Mohon tunggu...
Salsabila atikah suni
Salsabila atikah suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Universitas Airlangga Prodi Pengobatan Tradisional Fakultas Vokasi. Aktif dalam beberapa organisasi dan kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Perempuan Berkelas tanpa Batas!

14 Juni 2022   16:19 Diperbarui: 14 Juni 2022   16:24 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Ibu adalah sekolah, apabila engkau mempersiapkannya engkau telah mempersiapkan sebuah bangsa yang bernasab mulia. Ibu adalah taman, apabila engkau selalu menyiraminya taman itu akan memunculkan tunas begitu indahnya. Ibu adalah guru para guru nan utama, prestasi mereka menyebar ke berbagai penjuru."

Urgensi Pendidikan yang kerap kali di sandingkan dengan perempuan nampaknya adalah hal yang menjadi bahasan utama di tengah masyarakat sekarang. Mengingat semakin majunya pendidikan dan mudahnya akses informasi serta kemudahan dalam setiap jenjang Pendidikan yang akan ditempuhnya. Disamping itu, opini perempuan adalah kodratnya menjadi seorang istri dan ibu menjadikan adanya tuntutan suara perempuan untuk ingin mematahkan premis-premis yang mengarahkan lingkup gerak perempuan terbatas.

Gender Equality

Kemudian bagaimanakah seharusnya langkah perubahan dan pemberdayaan yang hakiki yang mampu mengembalikan hak-hak perempuan ke dalam fitrahnya. Sehingga dalam perjalanannya, tidak akan ditemui tuntutan kesetaraan gender seperti yang di opinikan dalam Women's Days kemarin dengan tema "Gender equality today for a sustainable tomorrow" yang berarti "Kesetaraan gender hari ini untuk masa depan yang berkelanjutan.

Perempuan adalah sosok yang sangat dimuliakan. Ia adalah sokong peradaban,dan madrasah pertama dimana generasi terbentuk dan terdidik dari seorang rahim perempuan. Tak heran jika isu-isu perempuan ini adalah pemeran utama dalam setiap bahasan gender. Makna setara dalam kacamata ideologis versi Islam adalah dimana laki-laki dan perempuan mempunyai porsi masing-masing dalam menjalankan setiap aktivitasnya dan mendapatkan hak yang sama tanpa terkecuali. Memandang ia adalah manusia yang mempunyai berbagai ciri khas manusia dan potensi dalam hidupnya.

Bahasan isu kesetaraan gender dimulai pada tahun 1800-an yang salah satu tokohnya adalah Claire Demar yang merupakan seorang jurnalis, penulis, dan anggota gerakan Saint-Simonism. 


Gerakan Saint-Simonism banyak menyampaikan kritik dan pertanyaan mengenai persoalan gender. Tentu dapat dicermati bahwa permasalahan ini adalah permasalahan baru yang terjadi setelah runtuhnya kegemilangan peradaban Islam ketika perempuan-perempuan pada saat itu memperjuangkan hak dan keadilan bagi dirinya. 

Opini kesetaraan gender terus dipasarkan oleh Barat yang salah memandang kedudukan perempuan terbatas hanya pada pandangan yang bersifat seksual semata dan tidak menghargai hak -- hak wanita yang lambat laun terkikis.

Perempuan dengan Mimpinya

Menjadi perempuan berkelas, berpendidikan tinggi, wanita karir dan istri yang hebat nampaknya adalah keinginan semua perempuan di dunia. Stereotip wanita tak perlu sekolah tinggi karena ujung-ujungnya adalah di dapur dan mengurus anak adalah contoh kaburnya dan sempitnya gambaran dari tujuan Pendidikan itu sendiri. 

Berpendidikan tinggi tak hanya menjadikan ilmu-ilmunya terbatas pada gelar ijazah, jabatan yang bergengsi dan bersaing dengan siapapun. Berilmu dan kemampuan multitasking justru adalah hal yang sangat diperlukan dalam mengurus keluarganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun