  yang menarik. Misalnya, pembicara mungkin menggunakan alat bantu visual atau bahasa tubuh yang ekspresif. Terdapat beberapa contoh  gerakan tubuh yang  dapat digunakan dalam  public speaking, Kontak mata dapat  digunakan  untuk  membangun  kepercayaan  dan  koneksi  dengan  audiens,  ekspresi  wajah  dapat digunakan untuk  menyampaikan  emosi  dan  menyampaikan pesan  dengan  lebih  jelas,  dan gerakan  tangan dapat digunakan untuk memberikan penekanan terhadap poin-poin penting atau untuk mengarahkan perhatian audiens,  serta  postur  tubuh  dapat  digunakan  untuk  menunjukkan  kepercayaan  diri  dan  keprofesionalan. Dengan menggunakan gerakan tubuh yang efektif, pembicara dapat meningkatkan daya tarik dan keberhasilan public speaking mereka.

Public speaking bukan sekadar soal berbicara, itu adalah tentang berkomunikasi. Komunikasi yang efektif melibatkan lebih dari sekadar mentransfer informasi itu adalah tentang menciptakan hubungan, membangun empati, dan menginspirasi perubahan. Salah satu cara terbaik untuk mencapai hal ini adalah dengan membangun koneksi emosional dengan audiens. Ketika pembicara mampu membangkitkan perasaan dalam audiensnya, mereka lebih cenderung mendengarkan dengan seksama, memahami pesan yang disampaikan, dan bahkan mengambil tindakan yang diinginkan. Ini karena otak manusia merespons lebih kuat terhadap emosi daripada informasi kering. Penelitian menunjukkan bahwa cerita atau pesan yang mengandung elemen emosional lebih mudah diingat oleh audiens dibandingkan dengan fakta atau statistik saja. Koneksi emosional juga membantu pembicara terlihat lebih autentik dan memperkuat kredibilitas mereka. Audiens lebih cenderung mempercayai seseorang yang mereka anggap jujur, terbuka, dan empatik seseorang yang berbicara dengan hati, bukan hanya dengan kata-kata.

Dalam ilmu komunikasi, emosi berperan sebagai inti yang mengikat interaksi antarindividu. Pembicara yang mampu menggugah emosi audiens akan menciptakan pengalaman komunikasi yang lebih relevan dan autentik. Audiens yang merasakan keterhubungan emosional menunjukkan kecenderungan untuk:
1. Memberikan perhatian penuh terhadap pembicara.
2. Mengembangkan empati terhadap pesan yang disampaikan.
3. Termotivasi untuk merespons atau mengambil tindakan sesuai dengan pesan tersebut.

Pendekatan Membangun Koneksi Emosional dalam Public Speaking

1. Mengintegrasikan Cerita yang Relevan

Narasi atau storytelling merupakan pendekatan strategis untuk menarik perhatian audiens. Sebuah cerita yang didasarkan pada pengalaman pribadi atau kisah inspiratif yang sesuai dengan tema akan memperkuat hubungan emosional dengan audiens. Hal ini memberikan kesan bahwa pembicara memahami dan berbagi pengalaman yang serupa dengan mereka.

2. Menunjukkan Ketulusan dan Keaslian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun